Note: Tidak usah hiraukan quote, tidak ada hubungannya dengan isi cerita^ω^
Semoga suka^^
Klik bintang dulu baru lanjut bacaa.
Jangan lupa ajakin teman klean ikutan baca yes.Happy reading~~
•••
Aku berusaha menipiskan jarak diantara kita. Namun, kau pun berusaha merentangkan jarak diantara kita.~Arditya Purnama~
•••Hari ini Misel sudah masuk sekolah yang tentu saja membuat Ardit sangat bahagia, pagi-pagi sekali cowok itu sudah bersiap-siap menjemput Misel.
Awalnya Misel menolak untuk dijemput Ardit, karena Bang Daril bilang akan mengantarnya. Namun, cowok itu protes dengan keras ditambah suara yang misuh-misuh di seberang telpon yang membuat Misel mengiyakan saja. Ia tidak mau tanggung jawab kalau bayi besar itu mengambek saat di sekolah.
Mereka sekarang sedang berada di kelas, Ardit benar-benar terus menempel kepada Misel seolah jika ia jauh sedikit dari Misel cewek itu akan meninggalkannya. Fix, bucin Ardit sudah tingkat darurat.
Seperti sekarang ini, cowok itu menggeser Icha untuk duduk di bangkunya agar ia bisa duduk di samping Misel. Mereka sedang menonton drakor di laptop Misel, Misel sangat fokus menonton sangat jauh berbeda dengan yang dilakukan Ardit. Cowok itu tengah memiringkan kepala menyender di bahu Misel, jemarinya saling bertautan dengan jemari Misel. Dalam genggamannya cowok itu mengusap-usap punggung tangan Misel.
Misel tidak merasa terganggu dengan tingkah Ardit yang semakin overprotektif, gadis itu sekali-kali hanya tersenyum geli ketika Ardit sedang misuh-misuh jika Misel memintanya kembali ke tempat duduknya.
"Sayang," gumam Ardit sambil memperbaiki letak kepalanya di bahu Misel agar gadis itu tidak merasa berat menopang kepalanya.
"Kenapa?" tanya Misel, ia menekan tombol pause untuk menjeda drama yang ditontonnya.
"Jangan sakit lagi ya?" pinta Ardit masih dengan mengusap pelan punggung tangan Misel.
"Sakit kan gak diminta, Dit." Misel menyahut sambil menepuk pelan puncak kepala Ardit. Cowok itu sangat menyukai jika Misel menepuk pelan kepalanya.
"Iya juga ya," balas Ardit terkekeh pelan.
Kekehan Ardit menular kepada Misel.
"Bahu kamu sakit gak aku senderin?" tanya sedikit mendongak yang otomatis membuat jarak mereka sangat dekat karena Misel juga menghadap ke wajah Ardit.
Keduanya tegang menahan napas, namun Ardit dengan cepat berdehem kemudian mengangkat kepalanya dari bahu Misel menjadi tegak. Suasana terasa canggung, jantung keduanya meronta-ronta di dalam sana.
"Woii kalian ngapain sih? Ngebucin terooooosssss." Di tengah kecanggungan itu, Revan datang dari luar kelas mengagetkan keduanya.
Ardit mendelik ke arah Revan yang sedang berkacak pinggang di depan kelas menatap keduanya. "Iri aja lo," sahutnya sewot.
"Sorry yeee, gak ada dalam kamus gue kata iri hanya karena ngeliat orang ngebucin," sindir Revan dengan gaya tengil.
"Bodo amat!" sahut Ardit cuek.
"Oi Dit, balik sono ke tempat duduk lo," suruh Icha yang sudah sangat kesal karena terus direcoki Revan di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISEL [END✔]
Ficção AdolescenteCerita ini bisa dibaca sambil bernafas, gak percaya? Coba aja:v ••• Sebelum bertemu kamu, aku gak tahu kalau bidadari beneran ada yang hidup di Bumi. ••• Sebelum bertemu kamu, aku gak tahu kalau ada yang rela mencintaiku dengan tulus. ••• "Bagaimana...