Part 7

4K 284 4
                                    

Dadaku terasa sesak melihat laki-laki yang sangat kukenal itu bersama seorang wanita dan balita cantik dalam gendongan. Mereka tampak bahagia sekali. Ya Tuhan, apa arti semua ini?

"Na ... kamu liat apa?" tanya Galih yang baru saja mendekat seraya meletakkan nampan berisi makanan di meja.

"Sebentar, Lih." Aku segera bangkit dan berjalan menuju meja tempat Indra berada dengan perasaan yang sulit untuk digambarkan.

"Mas ... apa arti semua ini?"

Indra beserta wanita itu menoleh bersamaan. Keterkejutan terlihat jelas di wajah Indra. Sontak ia berdiri dan menyerahkan batita itu pada ibunya.

"Ratna? Kamu ... ngapain di sini?" tanya Indra dengan suara yang terdengar bergetar.

"Mestinya aku yang tanya begitu, Mas. Bukankah selama ini kamu ada di Batam?"

"Aku ... baru tiba tadi sore. Ada tugas dadakan di sini."

Baru saja hendak membuka mulut, aku terkejut melihat Ibu SiRa datang dari arah toilet restoran.

"Ibu juga di sini?"

Wanita setengah baya itu sama terkejutnya saat melihatku berdiri tak jauh dari sang putra. Namun, tak ada sepatah kata pun yang terucap. Hanya bertukar pandangan dengan Indra.

"Jadi ini Intan, Mas? Yang kamu bilang anak teman kantormu? Wanita ini juga istri temanmu? Lalu di mana suaminya?" ucapku sarkas.

"Eh, Mbak! Jangan sembarangan bicara ya! Saya istrinya Mas Indra dan ini anak kami. Lagi juga Mbak ini siapa, dateng-dateng kok marah-marah," timpal wanita yang tengah menggendong batita tadi. Raut wajahnya menunjukkan kebingungan juga ketidaksukaan, mungkin karena kehadiranku yang tiba-tiba.

"Rasanya wajar kalo saya marah. Saya ini istri sahnya Mas Indra, Mbak!" Kualihkan pandangan ke lelaki yang kusebut suami. "Jadi begini kelakuanmu di belakangku, Mas! Tega kamu!"

Indra terlihat panik saat semua mata menatap ke arah kami. Wanita itu pun melihat ke arah suaminya dengan tatapan bertanya. Sementara ibu mertuaku terdiam seribu bahasa. Namun, aku sudah tak peduli lagi pada apa pun, selain penjelasan Indra yang tetap akan kukejar.

"Na ... sudah, Na! Baiknya selesaikan di rumah aja. Gak enak ribut di sini." Galih menepuk bahuku dan berusaha mengajakku untuk pergi dari tempat itu.

Aku layangkan tatapan tajam menusuk pada Galih, yang berani-beraninya mengajakku pergi dari sana di saat yang genting seperti ini. Namun, ia tetap pada pendiriannya, mengajakku keluar dari tempat itu. Bahkan setengah memaksa menarik lenganku.

"Apa-apaan sih kamu, Lih? Ini masalah rumah tanggaku dan kamu bukan siapa-siapa, jadi tolong jangan ikut campur ya!" Kusentakkan tangan Galih saat kami tiba di parkiran. Keinginanku hanya satu, kembali ke dalam dan menuntut penjelasan dari suami dan ibu mertuaku.

"Kamu masih gak paham juga, Na? Dia itu udah bahagia dengan istri barunya. Bahkan ibunya juga mendukung tindakannya. Penjelasan apalagi yang kamu harapkan? Bahwa dia gak punya hubungan apa-apa dengan perempuan itu?" tanya Galih dengan lamat-lamat. Wajahnya menyiratkan luka yang tampak sama besar dengan yang kurasakan. Hingga membuatku tak kuasa menentangnya lagi.

Galih membukakan pintu mobil untukku. Namun, aku masih bergeming di tempat.

"Jadi ini Galih yang diceritakan ibumu, Na? Dan ternyata kamu masih menemui laki-laki itu di belakangku? Pantas saja ibumu minta supaya aku cepat-cepat menikahimu waktu itu, nyatanya kelakuan anak gadisnya memang memalukan begini!" ujar Indra yang tiba-tiba telah berada di belakang Galih dengan penuh kesinisan. Membuat aku dan Galih menoleh bersamaan.

Everything for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang