First Kiss

4.1K 530 293
                                    

Mereka sampai di Kanchanaburi pukul jam 8 malam, dimana para mahasiswa langsung mendirikan tenda karena hari sudah gelap. Setiap kelompok membagi tugas masing-masing, ada yang mendirikan tenda dan ada yang memasak untuk makan malam karena memang sudah lewat dari jam makan malam.

Em, Wad dan Arthit bertugas untuk mendirikan tenda, sedangkan Kongpop bertugas untuk menyediakan makan malam.

"Tarik sebelah sana" kata Wad memberikan pengarahan. Memasukan tongkat di lubang kecil tenda satu demi satu.

"Tancapkan pasaknya." Wad sekali lagi memberikan perintah, Em dan Arthit bertugas pasak sebelah kanan sedangkan Wad bertugas pasak sebelah kiri.

"Arthit ikat talinya!"

"Em, ambil lapisan kedua!"

"Pegang yang kencang!"

"Bukan yang itu. Itu salah sisi bodoh!"

"Fuck! Ini ikatannya salah!"

Setelah sumpah serapah dan perintah ala barbar, akhirnya tenda itu berdiri dengan kokoh. Haus, lelah dan lapar bercampur menjadi satu. Mereka ingin makan sekarang.

"Kong! Mana makanannya ?" Tanya Em kesal, pasalnya Kongpop hanya duduk diam dari saat mereka pasang tenda sampai sekarang. Aroma wangi masakan dari kelompok lain menggoda indera penciumana mereka.

Krucukk... krucuk... perut mereka sudah menjerit.

Mendengar kelompok Kongpop tak ada makanan, para pengemar Kongpop langsung membawa lauk mereka untuk diserahkan pada Kongpop. Air liur Arthit rasanya mau jatuh menetes mencium aroma dan melihat makanan yang dibawa para penggemar Kongpop.

"Kong.. ini sayur capcay.."

"Iga babi ini enak.."

"Nasi kari wanginya menggoda..."

"Kong, ini buah untukmu.."

Tak ada respon dari Kongpop, bahkan Wad dan Em yang sudah kelaparan juga tidak berani menerima makanan dari mereka jika Kongpop tak menerimanya.

"Arthit, ini untukmu.." Rome membawakan nasi goreng untuk Arthit. Rome tak peduli pada kelompok Arthit, mau mereka kelaparan atau tidak bukan urusannya.

"Terima..." Arthit di tarik oleh Em. "Jangan terima!"

"Hei! Kenapa gak boleh terima ? Ia lapar!" Protes Rome. Apa maunya Em ini?

"Ini urusan kelompok kami. Kau urusin saja kelompokmu."

"Arthit lapar, ia harus makan!" Bentak Rome.

"Er... Rome.. aku tak apa.." Arthit berusaha melerai, jangan sampai mereka bertengkar.

"Arthit.. jangan mau dibully terus!"

"Fitnah! Kami tak membullynya!" Balas Em.

"Oo.. menyuruhnya membeli makanan tanpa memberi uang, sekarang membiarkannya bekerja dan kelaparan. Itu bukan bully lalu apa ?" Arthit menarik baju Rome dan berbisik " makanan tadi Kongpop yang bayar."

"Kau..!!"

"Pizza ! Siapa yang pesan pizza !" Teriak petugas antar pizza.

"Disini." Kongpop berjalan mengambil tiga loyang pizza ukuran jumbo dan membayarnya.

"Makan!" Satu kata dari Kongpop, pizza itu langsung di serbu oleh Wad dan Em. Para pengemar yang tadinya berniat memberikan masakan mereka pada Kongpop menjadi malu. Jelas pizza lebih menggoda di banding masakan mereka.

"Kau juga makan!" Kata Kongpop menunjuk kepada Arthit. Arthit galau, ia ingin makan pizza tapi ia tak mau Rome tersinggung. Akhirnya Arthit mengeleng menolak penawaran Kongpop.

"Aku makan nasi goreng saja." Kata Arthit pelan dan sendu.

Kongpop mengambil nasi goreng dari tangan Rome dan memberikannya pada petugas yang jaga malam.

"Kalian makan!"

"Kami.. boleh ikut makan ?" Tanya Tutah yang dari tadi matanya tak lepas dari pizza, hamparan dagingnya, jaring kejunya yang meleleh ketika diangkat, membuatnya semakin lapar.

"Hm"

"SERBU!!!" Tutah menarik tangan Arthit dan Rome menghampiri Wad dan Em yang sedang sibuk makan pizza.

"PESTA PIZZA!!"

"Er.. Kong.. boleh aku makan pizza ?" Tanya para pengemar Kongpop yang masih berdiri disana.

"Kalian punya makanan!" Kongpop pergi meninggalkan penggemarnya yang patah hati.

***

Jam 11 malam...

Waktunya tidur karena besok mereka akan ada acara-acara games. Satu tenda dengan 4 pria sedikit dewasa membuat sedikit tidak nyaman. Arthit sedang berpikir ia akan tidur dimana ?

"Kamu ngapain ?" Tanya Em.

"Aku tidur dimana ?"

"Sebelah aku." Em memilih ujung sebelah kanan. Kongpop ujung sebelaih kiri. Otomatis Wad dan Arthit berada di tengah.

"Ok." Arthit mulai mengelar bantal dan selimutnya tiba-tiba Wad masuk dan melihat posisi tidurnya.

"Arthit, tukar denganku."

"Ok." Dekat dengan Kongpop, siapa yang mau menolakm

"Tidur!" Em mematikan lampu tenda dan suasana menjadi gelap. Hanya bunyi jangkrik yang mengisi malam.

Arthit tak bisa tidur, jantungnya berdebar. Tidur di sebelah Kongpop saja sudah membuat Arthit berdebar-debar, apalagi...

Arthit memperhatikan wajah Kongpop dalam gelap, matanya, hidungnya dan bibirnya serta dagunya semua sempurna di mata Arthit. Ingin menyentuh tapi ia tak berani.

Kapan lagi aku punya kesempatan seperti ini ?

Arthit membalik badan melihat sekeliling, Em dan Wad yang tampaknya sudah tertidur, begitu juga dengan Kongpop. Arthit sengaja mendekatkan tubuhnya ke tubuh Kongpop. Menyentuh lengan Kongpop sebentar.

Tak ada reaksi, dia beneran sudah tertidur.

Arthit menyentuh dada Kongpop. Keras dan nyaman. Naik lagi ke atas, Arthit menyentuh leher Kongpop. Hangat dan menggoda. Lalu naik lagi keatas, menatap bibir Kongpop.

Batin Arthit berperang, cium, tidak, cium, tidak, cium, tidak, cium, cium, cium, cium.

Pemenangnya adalah cium.

Arthit pelan-pelan memajukan bibirnya dan menahan napas, sedikit demi sedikit hingga makin dekat, napas Kongpop menerpa wajahnya dan Arthit merasa geli. Tubuhnya memanas seakan sedang berendam selama 30 menit di air panas.

Cup.. Arthit menempelkan bibirnya dengan pelan dan hanya sesaat takut Kongpop terbangun nanti lalu ia pelan-pelan tertawa geli sendiri.

I kiss him hehee...

My first kiss hehehe...

And he doesn't know hihihi...

Malam itu Arthit yakin akan bermimpi indah, dengan rasa bahagia ia pun terlelap. Saat Arthit terlelap, Kongpop membuka mata.

"I miss you Oon..." bisiknya pelan.

10 July 2019

(SEGERA DIBUKUKAN) 13. BE MY LOVER, PLEASE 😁😁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang