13. House Call Doctor

8.5K 1.1K 22
                                    

Jam 8 di pagi hari, biasanya sosok Doyoung udah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat ke kerja. Tapi untuk hari ini? Batang hidungnya sama sekali gak terlihat di dapur, ruang tengah, maupun ruang kerjanya. Mobilnya juga masih terparkir di garasi rumahnya, jadi gue asumsikan kalau dia masih ada di dalam rumah.

Apa dia sakit? Tadi malem dia minum obat demam karena dia bilang kalau dia demam, gak enak badan, pusing, dan ada kemungkinan untuk flu.

Kaki gue mulai berjalan ke lantai atas, pertama-tama gue mau liat Juhoon dulu. Jam 8 biasanya dia udah bangun tapi dia diem di kamar dan bermain dengan mainannya.

Tok tok tok

Gak ada jawaban.

Akhirnya pintunya gue buka dan menunjukan sosok Juhoon yang masih tertidur pulas dengan selimut kesayangan miliknya yang masih membalut tubuhnya.

"Bundaaaa." Panggilnya. Gue kaget waktu dia manggil bunda. Apa dia memanggil gue dengan sebutan bunda? Tunggu, tunggu, rileks, La. Akhirnya gue berjalan ke arah kasurnya dan duduk di tepi kasurnya. Ternyata dia ngelindur. Gue kira dia bangun begitu gue datang dan memanggil gue dengan sebutan bunda.

"Juhoon?" Gue meraih tangannya untuk membangunkannya, karena Juhoon suka pusing kalau tidurnya terlalu lama. Waktu gue menyentuh tangannya, tangannya panas. Setelah itu gue raih dahinya dan bener aja, Juhoon panas. "Juhoon, bangun yuk." Gue mencoba membangunkannya lagi. Mau gue suruh makan dan minum obat sebelum dia tidur lagi.

"Nggak mau, kepala Juhoon sakit." Matanya masih tertutup rapat.

"Makan dulu habis itu minum obat, ya?"

"Nggak mau."

Apa gue bawa ke dokternya Juhoon aja? Dokter Lee Taeyong.

Oke kayaknya gue bawa ke dokter aja. Gue beranjak dari kasurnya Juhoon dan niatnya mau ke kamarnya Doyoung. Mau bilang ke dia kalau Juhoon sakit dan butuh dibawa ke dokter. Gue gak tau Juhoon hanya sakit panas biasa atau itu gejala penyakit yang lain—semoga nggak. Semoga cuma demam biasa aja. Nah makanya biar gue tau itu cuma demam aja, mau gue bawa ke dokter biar jelas sakitnya Juhoon itu apa.

Tok tok tok

"Masuk." Begitu Doyoung memberikan izin untuk masuk, akhirnya langsung gue pintunya. Tapi gue gak masuk, cuma berdiri di ambang pintu.

"Doyoung..."

"Hm?" Tubuhnya memunggungi gue jadi gue gak bisa melihat mukanya. Tapi satu hal yang gue sadari, suaranya terdengar lemas. Gak seperti Doyoung pada umumnya, yang biasa kalau ngomong pasti lantang dan tegas. Untuk hari ini, suaranya terdengar sangat lemas.

"Juhoon sakit."

Hanya dua kata. Tapi dia langsung bangun dari tidurnya lalu memutar tubuhnya agar menghadap ke gue, "sakit apa?" Tanyanya dengan mata yang merah dan sayu. Rambutnya berantakan, tipe-tipe rambut orang baru bangun tidur aja kayak gimana.

"Badannya panas. Mau saya bawa ke dokter."

"Taeyong suruh kesini aja. Saya telfon dia."

"Gak usah ke rumah sakit nih?"

"Nggak. Saya gak bisa nyetir, lemes banget. Saya juga gak mau kamu pake taksi. Jadi saya panggil Taeyong kesini aja." Doyoung mengambil handphone miliknya yang dia letakan di nakas. Tangannya merain benda logam kecil itu dengan lemas, gak ada tenaganya.

"Kamu demam juga ya?" Gue masih berdiri di ambang pintu. Gak berani untuk masuk ke dalam kamarnya, takut dikira lancang.

"Iya." Doyoung menjawabnya tanpa melihat ke arah gue. Matanya menatap ke layar yang ada di hadapannya, jari-jarinya mengetik dengan cepat, lalu setelah mengirim pesannya—dia kembali meletakan handphone-nya di nakas.

Second Heartbeat | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang