Sudah lewat 2 minggu sejak Yewon tinggal dirumah Mia dan belum menemukan pekerjaan sama sekali. Mereka berdua sudah berusaha, Mia mencari-cari lewat kenalannya, begitupula Yewon. Ia meminjam laptop Mia untuk mencari pekerjaan lewat internet karena ia belum berani untuk keluar dan kembali menghadapi kenyataan bahwa dia adalah gadis muda yang sedang hamil tanpa ikatan pernikahan dan seorang suami.
Tapi, hari ini Mia pulang cepat, dia masuk dengan wajah gembira sambil berjalan kearah Yewon yang baru saja selesai menjemur pakaiannya.
“gue dapet kerjaan, Won” katanya antusias. “mungkin gajinya gak gede, dan gue gak tau lo suka atau gak, tapi apa salahnya dicoba?”
Yewon memekik senang saat Mia menyelesaikan kalimatnya.
Sepertinya, keberuntungan sedang berpihak padanya hari ini. Apakah ini termasuk keberuntungan yang datang karena belas kasihan untuk orang seperti ku?
“serius? Gapapa gajinya kecil, yang penting gue kerja, Gue ambil deh. Kerja apa? Dimana?” tanya Yewon bertubi-tubi. Sungguh, ia sangat merasa senang sekarang. Seperti merasa hidup kembali setelah merasa seperti mati untuk beberapa waktu karena merasa bersalah atas kelakuannya sendiri.
Tak jarang ia masih sering menangis ketika sendiri karena benar-benar merasa terpukul. Apalagi jika mengingat bagaimana orangtuanya mengusirnya dan menatapnya dengan tatapan jijik.
“temen gue baru buka restoran. Gak gede sih, dia butuh karyawan buat jadi pelayan 2 orang. Gue udah bilang ke dia kalo temen gue ada yang lagi nyari kerjaan” jelas Mia.
“terus? Gimana responnya. Gue harus nyiapin lamaran?” tanya Yewon. “gue gapunya ijazah”. Bodohnya ia baru ingat jika ia tidak punya ijazah. Bahkan ia tidak punya apa-apa. Uang, ijazah, ktp atau apapun karena ketika diusir ia hanya sempat membawa pakaiannya. Tidak dengan hal lainnya.
“kita ketemu orangnya aja deh besok biar gampang” kata Mia menenangkan Yewon. “oh iya ngomong-ngomong tadi pagi gue nemu ada kantong plastik digagang pintu depan, isinya ada Yogurt, susu kedelai, sama cemilan-cemilan lainnya, ada sticky notes nya, tulisannya nama lo”
Yewon mengerutkan keningnya. Kantong plastik? Dengan sticky notes bertuliskan namanya?
“hah?” respon Yewon bingung. “dari siapa?”
Mia bergidik, “gatau. Minum gih, gue taro dikulkas tadi lo belum bangun soalnya”
———
Rasanya seperti semesta sekarang sedang berpihak Yewon. Setelah ditolong oleh Mia, dicarikan pekerjaan, dan ada seseorang yang selalu mengiriminya makanan dan minuman yang Yewon sendiri tidak tahu orang itu siapa.
Yewon tidak berpikir ia memiliki fans rahasia atau semacamnya karena ia merasa memangnya ia siapa. Tidak ada yang spesial darinya terlebih setelah kejadian yang menimpanya sekarang.
Ia sadar pasti semua orang merasa jijik padanya, jangankan untuk berteman, mungkin melihat saja orang-orang malas, pengecualian, Mia.
Dia adalah orang yang paling berjasa bagi Yewon sekarang, dan untuk selamanya. Masih ada rasa geli dengan dirinya karena ia menikmati bantuan Mia yang padahal dulu Yewon bahkan tidak menganggap Mia teman sama sekali. Mereka hanya kenal nama dan satu fakultas tapi beda jurusan. Tidak ada yang intens diantara mereka.
“permisi?” seru seorang pria. Aisha, salah satu karyawan ditempat Yewon bekerja yang sedang membuang sampah plastik diluar langsung menoleh saat mendengar ada yang memanggil.
“ya?” sahut Aisha datar. Wajahnya terlihat judes, tapi tidak memberikan efek apapun pada lelaki yang tadi memanggilnya.
“bisa tolong berikan ini pada Yewon?” kata pria itu sambil menyerahkan kantong kresek berwarna hitam.
Aisha hanya menatap kantong tersebut dan menatap pria asing itu secara bergantian.
“kenapa tidak berikan sendiri saja? Dia ada didalam” sahut Aisha dengan nada yang, sedikit kasar.
“aku sedang buru-buru, tolong” pinta pria tersebut. Ia menggunakan masker dan topi, jadi Aisha tidak bisa mengenali siapa pria itu dan lagi pula Aisha tidak peduli.
Aisha mengambil kantong kresek tersebut kemudian masuk kedalam.
Aisha bisa mendengar ucapan terimakasih dari pria itu tapi ia memilih mengabaikannya.
“ada yang nitipin ini ke elo” ketus Aisha sambil memberikan kantong kresek pada Yewon.
Yewon terperanjat, kemudian mengangguk dan menerima kantong belanjaan tersebut yang ia sudah hapal isinya apa.
Yogurt, susu kedelai, dan cemilan-cemilan lainnya.
Sudah hampir sebulan Yewon bekerja dan ia masih mendapatkan belanjaan itu setiap hari.
Yewon pikir awalnya saat ia masih belum bekerja dan hampir 24 jam selalu didalam rumah Mia itu hanya ulah Mia yang sengaja agar Yewon tidak merasa tidak nyaman karena terus merepotkannya.
Tapi Mia kekeuh bilang bahwa itu bukan ulahnya. Ia tidak mungkin melakukan hal bodoh seperti itu. Jika Mia ingin membantu, maka akan ia lakukan secara langsung, tidak secara sembunyi seperti itu.
Lalu aku mencoba berpikir bahwa itu hanya orang yang salah alamat. Tapi, jika diingat-ingat. Selalu ada sticky notes yang bertuliakan nama Yewon. Itu benar-benar ditujukan untuknya.
Yewon berusaha tidak memikirkannya, lalu setelah mendapat pekerjaan ia pikir perihal kantong kresek berisi Yogurt dan lain-lainnya itu akan berhenti karena sekarang seluruh waktu Yewon disiang hari akan ia habiskan direstoran, ia hanya akan berada dirumah saat malam hari. Tapi kenyataannya itu masih berlanjut.
Dan justru semakin bertambah. Jika biasanya orang misterius ini hanya mengirim pagi dan siang, sekarang menjadi pagi, siang dan sore.
Entah apa alasannya Yewon tidak tahu. Ia juga tidak pernah tahu siapa yang mengiriminya karena orang itu tidak pernah memberikannya secara langsung.
Semenjak bekerja, biasanya ia akan menitipkannya pada Yiren, yang juga bekerja ditempat yang sama. Dia adalah pelayan yang membantu Yewon untuk mencatat pesanan dan mengantar makanan. Tapi karena hari ini ia sedang tidak bekerja maka Aisha lah yang menggantikannya. Dan lagi-lagi, belanjaan itu dititipkan pada orang lain lalu diberikan pada Yewon.
“makasih” ucap Yewon sambil meletakkan kantong kresek tersebut disebelah tasnya.
Aisha menautkan alisnya. “lo ga nanya yang nitip siapa?” tanyanya penasaran.
Yewon hanya mengedikkan bahunya kemudian meninggalkan Aisha dan kembali kedepan.
“lo dimana?”
“.........”
“cepet keluar sebelum gue yang nemuin lo!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnancy: Lee Jinhyuk✔
Fiksi PenggemarBagi Jinhyuk, hidup bukan hanya sekedar takut akan kehilangan sesuatu yang disayangi, tapi juga tentang apa itu merelakan dan mengikhlaskan semua yang kita sayangi pergi. ©bexxx