1.5. Maaf Yang Penuh Makna

599 48 58
                                    

"Tha, lo tau kan gue gasuka sama dia. Tapi gue juga lebih gasuka kalo lo bahas-bahas dia di depan gue!" Reyhan menunjukkan jari telunjuk di depan wajah Thalitha dan meninggikan suaranya, sehingga membuat Thalitha sontak tidak menyangka.

Thalitha membisu, bahkan dia tidak mengedipkan matanya. Jika saja dia mengedipkan matanya, cairan bening akan lolos keluar menerpa pipinya.

"Sorry Tha." Reyhan meredakan amarahnya sendiri, dia mengambil Lengan Thalitha dan menggengamnya.

"Sorry kak, lo ga berhak nyakitin Thalitha." Devan mengambil lengan Thalitha dari Reyhan dan segera membawa Thalitha pergi dari hadapanya.

Reyhan menunjukkan pandangannya pada punggung gadis yang baru saja ia bentak yang semakin menjauh. Wajah yang penuh penyesalan ditampakkan oleh Reyhan.

"Kenapa gue harus bentak dia si?! Bego!" Reyhan menendang tempat sampah yang ada di hadapannya.

***

"Makasih Van, lo udah bawa gue dar--"

"Sama-sama Tha. Udah gausah dibahas." pandangan Devan tetap fokus ke depan, dia harus membawa mobilnya hati-hati karena sekarang ia sedang membawa gadis yang disukainya.

Suasana yang tidak diharapkan kini terjadi, keheningan yang memyelimuti suasana di dalam mobil Devan membuat keduanya merasa canggung.

Thalitha sangat tidak suka jika berada pada suasana ini, dia membuka mulutnya dan melontarlan satu pertanyaan, "rumah lo masih jauh?"

Devan menggelengkan kepalanya, "bentar lagi sampe ko."

Thalitha hanya ber-oh ria. Benar saja yang dikatakan Devan, kini mereka berdua telah berhenti di pekarangan rumah yang cukup luas.

Devan membuka pintu mobil dan segera keluar dari dalam mobil. Begitupun dengan Thalitha, dia mengikuti Devan di belakangnya.

Hari ini mereka berdua akan melaksanakan latihan untuk pentas Seni Budaya agat memenuhi tugasnya yang akan di gelar pada hari Kamis nanti. Kebetulan di rumah Devan ada studio music pribadi, jadi mereka tidak perlu repot-repot menyewa tempat untuk berlatih.

"Ayo masuk."

Thalitha menganggukkan kepalanya, "lo sama siapa di rumah?"

"Berdua

"Nyokap?"

"Bukan."

"Bokap?"

"Bukan."

"Terus?"

"Lo."

"Ga gitu maksud gue, lo tinggal sama siapa di rumah ini?" Thalitha mengulang pertanyaannya.


"Sama mama, papa. Tapi mereka sekarang katanya ada urusan kantor di luar kota. Jadi gue sendiri di rumah."

"Ga ada pembantu?

"Engga."

Thalitha menganggukkan kepalanya paham.

"Studio music lo dimana?"

"Belakang, yu ke sana."

REYTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang