MISEL 20| Jenguk Pacar

3.6K 149 1
                                    

Note: quote-nya gak nyambung sama isi cerita, soalnya ini ungkapan hati Misel buat LEON aja. Kadang-kadang buat Ardit, sih. Pokoknya yang jahat buat Leon, yang baik buat si bucin hahahaha.

Semoga suka^^
Klik bintang dulu baru lanjut bacaa.
Jangan lupa ajakin teman klean ikutan baca yes.

Happy Reading~~

•••
Jika hadirku hanya mengusik kehidupanmu, aku rasa memang kisah kita hanya cukup sampai disini.

~Misela Angel~
•••

Hubungan Misel dan Ardit sudah berjalan selama tiga bulan, seperti pasangan biasa untuk ukuran umur tiga bulan masih hangat-hangatnya meskipun kadang dibumbui sedikit pertengkaran kecil.

Di dalam kelas, Ardit hanya memandangi bangku kosong yang berada tepat di depannya tanpa menghiraukan ocehan guru di depan kelas. Pikirannya menerawang jauh memikirkan gadisnya.

Hari ini Misel memang tidak masuk sekolah karena sakit, karena kemarin pulang sekolah mereka hujan-hujanan.

Ardit baru mengetahui Misel sakit setelah ia berniat menjemput Misel di rumahnya, karena gadis itu tak menjawab telponnya ataupun pesannya untuk memberi kabar, jadilah tadi pagi Ardit sangat khawatir saat tahu Misel sedang sakit.

Ardit merutuki diri karena ia menerima permintaan Misel untuk pulang hujan-hujanan demi menghindari Leon yang juga sedang berteduh di halte sekolah. Seharusnya Ardit tidak cemburu kepada Leon agar Misel tidak perlu menghindar dari mantannya itu.

Memang Ardit semakin takut kehilangan Misel, apalagi Misel itu cantik pasti banyak yang suka. Ardit benar-benar tidak rela, membayangkannya saja sudah membuat hatinya panas.

"Dit, kenapa dah lo dari tadi ngelamun?" Revan menyikut Ardit yang berada di sampingnya.

Ardit hanya menghela napas, rasanya ia kurang bersemangat hari ini karena penyemangatnya sedang sakit. Cowok itu tidak membalas ucapan Revan.

"Oh gue tau, lo pasti lagi mikirin Misel kan?" Revan menebak yang tebakannya tepat sasaran, apa lagi yang bisa membuat Ardit melamun kalau bukan lagi memikirkan Misel. Emang dasarnya bucin ya tetap aja bucin.

"Kok lo tau, tukang santet ya lo?" tanya Ardit dengan nada sedikit bercanda agar hatinya meringan sedikit, ia melirik jam dipergelangan tangannya jam pulang sekolah masih lama, itu artinya masih lama juga ia bisa bertemu dengan Misel.

"Sa ae lo pantat panci, emang Misel sakit apa dah? Lo apain temen gue?" tanya Revan sedikit menuduh.

"Dia demam, kemarin kita pulang hujan-hujanan," jawab Ardit mengusap wajahnya.

"WAH PARAH LO!" ujar Revan setengah berteriak, Pak Darma yang masih berada di kelas menatap tajam ke arah Revan.

"Ada apa Revan? Kenapa teriak-teriak? Mau saya hukun sampai jam pelajaran selesai?" tanya Pak Darma sambil menurunkan kacamatanya.

"Maaf Pak, refleks," sahut Revan cepat, cowok itu menunduk merutuki kebodohannya sendiri, bisa-bisanya ia tidak menyadari kalau pak Darma masih di kelas sedang mendongengkan teman-temannya.

"Lo sih, Dit." Revan mendelik ke arah Ardit seolah menyalahkan teman sebangkunya itu.

"Lah? Salah gue apa?" tanya Ardit tak terima disalahkan.

MISEL [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang