Thalitha sudah menginjakan kaki di halaman rumah megahnya. Dia masuk tanpa mengeluarkan suara satu kata pun. Wajahnya kini terlihat sangat pucat dan dia berjalan sempoyongan.
Liona yang melihat keadaan Thalitha langsung menghampirinya.
"Sayang kamu kenapa? muka kamu pucet banget, kita ke rumah sakit ya." Liona khawatir dengan keadaan Thalitha.
Perempuan yang sekarang sedang dikhawatirkan Liona hanya terdiam.
"Ka! Raka!" teriak Liona memanggil Raka.
Raka yang biasanya bodo amat pada Thalitha, sekarang dia khawatir melihat kondisi Thalitha saat ini, "yaampun dek lo kenapa? ko bisa gini?" tanyanya khawatir.
"Yaudah ma cepetan kita bawa Thalitha ke Rumah Sakit." Raka dan Liona membawa Thalitha menuju mobil, dan dengan cepat Raka mengendarai mobil itu agar cepat sampai di Rumah Sakit.
Kini, mobil yang dilajukan Raka berhenti di depan sebuah Rumah Sakit. Rumah Sakit ini milik Dewa, papanya.
"Suster! tolong anak saya sus." teriak Liona menghampiri suster, sedangkan Raka dibelakang Liona membopong Thalitha karena kondisinya yang terlalu lemah membuat Thalitha tak sadarkan diri.
Beberapa suster membawa Thalitha ke ruang UGD untuk ditangani. Meskipun Liona dan Raka adalah keluarga dari pemilik Rumah Sakit ini, tetap saja mereka tidak diperbolehkan masuk ke dalam selama pemeriksaan berlangsung. Mereka hanya diam, duduk menunggu kabar terbaik dari dokter yang sedang menangani Thalitha.
Beberapa menit kemudian, dokter keluar UGD dan menghampiri Liona yang tengah duduk disamping Raka.
"Keadaan Thalitha sejauh ini baik-baik saja, dia pingsan hanya karena efek pusing dan tekanan darahnya yang rendah, sepertinya juga kepala Thalitha mengalami benturan yang cukup keras sehingga menyebabkan benjolan di kepalanya, tapi itu tidak perlu dikhawatirkan." penjelasan dokter mengenai keadaan Thalitha saat ini.
Liona dan Raka menghela nafas lega setelah mendengarkan penjelasan sang dokter, "ya sudah terima kasih dok, saya akan lihat keadaan putri saya, permisi dok." ucap Liona meninggalkan dokter itu yang diikuti oleh Raka.
Mereka berjalan mendekati Thalitha yang tengah terbaring lemah diatas ranjang UGD dengan selang infus yang terpasang di tangannya.
"Sayang gimana keadaannya sekarang? Agak baikan?" tanya Liona masih cemas karena melihat Thalitha yang belum pulih sepenuhnya.
Thalitha mengangguk, "lagian mama juga kenapa pake bawa Thalitha ke sini? Thalitha gapapa cuman pusing doang," jelasnya.
"Gila lo dek gapapa gimana? gue dan mama khawatir liat lo dateng-dateng kaya udah mau kehilangan nyawa. Lagian kata dokter juga tekanan darah lo rendah, terus katanya ada benjolan di kepala lo, lo kepentok apaan si sampe bisa kaya gini?" omelan Raka membuat Thalitha tambah pusing mendengarnya.
Liona menggelengkan kepala melihat kelakuan Raka yang memang peduli dengan Thlalitha tapi caranya yang berbeda
"Ka, udah Thalitha masih sakit gausah diomelin." pinta Liona pada Raka.
Thalitha terkekeh kecil, "tau tu bang gue sakit tetep aja diomelin, gue suruh juga tuh dokter buat jahit mulut lo."
"Jadi gini ceritanya, pas gue jalan di koridor bareng Reyhan ada anak baset yang lagi eskul dan katanya dia ga sengaja ngelempar bolanya kena kepala gue, terus gue ngerasa pusing, dan lama lama penglihatan gue juga kabur. Terus gatau tuh pas gue bangun tiba-tiba udah ada di UKS, dan yang paling gue gasuka itu sahabat lo! gue baru sadar juga udah banyak omong banget dih dasar cowo sensi," jelas Thalitha.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYTHA
Genç KurguDengan dia, hidup tidak harus tentang berlaku baik, dan dengan dia hidup tidak harus tentang berlaku buruk. -Thalitha Jadilah diri sendiri. Berperan sebagai orang lain tidak akan menjadikan hidupmu indah. Hiduplah dengan tenang tanpa harus mengenan...