11. Rainy Days

8.9K 1.2K 72
                                    

Ini udah satu jam semenjak Doyoung meninggalkan gue dan Juhoon di ruangannya. Tepatnya sekarang jam 12:30 di siang hari. Gue dateng sebelum jam makan siang, dan begitu dia mengantar gue dan Juhoon ke ruangannya, asistennya langsung menghampirinya ke ruangan dan memanggilnya untuk segera menghadiri rapat. Apa Doyoung gak makan siang gitu sekarang? Terus pegawai-pegawainya yang lain apa kabar? Gak kelaperan? Kenapa rapatnya gak nanti setelah makan siang aja? Kasian gue sama orang-orang yang menghadiri rapatnya. Udah jam makan siang tapi masih tertahan di ruang rapat.

"Tante Lila, Juhoon laper." Dari tadi gue sama Juhoon cuma nonton YouTube sampe mata gue pusing sendiri nontonnya.

Di ruangannya ada akuarium berisi ikan hias—masa ikan hiu? Kalau beneran serem banget. Selain ada akuarium, ada TV berukuran 65" UHD, gede banget. Tapi gue gak berani untuk menyalakannya, Juhoon juga gak berani.

"Sebentar lagi makannya ya? Kan ayah mau ngajak Juhoon makan."

"Emangnya makannya nggak sama Tante Lila?"

"Sama Tante Lila." Tangan gue meraih puncak kepalanya, gue elus-elus dengan lembut. "Juhoon nonton YouTube dulu ya? Tante Lila mau ke toilet." Akhirnya gue memberikan handphone punya gue ke Juhoon. Setelah itu berjalan ke pintu keluar untuk ke toilet. Di dalam ruangannya ada toilet khusus untuk Doyoung, tapi gue gak berani masuk sana.

"Tante mau kemana? Kan toiletnya disebelah situ." Juhoon memanggil gue dan bertanya sambil menunjuk pada pintu yang ada di ujung ruangannya Doyoung.

"Itu toilet ayahnya Juhoon, tante mau ke toilet yang diluar."

"Oooh... oke." Kemudian pandangannya beralih kembali ke layar kecil yang ada di kedua tangannya.

Setelah keluar dan menutup pintunya kembali, di lantai dimana ruangannya Doyoung berada, ada banyak meja pegawai lainnya. Jadi begitu gue keluar dari ruangannya, langsung di sambut oleh meja-meja pegawainya ini.

Gue mulai mencari dimana letak toiletnya berada. Walaupun sempet takut karena takut tersesat, akhirnya gue menemukannya. Toiletnya aja bersih banget, wangi, dan ada spot kaca yang bisa digunakan untuk foto OOTD.

"Eh denger gak? Katanya Pak Doyoung bawa perempuan loh ke kantor sama anaknya." Gue gak tau siapa yang mengatakan kalimat tersebut, karena gue masih berada di bilik toilet.

"Hah? Seriusan?"

"Serius. Tadi banyak kok yang liat Pak Doyoung ke resepsionis cuma untuk jemput perempuannya sama anaknya. Kira-kira itu ibunya Juhoon bukan ya?"

"Bukan lah! Gue yakin banget itu bukan ibunya Juhoon. Masa setelah 6 tahun lamanya, akhirnya ibunya baru menunjukan batang hidungnya? Masa ibunya Juhoon selama ini di sembunyiin? Kabar Pak Doyoung nikah juga nggak ada."

"Eeeh jangan salah. Siapa tau istrinya Pak Doyoung emang gak mau diketahui publik. Siapa tau nikahnya diem-diem tanpa bilang ke media dan publik?"

"Bisa jadi sih... tapi jangan dong! Gue naksir banget sama Pak Doyoung."

"Kayak Pak Doyoung bakal ngelirik lo aja. Jangan ngarep."

"Tapi kan—" belum salah satu perempuan yang berada di toilet bersama temannya itu menyelesaikan kalimatnya. Gue keluar dari bilik toilet dan mendapatkan tatapan yang kaget melihat gue dari kedua perempuan ini.

Gue tersenyum ke arah mereka berdua. Lalu cuci tangan, mengeringkannya dengan tisu, lalu keluar. Tepat di depan pintu masuk toilet, gue kembali mendengar salah satunya berkata, "itu kan perempuan yang Pak Doyoung jemput di meja resepsionis!!!"

🍑🍑🍑

"Kemana aja kamu? Kenapa Juhoon ditinggal sendirian?" Baru juga masuk ruangannya, udah kena semprot gue ^^ Gak apa-apa, La. Lo kan udah tahan banting kalau di marahin orang.

Second Heartbeat | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang