1.7. Sepercik Harapan Dan Kenyataan

629 54 76
                                    

Sebuah mobil mendarat di halaman rumah yang begitu megah. Ia memakai jaket berwarna maroon dengan tatanan rambut yang tak kalah keren dengan wajahnya.

Ia berjalan mendekati pintu utama rumah tersebut.

Ting, ting. Ia menekan bel yang ada di samping pintunya.

Seorang perempuan berhasil membukakan pintu, "eh Reyhan. Mau ketemu Raka?"

"Engga tan, aku mau ajak jalan Thalitha. Boleh kan?"

"Oh tante kira mau ketemu Raka. Boleh boleh, ayo masuk dulu. Tante mau panggil Thalitha." Liona mempersilakan Reyhan untuk masuk ke dalam rumahnya, "itu di ruang keluarga juga ada Raka, samperin aja ya."

"Iya tan." Reyhan menyunggingkan sudut bibirnya.

Reyhan melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Memang benar, disana terdapat seorang laki-laki yang tengah asik menonton acara di televisi.

Reyhan langsung duduk di samping Raka tanpa aba-aba. Membuat Raka sontak terkejut dengan kedatangannya.

"Woi gila! Dateng darimana ini makhluk?" Raka bergedek ngeri.

"Makhluk, makhluk. Biasa aja kali." Reyhan mengambil snack yang ada di tangan Raka dan memakannya tanpa seizin si pemilik.

"Itu makanan gue lo main ambil aja bangsat!" Raka merebut kembali snack yang diambil Reyhan. Reyhan hanya menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Mau jalan sama adek gue?"

"Iya."

"Wii. Proses nih, jangan lama-lama nanti ditikung Rio." Raka tertawa pelan.

"Ga akan. Rio sukanya sama adek gue."

"WOW GILA! Gue kira Rio ga suka sama cewe, jadi ternyata dia naksir adek lo juga." Raka tertawa keras.

"Homo kali." Reyhan pun ikut tertawa.

Thalitha memperhatikan Reyhan dan Raka yang kini tengah tertawa. Dia sudah memperhatikannya di tangga dari awal mereka tertawa.

"Ada apa si? Receh banget dah." Thalitha menghampiri mereka berdua. Rasanya jika dia terus memperhatikannya, tawa mereka tidak akan terhenti.

Reyhan dan Raka menghentikan tawanya, mereka mengatur napasnya kembali yang terengah-engah akibat tawa yang berlebihan itu.

"Eh bidadari gue udah turun." ucap Raka.

"Dih, najis."

"Jadi adek gue udah mulai suka juga nih sama Reyhan?"

Thalitha memutar matanya malas. Tampang Raka yang menyebalkan seperti ingin di daratkan sandal jepit bi Arum.

"Udah yu Rey pergi aja."

"Ehem adek gue mulai nyosor." nada bicara Raka membuat Thalitha mendaratkan bantal sofa di kepalanya berkali-kali.

"Ampun dek! Ampun!" Raka melambaikan tangannya di atas.

Reyhan yang melihat adegan adik kakak tersebut hanya tertawa. Ia tidak menyangka, sungguh harmonis keluarga ini, ingin rasanya ia menjadi bagiannya.

"Jangan berani-berani bangunin singa yang lagi tidur ka." Reyhan beranjak dari duduknya dan terkekeh geli.

Mood Thalitha semakin buruk. Dia tidak begitu yakin jalan malam ini bersama Reyhan berjalan mulus.

"Loh kalian ko belum pergi juga?" Liona menghampiri mereka bertiga.

"Ada orang ngajak ribut ma." jawab Thalitha malas. "Aku mending ga jadi pergi deh ma." lanjutnya.

"Loh kenapa? Kasian Reyhan sayang. Dia udah kesini loh, cepet sana pergi."

REYTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang