Happy reading~~
Lukaku saja belum sembuh.
Bagaimana bisa aku membiarkan luka baru tumbuh?~Misela Angel~
•••
Dalam perjalanan tidak ada yang membuka suara terlebih dahulu. Hanya suara motor yang menghiasi perjalanan mereka.
Ardit melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia sengaja supaya bisa berlama-lama membonceng Misel.
Setengah perjalanan masih tidak ada yang mau membuka suara. Ardit tidak bisa diam terus, ia mencoba membuka suara lebih dulu.
"Misel, kok diam aja sih?" tanya Ardit mengencangkan suaranya takut Misel tidak mendengar.
"Gak tau mau ngomong apa," jawab Misel canggung. Ia juga sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri mencari topik untuk dibahas dengan Ardit.
"Lo canggung gue boncengin?" tebak Ardit.
Misel hanya berdehem.
"Ya elah santai aja kali, Sel," ucap Ardit setengah berteriak karena suasana yang bising oleh kendaraan lain.
Ardit berbicara sambil mencuri-curi pandang kepada Misel lewat kaca spion motornya.
Terlalu fokus melirik Misel, tanpa sepengetahuannya ada seorang ibu-ibu yang langsung menyebrang jalan.
"Dit, AWASSSSS!" teriak Misel diboncengan Ardit. Cewek itu mencengkram seragam Ardit dibagian pinggang.
Karena terkejut Ardit langsung mengerem motornya yang otomatis membuat Misel yang berada diboncengannya refleks memeluk perutnya.
Tapi belum juga 10 detik Misel sudah menarik kembali tangannya dari perut Ardit.
Ya gak bisa lamaan gitu meluknya?
Ardit menghentikan motornya di pinggir jalan kemudian menoleh ke belakang. "Lo gak pa-pa? Sorry, gue gak fokus," ucap Ardit merasa bersalah.
Misel menggeleng. "Gak pa-pa kok, maaf tadi gak sengaja," balas Misel dengan nada tidak enak.
Ardit mengangguk. "Lupain aja," ujarnya yang tidak Misel tahu kalau jantungnya sudah loncat-loncat dari tadi.
Bukannya fokus, malah jadi hilang fokus kan, gue.
Ardit berdehem, setelah memastikan Misel tidak lecet, ia berucap. "Pegangan, Sel. Gue takut lo kejengkang kalo gue ngerem mendadak," sambungnya.
"Pegang sini aja, gak pa-pa." Ardit menarik tangan Misel untuk pegangan dipinggangnya.
Awalnya pegangan Misel terasa kaku. "Gue gak enak nih," ujar Misel tersenyum canggung kearah Ardit.
Ardit tertawa sampai lesung pipinya mencuat. "Lo takut cowok lo lihat?" tanya Ardit yang memang penasaran.
"Udah putus," jawab Misel yang terlihat sedih dan Ardit tidak suka melihatnya.
"Oh, sorry. Gue gak tau," ujarnya tapi dalam hati berseru heboh.
"Iya."
"Tapi gue serius, pegangan ya. Gue gak siap dicincang bokap lo kalo anak ceweknya lecet."
Misel terkekeh. "Apaan sih lo. Yaudah gue pegangan." Ardit mengangguk kemudian membalikkan badan. Jantungnya semakin meletup-letup merasakan tangan Misel dipinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISEL [END✔]
Fiksi RemajaCerita ini bisa dibaca sambil bernafas, gak percaya? Coba aja:v ••• Sebelum bertemu kamu, aku gak tahu kalau bidadari beneran ada yang hidup di Bumi. ••• Sebelum bertemu kamu, aku gak tahu kalau ada yang rela mencintaiku dengan tulus. ••• "Bagaimana...