1.6. Awal Kehidupan Baru

589 54 41
                                        

Hari yang ditunggu-tunggu kini hadir. Siswa-siswi kelas XI IPS 1 sedang mempersiapkan untuk Pentas Seni Budaya di kelasnya, agar dapat menampilkannya dengan maksimal termasuk Thalitha. Kini ia sedang mengecek biola yang dibawa Devan.

"Selamat pagi anak-anak." suara pak Danias tiba-tiba terdengar ketika mereka sedang mempersiapkan semuanya.

Mereka segera duduk di bangkunya masing-masing, "pagi pak..." jawabnya serentak.

"Udah siap untuk pertemuan hari ini?"

"Siap pak!" lagi-lagi semua siswa di dalam kelas menjawabnya dengan serentak.

Pak Danias duduk di meja guru. Ia membuka buku absennya.

"Bapak absen satu kelompok-satu kelompok untuk maju ke depan ya, dan tampilkan yang terbaik."

"Stefani Cecillia dan Selly Maretha."

Pak Danias menyebutkan nama kedua sahabat Thalitha terlebih dahulu. Mereka segera maju ke depan kelas. Selly membawa sebuah gitar, dan Stefani maju ke depan dengan tangan kosong.

Stefani mulai bernyanyi diiringi oleh Selly dengan petikan gitar yang sangat harmonis, sehingga membuat suasana kelas menjadi begitu hangat.

Prok, prok, prok. Semua siswa memberikan tepuk tangan untuk penampilan Stefani dan Selly. Sungguh, pembukaan yang sangat manis untuk Pentas Seni Budaya ini.

"Kalian keren." Thalitha berkomentar pada Stefani dan Selly.

Pak Danias terus menyebutkan nama-nama setiap kelompoknya untuk maju kedepan. Akhirnya tersisa satu kelompok lagi yang belum di tampilkan.

"Devan Algata dan Thalitha Leliona Nasution, silahkan maju ke depan." pinta pak Danias.

Mereka berdua beranjak dari duduknya dan segera maju ke depan kelas. Kini, Thalitha sudah siap dengan biola di tangannya, sedangkan Devan sudah siap dengan posisi duduk di depan sebuah piano.

Sebelum menunjukkan penampilannya, mereka berdua saling mempertemukan tatapannya dan saling melontarkan senyuman di bibirnya.

Mereka sangat yakin akan menutup Pentas Seni Budaya ini dengan penampilan yang sangat luar biasa.

Thalitha menarik nafasnya dalam-dalam, begitupun dengan Devan. Dan akhirnya mereka mulai memainkan jemari dan tangannya untuk menghasilkan sebuah intro yang melow nan indah.

Play mulmed on video🔊☝🏻

Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti - Banda Neira

Jatuh dan tersungkur di tanah aku
berselimut debu sekujur tubuhku
panas dan menyengat
rebah dan berkarat

Thalitha mengenang masa-masa jatuh, masa dimana semua harapannya luruh, tubuhnya rapuh, saat keinginan-keinginannya tak menemui kenyataan.

Setidaknya ia mampu memahami bahwa setiap yang bernyawa pada saatnya akan galau, akan resah terhadap hidup dan kehidupannya, akan ada titik nadir kehidupan yang membawanya pada jurang keputus-asaan lalu matanya hanya akan memandang kegagalan demi kegagalan, seperti ia dilahirkan untuk gagal.

Yang, yang patah tumbuh, yang hilang berganti
yang hancur lebur akan terobati
yang sia-sia akan jadi makna
yang terus berulang, suatu saat henti
yang pernah jatuh 'kan berdiri lagi
yang patah tumbuh, yang hilang berganti.

***

Dimana ada musim yang menunggu
meranggas merapuh, berganti dan luruh
bayang yang berserah
Terang di ujung sana

REYTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang