Semoga suka^^
Klik bintang dulu baru lanjut bacaa.
Jangan lupa ajakin teman kelen ikutan baca yes.Happy Reading~~
•••
Ku pikir melupakanmu adalah suatu hal yang berat, namun ternyata pikirku salah. Kau hanya bagian dari masalalu yang sempat ku singgahi, tempatku belajar bahwa tidak semua yang dicintai berakhir dimiliki.~Misela Angel~
•••Mereka sudah berada di meja makan, Misel duduk di samping Ardit. Sepertinya lelaki itu memang sangat kelaparan, karena sesampainya di meja makan Ardit langsung mengambil nasi dengan heboh.
"Oh iya Bunda, Dita kemana?" tanya Misel karena sedari tadi ia tak mendengar suara Dita yang cempreng.
"Dia ada ekskul hari ini, paling sebentar lagi pulang," jawab Shinta sambil mendorong lauk ke dekat Misel.
"Laper banget, Dit?" tanya Misel ia melihat Ardit makan sangat lahap.
"Iya." Ardit mengangguk dengan mulut penuh. "Kamu makan yang banyak ya? Itu ada kerang kesukaan kamu. Gak usah malu-malu," sambungnya ia sibuk mendekatkan kerang ke arah Misel.
"Kalian makan ya, Bunda tinggal dulu mau buatin puding buat kalian," kata Bunda kemudian melangkah ke arah pantri.
"Ardit, kok nasinya banyak banget sih," protes Misel saat Ardit menyendokkan nasi ke piringnya terlalu banyak, kalau di rumahnya bisa saja ia menyisakan makanan tapi ini di rumah Ardit ia akan malu jika menyisakan makanan.
"Sedikit kok itu. Kamu harus makan banyak biar badan kamu ada isinya. Kurus banget tahu," omel Ardit.
"Kalo gak abis gimana? Lambung aku kecil, gak bisa nampung makanan banyak-banyak."
"Makan dulu, sayang. Kalau gak bisa diabisin nantu aku yang makan," balas Ardit. Cowok itu mengoceh dengan mulut penuh.
"Iya. Iya." Misel mengalah, ia akhirnya makan dengan khidmat.
"Nggak makan sayur?" tanya Ardit yang melihat Misel makan dalam diam. "Sayur itu sehat, cukup perut aku aja yang aneh, kamu harus makan sayur biar sehat," sambungnya.
Misel menggeleng. "Nggak usah, aku makan kerang sama telur gulung aja."
Tanpa mendengarkan Misel, Ardit menyendok sayur kangkung ke piring gadis itu. Misel hendak protes namun ia urungkan karena percuma saja, Ardit tidak akan pernah mau kalah jika berhubungan dengan kesehatan.
Misel telah menghabiskan setengah makanannya. "Dit, aku udah kenyang," ucapnya dengan suara pelan karena jarak meja makan dan pantri hanya sekitar 4 meter.
"Yakin?" Misel mengangguk, wajahnya dibuat memelas.
"Yaudah, siniin." Ardit mengambil piring Misel memindahkan isinya ke piringnya sendiri. "Tapi tungguin aku selesai makan ya?" pintanya yang mendapat anggukan Misel.
[Udah kek suami istri aja nih anak SMA😭]
Misel hanya memandangi Ardit yang sedang lahap makan. Dilihat dari samping pun pesona Ardit memang luar biasa. Mungkin turunan dari Ayahnya, meski sudah berumur Ayah Ardit masih terlihat fresh dan tampan sangat mirip dengan Ardit.
"Udah?" tanya Misel yang melihat piring Ardit sudah kosong. Cowok itu menenggak air minum di gelas hingga tandas.
"Iya, kenyang banget," balas Ardit memegangi perutnya yang membuncit.
Misel berdiri, ia membereskan piring-piring yang telah mereka gunakan kemudian membawanya ke wastafel.
"Misel, kok pake diangkat sih sayang? Nanti Mbak Ais yang beresin," ujar Shinta ketika melihat Misel meletakkan piring kotor ke wastafel.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISEL [END✔]
Teen FictionCerita ini bisa dibaca sambil bernafas, gak percaya? Coba aja:v ••• Sebelum bertemu kamu, aku gak tahu kalau bidadari beneran ada yang hidup di Bumi. ••• Sebelum bertemu kamu, aku gak tahu kalau ada yang rela mencintaiku dengan tulus. ••• "Bagaimana...