Malam Terakhir...

3.7K 474 178
                                    

Malam sudah berganti pagi dan gelap sudah berganti cahaya. Mungkin karena mereka terlalu aktif di acara api unggun hingga mereka semua tidur terlelap tanpa sadar, termasuk Arthit. Tak ada detakan jantung yang cepat, atau mau diam-diam melihat wajah Kongpop. Begitu merebahkan tubuhnya, 10 detik kemudian Arthit sudah jatuh ke dalam mimpi.

Kongpop masih belum tertidur, ia memikirkan kata-kata pamannya.

Aku menemukan mereka...

Kongpop membalik badan menghadap Arthit, ia menatap Arthit dengan intens.

Aku juga sudah menemukannya, paman...

Kongpop membelai pipi Arthit yang tembem, kulit Arthit putih dan halus. Masih sama seperti waktu kecil dulu.

Cup... Kongpop mencium pipi Arthit.

Aku akan menjagamu Oon...

***

"Acara bebas ?" Kata Arthit tak percaya setelah mendengar pengumuman dari Rome. Arthit mengunyah sereal coklat.

"Iya, para senior sibuk. Jadi pagi ini kita acara bebas. Nanti malam akan ada games." Rome juga memakan sereal pagi, hasil merampok Tutah.

"Games apa ?" Tanya Arthit penasaran.

"Jurit malam!"

"Apa!!!" Sereal yang tak bersalah itu jatuh berhamburan ke tanah.

"ARTHIT!!! BERSIHKAN ITU!"

***

"Kau tak ingin berkata apapun padaku ?" Tanya Em yang berdua saja di dalam Tenda dengan Kongpop.

"Tidak"

"Kong, benar tak ada yang ingin kau katakan." Em bertanya dengan semangat pantang menyerah.

"Tidak ada."

"Kalau tak ada yang mau kau katankan, maka aku ada." Em menarik nafas dalam-dalam. "Arthit itu adalah dia kan!"

"..."

"Benar kan! Kau tak bisa membohongiku, aku tahu sifatmu. Semua itu beda jika kau berhadapan dengan Arthit. Walau diluar tak begitu tampak, tapi aku tahu perbedaan sikapmu." Em menekan kata-katanya.

"Em..!"

"FUCK KONG! Katakan dengan jujur.."

"Hm."

"HOLLY SHIT! Sungguh dia ? Oon yang kau cari-cari selama 10 tahun itu."

"Hm."

"Lalu kenapa kau tak memberitahunya ?"

"Aku tak bisa Em. Dia lupa padaku."

"Jelaskan padanya."

"Tidak. Aku tak ingin menyakitinya, hanya agar dia mengingat siapa aku."

"Tapi.."

"Tidak ada tapi Em. Ku harap kau menjaga mulutmu. Tak boleh ada yang tahu. Kau tahu bagaimana kondisi keluargaku." Em mengangguk.

"Sebelum semuanya aman, kau tak boleh bicara pada siapapun mengenai ini."

"Tenang saja, aku paham. Akh mendukungmu sobat!"

"Thanks."

***

"YANG DI PANGGIL NAMANYA MAJU DAN MENGAMBIL NOMOR." Teriak Bright. Ini games di malam terakhir, 1 kelompok 2 orang. Mereka akan melintasi hutan yang gelap malam ini. Ada yang bilang ini acara perjodohan jika kau beruntung, atau ini acara yang mengenaskan jika kau takut hantu.

"Rome."

"Nomor 14..." teriak Rome. " Siapa nomor 14 ?" Em mengangkat tangannya.

"Sial! Dengan manusia bully." Gerutu Rome.

"Sial! Dengan ibu tiri." Balas Em. Ini pasangan yang akan berantem sepanjang jalan.

"Mimi.."

"Nomor 17..." Teriak Mimi dan Wad shock melihat angka di kertasnya '17'.

"Siapa nomor 17 ?" Teriak Mimi sekali lagi. Wad tak ingin mengangkat tangan namun karena ada manusia kepo disampingnya, berteriak Wad nomor 17. Dan ia terpaksa berpasangan dengan Mimi yang centil.

