"Lo jangan kasih tau siapapun tentang masalalunya Thalitha, gue mohon sama lo."
"Mama udah percayain lo buat kembaliin Thalitha yang sekarang ke Thalitha yang dulu."
"Lo jangan kecewain gue dan mama."
Kalimat demi kalimat itu kini menjadi beban buat Reyhan. Apakah dia bisa membuat Thalitha seperti dulu lagi? Dia terlalu khawatir jika semesta tidak memihak kepadanya.
°°°°
Suasana sekolah menurut Thalitha masih sama seperti biasanya, setelah dia tidak masuk selama dua hari berturut-turut. Yang berubah hanyalah Thalitha, dia jadi perempuan freak, dia tidak lagi kasar seperti biasanya, tapi dia juga tidak baik seperti dulu. Dia hanya lebih memilih banyak diam.
Banyak siswa-siswi yang heran dengan sikap Thalitha sekarang. 'Kenapa sebenarnya Thalitha?'
Stefani dan Selly pun merasakan perubahan sikap Thalitha, tapi mereka hanya menganggapnya dia masih belum sehat dati sakitnya.
"Tha lo mau kita beliin apa di kantin? Kayanya lo masih belum sehat deh, jadi lo gausah ikut ke kantin ya." tanya Selly.
Thalitha menggelengkan kepalanya, "gue ga laper, kalian ke kantin aja, gapapa ko. Nanti keburu penuh."
"Lo yakin Tha kita tinggal sendirian?" Stefani khawatir.
Thalitha menganggukan kepalanya.
"Kalo ada apa-apa lo bisa telepon gue Tha." jelas Stefani.
Thalitha kini melipatkan kedua tangannya diatas meja, dan kepala Thalitha disimpan diatas lipatan tangannya.
Di kelas yang tidak terbilang kecil, hanya ada Thalitha di dalamnya.
Suara langkah kaki terdengar oleh Thalitha, dia teringat kejadian kemarin lusa. Saat dia dihantui masalalunya--lagi.
Keringat dingin kini membasahi wajah, tangan, dan badan Thalitha, dia tidak berani mengangkat tubuhnya.
"Tha lo gapapa?" tangan hangat tepat menempel di dahi Thalitha.
Thalitha merasa lega karena yang datang bukan 'dia', melainkan Reyhan.
Thalitha bangun dan mengatur nafasnya yang memburu. "Gapapa."
Reyhan menjulurkan tangannya yang memegang coklat, "buat lo."
Thalitha menggelombangkan dahinya heran. Mengapa Reyhan benar-benar bersikap baik kepadanya? Apakah setan di dalam diri Reyhan sudah hilang?
"Gausah liatin gue, kalo lo suka nanti repot."
"Dih"
"Yaudah nih ambil, tangan gue pegel gini terus."
Sikap Reyhan kembali menyebalkan. Kenapa sikap dia selalu berubah-ubah? Entahlah.
"Thanks."
Reyhan menampakan senyum yang tak biasa ia tampakkan kepada orang lain selain Deva, Melly, dan Dhifa. Tapi Thalitha tidak begitu tertarik.
"Lo ga makan?"
"Ga laper."
"Nanti lo sakit."
"Udah kepalang sakit."
"Tha!"
"Apa?"
"Jangan gitu, gue gamau terus khawatir sama lo."
"Yaudah gausah khawatirin gue, simpel."
"Tapi gabisa Tha, lo harus lupain masalalu lo." Reyhan yang muak dengan sikap Thalitha yang selalu seperti itu, akhirnya tanpa dia sadari dia mengucapkan yang seharusnya hanya dia jaga di dalam hati dan pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYTHA
Teen FictionDengan dia, hidup tidak harus tentang berlaku baik, dan dengan dia hidup tidak harus tentang berlaku buruk. -Thalitha Jadilah diri sendiri. Berperan sebagai orang lain tidak akan menjadikan hidupmu indah. Hiduplah dengan tenang tanpa harus mengenan...