26. Package

7.8K 1.1K 64
                                    

Seminggu udah berlalu semenjak gue berhenti jadi pengasuhnya Juhoon. Beberapa hari yang lalu gue melihat ada wanita paruh baya yang datang ke rumahnya Doyoung. Gue tebak itu adalah ibunya.

Jujur aja, gue suka perhatiin rumahnya Doyoung. Gue pengen ketemu Juhoon. Kangen sama Juhoon. Ini Doyoung gak akan dateng ke rumah gue terus minta maaf sama apa yang udah dia perbuat gitu? Duh Lila, jangan ngarep orang minta maaf deh. Kebanyakan ngarep bisa jatuh.

Di rumah gue—rumah mama sih tapi kan gue juga tinggal disini, jadi, di sebelah pintu masuk ada kaca besar yang tingginya sama kayak tembok. Yang menjadi penghalang antara jendela dengan pemandangan yang ada diluar hanya berupa fitrase tipis. Nah, disitu gue suka duduk dan memperhatikan rumahnya Doyoung.

Kalau gue udah bengong sambil ngeliatin rumahnya Doyoung, gue bisa lupa waktu sama hal-hal yang ada di sekitar gue.

"La."

"AAAAAA!"

"LA BIASA AJA DONG."

Mama yang ngagetin gue, mama juga yang teriak. Gak ngagetin sih sebenernya. Tapi ya kan gue lagi bengong terus tiba-tiba di panggil ya gue kaget :(

"Kaget aku ma. Tega banget sama anaknya yang cantik, baik, dan rajin menabung ini."

"Makanya jangan bengong." Kata mama dengan tampangnya yang usil. "Kamu duduk disitu terus, ngapain?"

"Lagi liatin rumahnya Doyoung." Gue anaknya jujur dan sulit untuk berbohong. Sekalinya bohong, pasti langsung ketauan.

"Ngapain diliatin? Emang rumahnya mau kemana?"

"Tadi sih bilangnya mau ke supermarket dulu." Balas gue dengan garingnya.

Krik.

"Kangen sama Doyoung ya?" Mama yang tadinya berdiri, langsung mengambil duduk tepat di sebelah gue. Jadi kita berdua duduk di lantai dan menghadap ke luar jendela sekarang.

"Kangennya sama Juhoon."

"Ajak main."

Kepala gue menoleh ke arah mama, "ma? Seriusan? Yang ada aku langsung ditendang Doyoung ke kutub utara."

"Kalau gak kamu yang ngajak Juhoon keluar, mama yang undang Juhoon kesini. Sepaket sama ayahnya biar kamu gak galau."

Mata gue hampir keluar dari tempatnya. Mama kenapa sih?

"Ma???"

"Kamu suka sama Doyoung kan? Kamu kan suka cowok-cowok galak modelan Doyoung. Tapi dapetnya yang ramah sama tebar pesona mulu."

"Ma? Anak mama dipecat loh sama orang yang namanya Kim Doyoung itu." Bisa-bisanya mama masih ngomongin hal itu disaat-saat kayak gini.

"Tapi kamu gak nyerahin surat pengunduran diri kamu. Kamu kerja sama dia kan ada hitam di atas putih. Ada kontrak kerja yang sifatnya legal. Terus kamu keluar—berhenti jadi pengasuhnya Juhoon hanya dengan sebatas kata-kata? Belum resmi keluar kamu, Lila."

Iya juga. Maksudnya, gue kan kerja sama dia itu bukan hanya sekadar kata-kata yang, "Lila, kamu mau jadi pengasuhnya Juhoon?" "Ya." "Oke, mulai besok kamu kerja." Kasarnya sih gitu.

Tapi kenapa Doyoung gak ke rumah gue dan menagih surat pengunduran diri dari gue?

"Terus gimana ma?" Akhirnya gue bertanya ke mama.

"Coba tanyain langsung ke bos kamu."

"Gak ah..." sambil menunjukan tampang-tampang kalah sebelum berperang.

"Kenapa?"

"Takut..."

LILAAAA SEMENJAK KAPAN LO JADI CEMEN BEGINI HUHUHU.

Second Heartbeat | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang