7. First Day

8.8K 1.2K 66
                                    

Sebelum gue dan Juhoon berhasil masuk ke dalam restoran, Doyoung udah menghampiri kita duluan ke taman yang ada di atas restoran.

"Ayo kita pulang." Dari nadanya ketus, jutek, gak ramah. Setelah dia mengajak gue dan Juhoon pulang, gue dan Juhoon yang tadinya sedang duduk langsung berdiri. Gue dan Juhoon udah males banget kalau harus denger Doyoung ngomong pake urat lagi.

Tapi kalau kita pulang sekarang, nasib makan siangnya Juhoon gimana? Kan dia belum selesai makan siangnya. Makan siang gue juga belum selesai. Mungkin nanti Doyoung yang akan masak di rumah untuk Juhoon?

"Pake sabuk pengamannya." Ujar Doyoung begitu gue memasuki mobil. Gue baru banget duduk dan nutup pintu loh. Udah di suruh pake sabuk pengaman aja. Gue juga tau berkendara harus menggunakan sabuk pengamannya. Hhhh bawel banget manusia satu ini.

Gue gak menanggapi apa kata Doyoung, udah capek lama-lama.

Saat mobil sedang melaju, yang gue lakukan hanya melihat ke pemandangan yang ada di luar jendela. Sesekali gue melihat ke belakang untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh Juhoon, ternyata sama. Dia juga hanya melihat pemandangan yang ada di luar jendela.

Tiba-tiba gue terpikirkan akan sosok Doyoung yang sedang menyetir disebelah gue. Hal apa yang menyakitinya sampai dia bersikap kayak gini? Kenapa dia jadi manusia — selain galak banget sama anaknya, ketus juga? Padahal kata Juhoon, mamanya Doyoung baik. Mamanya memperlakukan Juhoon baik. Juhoon dimarahin kalau emang dia bener-bener salah. Gak sedikit-sedikit membuat kesalahan langsung dimarahi seperti apa yang dilakukan Doyoung ke Juhoon.

Pikiran gue buyar begitu mobil yang tadinya melaju dengan kencang, menjadi berhenti.

Ternyata kita udah sampai di rumahnya Doyoung.

Setelah melepas sabuk pengaman, gue langsung keluar dari mobil dan menuju pintu dimana Juhoon duduk sekarang. Waktu gue buka pintunya, Juhoon tertidur.

"Kenapa?" Tanya Doyoung dari belakang gue. Terdengar dari suaranya kalau dia sedang berdiri di belakang gue.

"Juhoon tidur."

"Yaudah permisi. Mau saya gendong." Ucapnya. Dengan cepat gue langsung menyingkir dari pintu dan membiarkan Doyoung yang melepas Juhoon dari sabuk pengaman car seat-nya lalu menggendong Juhoon ke dalam pelukannya. Awalnya waktu Juhoon digendong oleh Doyoung, Juhoon hampir bangun. Tapi Doyoung mengelus-elus kepalanya sampai akhirnya Juhoon kembali tertidur.

Gue menutup pintu mobilnya dan langsung berlari kecil ke arah pintu untuk membuka pintu depan. Membukanya dengan lebar agar Doyoung yang sedang menggendong Juhoon dapat masuk dengan mudah. Setelah mereka masuk, pintunya gue tutup dan di kunci. Lalu gue mengikuti Doyoung yang berjalan ke lantai atas untuk meniduri sang anak.

"Tolong selimutnya tarik dulu." Kata Doyoung.

Tarik? Tarik kemana?

"Itu selimutnya singkirin dulu, Lila. Saya mau tidurin Juhoon di kasurnya."

Oooh oke.

Setelah Doyoung berhasil menaruh Juhoon di ranjang tempat tidurnya tanpa terbangun, gue langsung menyelimuti Juhoon dengan selimut bergambar planet-planet yang ada di sistem tata surya kita.

Hal yang gak gue terpikirkan terjadi.

Sebelum pergi dari kamarnya Juhoon, Doyoung mengecup kepalanya dengan lembut. Lalu akhirnya keluar dari kamar Juhoon. Gak menyangka gue kalau Doyoung akan mengecup kepala putranya.

Disaat yang bersamaan hati gue sedikit tersayat, mengingat ucapan Juhoon tadi sebelum berangkat ke rumah sakit kalau katanya ayahnya gak pernah mencium Juhoon. Tapi Juhoon nggak tau kalau ayahnya menciumnya saat dia udah jatuh terlelap.

Second Heartbeat | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang