“sudah 32 minggu, berarti sekitar 7 jalan 8 bulan. Sudah besar, sudah tahu juga kan apa yang dirasakan selama masuk hamil tua ini? Jangan terlalu capek, tapi juga tidak boleh tidak banyak gerak. Pagi-pagi bisa jalan santai, tidak usah jauh-jauh dari rumah. Yang penting jangan terlalu banyak diam dirumah. Paham?”
Yewon mengangguk. Kunjungan hari ini hanya sampai disitu san setelahnya ia memilih pulang.
Tidak mudah mebawa perut besar kemana-kemana, seorang diri pula. Tapi mau bagaimana lagi? Siapa yang bisa Yewon harapkan?
Sambil menunggu angkutan umum selanjutnya, Yewon singgah sebentar ke toko yang menyediakan perlengkapan bayi.
Sisa uang yang sudah Yewon tabung selama bekerja direstoran Lee Hyunjae dulu sudah mulai menipisi. Ditambah beberapa bulan ini dia sudah tidak bisa mendapat pemasukkan lagi karena keterbatasan kegiatan yang bisa ia lakukan.
Bagaimana ia bisa bekerja jika sekarang perutnya sudah sangat besar. Baru mau masuk melamar saja orang-orang pasti sudah akan menolak. Mana ada orang yang mau memperkerjakan wanita hamil.
Sebenarnya beberapa perlengkapan bayi sudah Yewon cicil sedari dulu, tapi belum semuanya, persiapan nya bisa dikatakan masih 60% karena ia kekurangan uang dan juga susah nya akses untuk pergi jauh mengingat kehamilan pertamanya ini benar-benar berat. Ia sering merasa pusing bahkan mual sampai diusia kehamilannya masuk 6 bulan.
Lagipula, selama ini juga dia tidak punya ponsel. Tidak ada siapa lagi yang bisa Yewon hubungi untuk mintai tolong. Bersyukur jika ada Mia dan Yoonbin yang kadang-kadang jika sedang mampir bisa mengantarnya karena Yoonbin hampir setiap hari membawa mobil.
Meski belum semuanya tapi beberapa yang terpenting seperti perlengkapan bedak bayi serta pakaian dan kain sudah Yewon beli. Sekarang ia hanya ingin mencari lagi beberapa pakaian dengan warna lain mengingat ia belum tahu pasti jenis kelamin calon anaknya.
Yewon sendiri memang meminya agar dokter tidak memberitahunya saat periksa sebelumnya. Ia ingin ini menjadi kejutan. Jadi, Yewon berniat hari ini mencari sesuatu yang berwarna pink, karena kemarin Yewon separuhnya membeli barang yang berwarna biru untuk berjaga-jaga jika yang keluar adalah laki-laki.
Yewon tidak tahu, ia rasanya sangat bersemangat setiap kali memikirkan tentang jenis kelamin calon anaknya. Ia tidak masalah laki-laki atau perempuan, yang Yewon minta hanya agar dia sehat ketika lahir kedunia. Itu semua adalah berkah.
Mia selalu mengatakan bahwa anak Yewon pasti perempuan karena Yewon sangat cerewet dan suka mengeluh ketika bersamanya. Sedangkan Jinhyuk mengatakan yang mana saja tidak masalah asalakn mirip dengan Yewon.
Saat itu Yewon hanya tertawa karena tidak mengerti maksud dari kata-kata Jinhyuk.
Selesai memilih Yewon keluar dan menuju halte bus. Karena panas Yewon mempercepat langkah nya sambil menunduk sampai tidak sengaja menabrak seseorang.
Belanjaan terlepas dari tangan Yewon.
“maaf” adalah kata yang keluar dari Yewon maupun laki-laki itu. Saat mendongak betapa terkejutnya Yewon mengetahui siapa yang ia temui.
“kak Yewon?!”
“kak, file yang aku kirim udah masuk kan?” tanya Jinhyuk sambil menahan ponselnya dengan bahunya.
Sementara Seungwoo mengurus pekerjaannya diperusahaan, Jinhyuk juga sibuk mengurus perihal kuliahnya yang sebentar lagi usai.
Tapi, sambil melanjutkan skripsi, sambil bekerja juga. Benar-benar pekerja keras.
Sebenarnya bisa saja Jinhyuk tidak terlalu memusingkan tentang kuliahnya toh dia juga tetap akan bisa lulus dan sukses nantinya.
Lagipula, hukum sebenarnya bukan kesukaannya. Ia mengambil hukum hanya karena paksaan dari ayahnya dulu. Tapi, semua sudah terlanjur.
“iya, gue bentar lagi kelar abis itu langsung nyusul ke perusahaan” ujar Jinhyuk lalu beberapa saat kemudian sambungan terputus.
Semenjak sudah memberli rumah didekat kontrakan Yewon, Jinhyuk jadi jarang pulang kerumah besar ini.
Selain karena rumah barunya yang kecil tapi nyaman itu sedikit lebih dekat dengan perusahaannya juga karena Jinhyuk tidak bisa terus-terusan melihay ayahnya berbaring tidak berdaya dengan jarum impusan yang ada ditangannya.
Meski pembantu dirumahnya baru saja memberitahu bahwa sekarang ayahnya sudah lumayan baikan dan sudah bisa duduk untuk makan meski masih diatas tempat tidur. Jinhyuk senang tapi itu juga tidak bisa mengurangi rasa khawatirnya akan kehilangan ayahnya kapan saja.
Waktu tetal berjalan seperti biasanya dan ayahnua cepat atau lambat pasti akan pergi untuk selamanya.
Bagaimana jika Jinhyuk tidak bisa menepati janjinya bahkan setelah ayahnya berpulang lebih dulu?
Jinhyuk harus segera memutar otak bagaimana ia harus cepat memberitahu Yewon bahwa ia ingin menikahinya.
Jujur saja Jinhyuk tidak ingin membuang-buang waktu karena ia juga takut bagaimana jika Wooseok tiba-tiba kembali?
Tidak. Jinhyuk tidak akan membiarkan itu terjadi. Ia harus segera melamar Yewon, secepatnya.
“Yonghee?!”
“kak Yewon? Beneran kak Yewon?” seru Yonghee kaget setengah mati. Ia menatao Yewon atas bawah. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Tangannya menggenggam tangan Yewon. Ingin memeluk tapi ia bingung sambil menatap perut besar Yewon.
Bagaimana bisa sudah sebesar ini? Bagaimana kabarnya? Apakah ia sudah menemukan solusi dari masalahnya? Dan yang terpenting, apakah kakaknya baik-baik saja?
Ada beribu pertanyaan yang ingin segera Yonghee lontarkan tapi melihat bagaimana ekspresi kakaknya sekarang ia mengurungkam niatnya.
Yonghee seberapa kagetnya kakaknya sekarang. Sama seperti dirinya. Tapi dimata sesuatu yang lain yang bisa Yonghee lihat.
“kok ada disini? Ngapain?” tanya Yewon. Matanya terlihat melihat kearah lain, seperti tidak ingin ditatap oleh Yonghee.
Ingin rasanya Yonghee memeluknya. Tapi perutnya bagaimana? Apakah akan sakit?
“kakak mau pulang? Dimana? Biar ku antar” tawar Yonghee.
“gak usah. Kamu pulang aja kakak bisa sendiri” ucap Yewon berusaha meninggalkan Yonghee. Yewon rasanya ingin menangis saat itu juga.
Perasaan sedih, malu, marah, menghampirinya saat itu juga.
“kak.........” seru Yonghee.
“please, jangan pergi lagi”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnancy: Lee Jinhyuk✔
FanfictionBagi Jinhyuk, hidup bukan hanya sekedar takut akan kehilangan sesuatu yang disayangi, tapi juga tentang apa itu merelakan dan mengikhlaskan semua yang kita sayangi pergi. ©bexxx