"Aahhh..  kenapa sama manusia es sih ?" Gerutu Mimi.

"Aku yang sial, sama gajah bengkak." Balas Wad.

"Arthit.." Arthit maju sambil berdoa dalam hati.

Semoga sama Kongpop...

Semoga sama Kongpop...

Semoga sama Kongpop...

"Nomor 21..."

"ARTHIT!! Bareng sama aku..." teriak Tutah. Arthit senang ia bersama dengan yang dikenalnya tapi kenapa Tutah, kenapa bukan Rome atau Kongpop. Ia penakut dan Tutah tak jauh beda darinya.

"Kongpop nomor 13, berpasangan dengan Star ( wanita populer di universitas )..." bisik Tutah memberikan informasi.

"Hmm.." walau datar dipermukaan tapi hati Arthit mencelos. Ia berjalan menghampiri Kongpop. "Kong..." Arthit menarik ujung kaos Kongpop.

"Jangan naksir dia..." ucapan Arthit mendapat delikan tajam dari Star. Kongpop hanya menepuk kepala Arthit pelan.

Pasangan demi pasangan masuk ke jalur jurit malam. Seperti yang sudah diperkiraakan bahwa ada senior yang menyamar menjadi hantu dan menakut-nakuti mahasiswa baru.

"Pasangan nomor 21 masuk..." Arthit dan Tutah berpegangan tangan erat, menguatkan diri masing-masing.

Mereka menunduk dan berjalan cepat, lebih cepat selesai lebih baik. Bahkan hantu kalah cepat mencegat mereka. Mereka terus berjalan cepat dan semakin cepat sampai tiba-tiba mereka menabrak sesuatu.

"AHHHHH...!!" Teriak Arthit histeris.

"AAAAAAAAAHHHHHH!!" Tutah lebih histeris dari Arthit. Dihadapan  mereka ada seorang pria tinggi bermuka hitam seperti hitam arang.

"HAA. HAAA. HANTUUUU!!!" Teriak Arthit mengeleng dan menutup mata, anggap ini sebagai mimpi buruk.

"Hai..." hantu itu berbicara.

"Aku tak mendengar apa-apa... aku tak mendengar apa-apa..." Arthit mengulang kata-kata itu seperti mantra.

BRUK!! Seseorang jatuh. Ternyata  Tutah yang pingsan di tempat. Arthit pun terjatuh karena tangan mereka masih berpegangan erat.

"Jangan takut.. aku..."

"Please... jangan bawa aku! Aku anak imut. Tak pantas di dunia hantu yang seram-seram. Aku masih mau hidup. Kongpop belum jadi pacarku.. jangan bawa aku... hu..." Arthit masih ketakutan, mengeleng kencang.

"Huuu...." pria itu meniupkan udara ke dahi Arthit dan...

BRUK!! Arthit pingsan di tempat.

"Waduh.. keduanya pingsan. Bagaimana ini ?" Pria itu jadi bingung. Apa yang harus ia lakukan dengan dua orang pingsan di hadapannya.

Teriakan Tutah dan Arthit yang histeris mengundang orang menghampiri mereka. Termasuk Bright.

"Shia! Hei apa yang kau lakukan?" Bright mencengkram kerah kemeja pria hantu itu. Kedua juniornya pingsan di atas tanah.

Cahaya rembulan tiba-tiba datang, memberi sedikit terang untuk penglihatan mereka.

"PREM!!"

"BRIGHT!!

Note Zyzy :

Hayoo.. siapa yang mengharapkan adegan romantis di jurit malam...

Sayangnya.. para pembaca kecewa karena Arthit pingsan. Apalagi garagara Prem iseng setelah melihat wajah ketakutan Arthit. Ada yang pernah pingsan saat jurit malam ?

Yeayyy ada tokoh baru : abang Prem... Selamat datang abang Prem 🎉🎉🎉

16 July 2019

(SEGERA DIBUKUKAN) 13. BE MY LOVER, PLEASE 😁😁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang