0.7. Mengapa Harus Menghantui Lagi?

778 97 39
                                    

Pagi ini Thalitha malas untuk pergi ke sekolah setelah menerima telepon dari Reyhan. Dia memintanya untuk berangkat bareng hari ini. Dan yang paling menjengkelkan, Raka menyetujui permintaan Reyhan kali ini.

Thalitha sudah menolak permintaannya dengan alasan dia males sekolah dan jika dia sekolah sekalipun dia akan berangkat bareng sama Raka. Namun Reyhan bilang 'gue udah bilang ke abang lo, gue yang akan berangkat bareng sama lo'.

Saat dia jalan menuju meja makan untuk sarapan, sepasang matanya sontak membulat karena kaget ketika melihat laki-laki yang ingin dia hindari hari ini tengah duduk di sofa.

"Lo ngapain pagi-pagi udah disini?" tanya Thalitha kaget.

"Nungguin lo."

"kenapa nungguin gue?"

"Biar lo ga kabur dari gue."

Thalitha menampakkan gelombang di dahinya. Dia heran, mengapa laki-laki itu tidak bersikap seperti biasanya, yang selalu kasar dan membuat dia naik darah.

Perempuan itu berjalan menuju meja makan, dan hanya menghiraukan Reyhan yang tengah menunggunya.

"Rey, kamu ga sarapan bareng Thalitha?" tanya Liona.

Reyhan menunjukan lengkungan di bibirnya, "Engga usah tante, makasih."

Thalitha sengaja mengulur waktu sarapannya cukup lama, tidak seperti biasa. Karena dia malas untuk segera menemui Reyhan yang sedang menunggunya di sofa ruang keluarga.

Thalitha menyelesaikan sarapannya hampir 30 menit. Kemudia ia pergi berpamitan kepada Liona, " ma aku berangkat," nadanya nampak tidak bersemangat.

"Hati-hati ya. Kalo kamu di sekolah ngerasa ga enak badan lagi, telepon mama nanti mama suruh supir buat jemput kamu ke sekolah." Liona masih tampak khawatir jika tiba-tiba di sekolah dia drop lagi seperti kemarin.

"Udah siap?" tanya Reyhan basa-basi.

"Menurut lo?"

"Yaudah yu," Reyhan bangun dari duduknya, "Tante kita berangkat ya." pamit Reyhan pada Liona.

"Jagain Thalitha ya, jangan sampe dia kaya kemari lagi." pinta Liona.

Reyhan mengangguk tanda dia mengerti dan memberikan senyuman. Dengan mendengar ucapan Liona, ia jadi semakin merasa bersalah pada Thalitha.

Mereka berdua pergi keluar rumah. Reyhan langsung menaiki jok supir mobilnya, sedangkan Thalitha masih mematung di samping mobil dengan wajah heran.

"Tumben lo bawa mobil?"

"Udah gausah banyak tanya, cepet masuk." pinta Reyhan.

REYTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang