MISEL 44| Perjodohan

7K 189 34
                                    

Semoga suka^^
Klik bintang dulu baru lanjut bacaa.
Jangan lupa ajakin teman kelen ikutan baca yes.

Happy Reading~~

•••
Kuharap akhir dari perjuanganku bisa membuat aku dan kamu menjadi kita.

~Arditya Purnama~

•••

Senyuman itu tidak pernah lepas dari bibir Ardit sejak berangkat sekolah pagi tadi hingga pulang ke rumah.

Banyak hal yang dilalui hari ini, jika kemarin-kemarin melelahkan maka hari ini menyenangkan.

Setelah tadi Ardit mengantarkan Misel pulang dengan selamat dan sehat wal afiat, Ardit segera pulang ke rumah dan langsung masuk ke kamar untuk membaringkan tubuh, mengistrahatkan otaknya sejenak dari jenuhnya berpikir selama di sekolah.

Hingga sore Ardit baru terbangun saat ia mendengar Ayahnya mengetuk pintu kamarnya berulang kali. Ardit meregangkan otot, mengumpulkan nyawa, kemudian bangkit untuk membuka pintu.

"Kenapa, Yah?" tanyanya saat pintu sudah terbuka.

Rangga melihat putranya dengan kening berkerut, melihat penampilan Ardit dari atas sampai bawah. Acak-acakan khas orang baru bangun tidur.

"Kok belum siap-siap?" tanya Rangga heran.

"Mau kemana?" tanya Ardit balik dengan mata yang masih setengah tertutup, samar-samar melihat penampilan Ayahnya yang sudah rapih.

"Loh? Kita kan mau makan malam sama keluarga teman Ayah yang anaknya mau dijodohin sama kamu."

Mata Ardit tiba-tiba terbuka lebar mendengar penuturan Ayahnya. "APA?" teriaknya kelewat keras yang membuat Rangga sampai harus menutup telinga.

Shinta muncul dari balik punggung Rangga. "Kenapa teriak-teriak, Dit?"

"Bunda? Ayah? Aku udah bilang kan kalo aku nggak mau dijodohin. Aku pikir Ayah sama Bunda udah berubah pikiran karena selama beberapa hari ini udah nggak ngebahas itu. Aku juga udah nggak bolos-bolos lagi kan? Ayah tahu? Itu semua karena Misel. Pokoknya, sampai kapan pun aku nggak bakalan mau!" tolaknya dengan mata yang sudah memerah, otot-otot lehernya bermunculan saat Ardit berbicara.

"Dit." Shinta menghampiri Ardit, menenangkan putranya.

Ardit menatap Shinta dengan pandangan memohon. "Bunda ... Aku nggak mau," katanya.

Shinta mengangguk. "Kita nggak akan maksa kalo setelah kamu ketemu sama dia, kamu nggak mau."

"Nggak usah pake ketemu segala Bunda, aku udah pasti nolak kalo itu bukan Misel."

"Ayah udah janji sama keluarga teman Ayah untuk makan malam. Kamu cukup ikut aja," kata Rangga sambil melirik arloji di pergelangan tangannya. "Udah sana kamu mandi, siap-siap. Tiga puluh menit lagi kita berangkat," ucap Rangga final, tidak terbantahkan.

Shinta mengelus pundak Ardit. "Kita cuma makan malam Dit, cuma buat menghormati keluarga mereka. Siapa tahu kamu berubah pikiran."

"Bunda," ujar Ardit merengek.

"Jangan buat Ayah marah, Dit!" kata Rangga memperingati.

Ardit menunduk pasrah kemudian mengangguk, berbalik mengambil handuk dengan langkah pelan menuju kamar mandi.

•••

Keluarga Ardit sampai lebih dulu. Sejak tadi Ardit hanya duduk memainkan ponsel dengan bosan karena sedari tadi Misel tidak membalas pesannya, padahal Ardit ingin mengadu pada gadis itu.

MISEL [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang