0.4. Pesuruh

943 112 55
                                    

Teet, teet, teet. Suara keras itu membangunkan tidur Thalitha. Dia segera mengambil handphone di atas nakasnya dan mengangkat freecall line tersebut.

"Apa si?! lo ganggu tidur gue tau ga!" suara runyam akibat bangun tidur dikeluarkan oleh Thalitha.

"Ini perintah pertama gue. Lo hari ini berangkat sekolah dan balik bareng gue. Gue tunggu sepuluh menit buat lo siap-siap, gue nunggu depan rumah lo!"

"Gila ya lo! mana bisa gue siap-siap sepuluh men..." tut-tut. Freecall dimatikan sebelum Thalitha melanjutkan mengomel lebih lama lagi.

"Shit!!" Thalitha langsung bergegas masuk ke kamar mandi dan setelah mandi dia siap-siap untuk segera pergi ke luar rumah karena laki-laki yang menurutnya brengsek itu sudah menunggu di sana.

"Ma, pa Thalitha berangkat!" teriaknya sambil berlari keluar rumah.

"Sarapan dulu Tha!" ucap Liona, mama Thalitha. Tapi Talitha tidak menjawabnya dan terus berlari menuju motor yang ditumpangi oleh Reyhan.

"Ka, Thalitha kenapa si tumben pagi-pagi udah berangkat? Mana buru-buru gitu lagi," tanya Liona pada anak sulungnya dan Raka hanya menggeleng heran, dia juga tidak tahu kalo sekarang Thalitha disuruh berangkat bareng dengansahabatnya, Reyhan.

***

"Gila lo! gue ga keburu sarapan gara-gara lo!" bentak Thalitha yang telah berada di samping motor dan pemiliknya.

"Bodo amat," Ketusnya. "Buruan naik! lelet banget jadi cewe," pinta Reyhan dengan suara tinggi sambil menyodorkan helm pada Thalitha.

"Biasa aja kali dih, jadi cowo sensian. Pake tuh rok, lo ga pantes jadi cowo!" ledek Thalitha kesal. Dia pun mengambil helm di tangan Reyhan, dan memakainya. Tak lama pun Thalitha menaiki motor milik Reyhan.

Laki-laki melajukan motornya dengan kecepatan penuh, karena emang jalanan masih tidak begitu ramai akibat waktu baru menunjukan pukul 6.05 pagi.

Ckikk. Motornya tiba-tiba berhenti.

"Woi bangsat! Gila lo!" bentak Thalitha kaget karena motor yang dinaikinya tiba-tiba di rem mendadak. Tapi Reyhan menghiraukan ucapannya.

"Turun! lo sarapan dulu. Nanti kalo lo pingsan pas gue suruh-suruh di sekolah kan ga lucu." pinta Reyhan. Memang, mereka sekarang berhenti di tukang bubur ayam yang ada di pinggir jalan.

"Gausah so perhatian deh! Gue ga butuh perhatian dari lo." Thalitha menolak permintaan Reyhan. Reyhan melotot ke arah Thalitha.

"Dih najis biasa aja bisa ga si?! tu mata kalo keluar tau rasa lo," cetus Thalitha kesal. Dia duduk di sebuah bangku tukang bubur ayam itu, karena dia harus menuruti apapun perintah Reyhan.

"Mas, buburnya satu," pinta Reyhan pada mas penjual bubur ayam. Dia pun duduk di depan Thalitha.

Buburnya datang, dan Thalitha belum juga memakannya.

"Heh cepetan makan! gue bisa berjamur nunggu lo mau makan itu!" Reyhan marah. Dengan kesal dan tanpa sepatah kata pun Thalitha memakan bubur ayam di hadapannya.

Reyhan hanya melihat Thalitha dengan wajah penuh kemenangan, karena cewe di depannya sudah mau ia suruh.

***

REYTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang