Part 12

4.1K 291 6
                                    

"Lih, duduk dulu. Ganti baju dulu. Maaf, cuma ada baju Mas Indra di sini, semoga aja muat ya."

"Gak usah," ujarnya dengan mencebikkan bibir.

"Jangan gitu, Lih. Bajumu basah, nanti malah tambah sakit. Ayo, ganti baju dulu, atau kamu pulang sekarang juga!"

Setengah terpaksa, Galih akhirnya berhasil duduk juga. Kuserahkan pakaian Indra yang masih tersisa di rumah padanya. Kemudian beranjak ke belakang.

"Aku buatin minum hangat dulu ya."

Tak lama aku kembali dengan segelas minuman jahe hangat. Galih telah selesai mengganti pakaian, ternyata ukuran mereka hampir sama, buktinya pakaian Indra cukup di tubuh Galih.

"Minum dulu biar anget badannya." Kuangsurkan gelas padanya.

"Pegangin."

"Manja banget sih." Mau tak mau aku tertawa melihat kelakuannya. Namun tetap membantu memegangi gelas agar ia lebih mudah menyeruput isinya. Kemudian membantunya merebahkan tubuh kembali. "Udah makan belum? Ngapain sih malem-malem hujan-hujanan gitu? Kamu naik apa ke sini?"

"Banyak banget nanyanya. Gak tau apa aku kedinginan gini."

Kutempelkan tangan di dahinya. "Ya ampun kamu demam, Lih. Aku antar pulang ya? Atau panggil dokter? Eh, telepon Kak Viona aja kali ya."

Kuraih ponsel di atas bufet lalu menghubungi nomor Kak Viona. Nihil. Nomornya tidak aktif.

"Kamu bukannya punya dokter keluarga ya? Mana sini nomornya, biar aku hubungi."

"Aku gak bawa ponsel, Na."

"Ck. Kenapa jadi begini sih. Kalo keluargamu cari gimana, Lih?"

Kuletakkan ponsel di meja dengan kesal kemudian beranjak ke dapur kembali, dan kembali dengan baskom berisi air hangat berikut handuk kecil. Lalu mulai mengompres.

"Na ...."

"Udah tidur aja, gak usah ngomong lagi. Biar cepet turun panasnya."

"Abis itu?"

"Pulang."

"Tega banget, aku lagi sakit gini disuruh pulang."

"Justru karena kamu lagi sakit, makanya cepet pulang biar bisa istirahat di rumah."

"Aku pulang juga percuma, gak ada orang di rumah."

"Maksudnya?"

"Tadi disuruh tidur, sekarang ditanya macam-macam."

Ya ampun, nih orang ngeselin juga ya. Siapa tadi yang ngajak ngobrol duluan. Tahu begini mah gak ditolongin pas hampir pingsan tadi. Gak tau apa kalo dia itu berat banget. Setengah mati aku tuh bantu mindahin dia ke sofa. Huh!

"Jangan tinggalin aku, Na," ujar Galih saat aku baru saja hendak berdiri. Matanya menatap penuh harap saat aku menoleh. Membuatku tak tega.

"Hmm ... nggak kok ... aku mau pesen makanan aja, kamu belum makan kan?" Kuambil kembali ponsel di meja dan membuka aplikasi pemesanan makanan secara online.

Lima belas menit kemudian, pesanan pun tiba. "Lih, makan dulu nih. Eh, udah tidur ...."

Ya, Galih telah terlelap saat itu. Jadilah makanan tadi aku simpan di meja makan. Lalu membetulkan selimut dan mengganti kompres.

Syukurlah dia bisa tidur. Eh, bulu matanya panjang juga ya. Pipinya makin tirus kayaknya, lagi banyak pikiran kali ya, Lih, apalagi hari H tinggal sebulan lagi. Kenapa gak minta tolong Kak Vio aja sih buat bantu ngurusin semua persiapannya.

Everything for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang