23

1.5K 294 6
                                    

Jam 2 siang, Mia dan Yoonbin datang lagi, Yonghee saat itu masih kuliah, jadi hanya ada Yewon dirumahnya.

Yoonbin pamit karena harus hadir rapat kegiatannya dikampus.

Mia sibuk membongkar belanjaan yang sengaja ia beli banyak untuk stok bulanan Yewon.

“gimana? Udah baikan?” tanya Mia disela memasukkan sayur-sayuran kedalam kulkas.

Sementara Yewon sibuk keluar masuk balkon sedang menjemur pakaian.

Padahal sudah berapa kali Mia bilang jika ingin menjemur pakain tidak usah sampai keluar segala. Bukan apa-apa, hanya saja Mia yang susah melihatnya bolak-balik dengan perut yang sudah sebesar itu.

Yewon hanya mengangguk menanggapi.

“Jinhyuk ngomong apa aja kemarin?” tanya Mia lagi.

“semuanya” sahut Yewon.

“dia ngajak lo nikah juga?”

Yewon berhenti dan langsung menatap Mia.

“kok lo tau?” tanya Yewon penasaran.

“Won, percaya sama gue, dia itu serius, lo bisa menggantungkan hidup lo ke kak Jinhyuk, gue jamin anak lo bakal baik-baik aja kedepannya”

Yewon memijat pelipisnya. Rasanya ini sudah yang ke seratus kalinya Mia membujuknya untuk mengikuti pilihannya tanpa memikirkan perasaan Yewon sedikit saja.

“gimana bisa sih, Mi. Dia itu orang asing, dia bukan siapa-siapa, cuman kebetulan aja ketemu gue beberapa bulan yang lalu” sahut Yewon sinis.

Mia menatap Yewon kesal. “orang asing? Bukan siapa-siapa kata lo? Iya, bukan siapa-siapa, dia yang bukan siapa-siapa itu juga yang dulu bantuin gue nyariin kerjaan buat lo, dia yang bukan siapa-siapa itu juga yang selalu jadi orang pertama yang mikirin kesehatan lo, lo udah makan atau belum, udah check up belum, dia yang bukan siapa-siapa itu yang tiap hari nganterin lo makanan, dia yang bukan siapa-siapa itu yang siap siaga pas lo lagi down, lo sakit dia yang pertama kali ngurus pas gue gak ada, dia yang ngambil alih semua waktu gue yang harusnya gue pakai buat merhatiin lo. Dia yang udah susah-susah bagi waktunya buat lo juga buat ayahnya yang lagi sekarat sekarang. Iya, Won. Dia bukan siapa-siapa!”






“gimana sih? Bukannya kemaren ayah udah baikan?” tanya Jinhyuk sedikit menahan kesal.

Emosinya beberapa hari ini benar-benar tidak stabil.

Ditambah, tadi pagi dia juga bertemu lagi dengan Wooseok. Mantan sahabatnya itu, dengan beraninya mendatangi kantornya hanya untuk memohon agar bisa bertemu dengan Yewon.

Alasannya hanya karena ingin meminta maaf secara langsung pada Yewon. Jinhyuk bersikeras untuk menyuruh semua bodyguard ayahnya agar selalu mengawasi Wooseok, ia tidak akan membiarkan Wooseok nekat menemui Yewon lagi.

Tidak setelah apa yang sudah Wooseok lakukan pada Yewon. Dia sudah memberikan mimpi buruk untuk kehidupan Yewon.

“ayah udah jarang mau makan, ditambah dia pasti mikirin sesuatu” ujar Seungwoo menyahuti.

“takut gue kalo gini, kak. Mana Mia gak ngebolehin gue ketemu Yewon dulu, gue ngajak nikah kemaren ditolak secara gak langsung” keluh Jinhyuk frustasi.

“beneran ditolak lo?”

“ya gimana ya, dia diem aja pas gue ngomong ngajak nikah, adeknya nyuruh gue pulang abis itu, ditolak kan berarti” ujar Jinhyuk.

“ya secara gak langsung sih, tapikan itu yang ngomong adeknyam tunggu ajalah lagian dia juga butuh mikir, Hyuk. Perut dah segede gitu lo bongkar semuanya, terus tiba-tiba ngajak, gimana gak pusing kepalanya”

Jinhyuk hanya memutar bola matanya malas. Sudah, ia tidak berpikir jernih lagi. Ia tidak tahu harus apa sekarang. Dan lagi, hari ini seperti ada sesuatu, seperti ada yang mengganjal dihatinya.









“masih pusing gak?” tanya Mia setelah kembali dari mini market terdekat.

Yewon menggeleng sambil menuju dapur untuk mengambil air minum.

sorry ya tadi gue teriak-teriak ke elo” ucap Mia. Yewon tersenyum. Ini sudah kali keberapa ia dan Mia terus bertengkar tentang perihal yang sama dan kembali berbaikan setelah mengungkapkan semuanya.

Seperti, jalan mereka berdua untuk mengatakan sesuatu yang penting harus selalu dengan cara saling meneriaki satu sama lain.

Kadang Yewon heran bagaimana bisa mereka terus berteman padahal mereka berdua sama-sama keras kepala dan tidak suka diatur, tapi selalu ada jalan atau alasan yang bisa membuat mereka kembali menegur satu sama lain.

“gue juga minta maaf, Mi. Sorry selama ini gue gak pernah dengerin nasehat lo. Sorry gue terus marah-marah ke elo, pokoknya buat segalanya gue minta maaf, gue emang gatau diri, padahal lo selalu ada buat bantu gue disaat gue kayak gini”

“ssttt gak ada yang kayak gitu gak ada. Gak usah ngomong gitu. Intinya kita berdua salah, kita yang emang gak pernah bisa ngomong sesuatu pake kepala dingin” ujar Mia sambil memeluk Yewon.

Tidak perduli seburuk apapun Yewon merasa untuk dirinya sendiri, seburuk apapun orang-orang memandangnya, seburuk apapun takdir yang sudah tuhan ciptakan untuknya, selalu ada Mia yang membuatnya merasa bahwa tidak ada yang lebih baik dari apapun selain seorang Kim Yewon.

“gue bakal mikirin deh” ujar Yewon tiba-tiba.

Mia melepaskan pelukannya sambil menatap Yewon. “mikirin apa?”

“kak Jinhyuk”

Senyum Mia terbentuk, “beneran?”

Yewon mengangguk, “tapi gue minta tolong sama lo”

“pasti gue tolong, tenang aja. Kak Jinhyuk mah urusan gampang”

“bukan!” seru Yewon, “bukan bantuin itu, gue minta bantuin rekamin gue”

Mia diam. “hah?”

“gue mau bikin video, buat kenang-kenangan anak gue ntar”

“kenang-kenangan apasih emang lo mau kemana? Mau pergi jauh terus anak lo lo tinggal? Gila ya lo!” seru Mia.

“gak gitu, Mia. Mau bikin aja, biar pas anak gue gede dia bisa liat dan ngerti 'oh ini pas mama masih muda' gitu” jelas Yewon sambil tertawa.

“gajelas banget, yaudah mana kamera nya?!” ucap Mia, Yewon tersenyum.






Sebelum kembali kerumah kakaknya Yonghee memilih pulang kerumah orang tuanya dulu berniat mengambil beberapa baju karena dia akan menginap dirumah kakaknya lagi entah dalam waktu yang berapa lama.

Yang jelas, Yonghee tentu lebih merasa nyaman dirumah kakaknya ketimbang dirumah orang tuanya.

Perihal kakaknya, Yewon tidak menceritakan pada kedua orang tuanya, belum.

Selain karena tidak siap apa yang akan diucapkan atau bahkan dilakukan kedua orang tuanya setelah tahu tentang anak perempuannya yang kini hidup seorang diri, Yonghee juga masih tidak ingin mengajak kedua orang tuanya lebih dulu terlebih pada ayahnya.

“menginap dirumah Jinyoung, lagi?” tanya ibunya. Yonghee hanya melirik dan mengangguk menanggapi.

“apa tidak sebaiknya istirahat dirumah saja? Kau pasti lelah kan karena selalu sibuk dengan tugas kuliah?” saran ibunya.

“tidak, ibu. Aku sudah menemukan rumah yang nyaman untuk pulang dan beristirahat. Tidak ada lagi kekhawatiran karena aku sudah menemukannya” ucap Yonghee dan menghilang dari balik pintu utama.

Pregnancy: Lee Jinhyuk✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang