Seperti biasanya, mama berangkat kerja di pagi hari. Sementara Doyoung bilang ke gue untuk meliburkan diri hari ini. Ya itu suka-suka dia sih, dia yang paling berkuasa dan punya otoritas tertinggi di perusahaannya—bebas dia mau meliburkan diri sampai sebulan lamanya juga silahkan.
"Hari ini mau piknik nggak?" Tanya Doyoung setelah melahap satu sendok sereal Fruit Loops miliknya.
"Mau!" Ujar Juhoon dengan girangnya.
"Atau..." kata Doyoung, "kita ke Jeju aja, gimana?" Hahaha, jauh juga.
"Jauh." Balas gue.
"Kan pake pesawat, Lila. Nggak pake mobil terus lanjut kapal. Males saya juga kalau pake itu."
"Tapi saya belum bilang ke mama."
"Kamu udah 27 tahun, masih harus bilang?" Tanyanya heran, tapi mulutnya masih aktif memasukan sendok demi sendok sereal yang masih tersisa banyak di mangkuk bergambar kelinci milik gue yang dia pilih.
"Saya masih tinggal sama mama, Doyoung. I'm still her responsibility."
"Oh oke..." katanya. "Tapi saya udah bilang ke mama kamu kalau kita hari ini mau pergi."
"Tapi bilang kalau kita mau ke Jeju?"
"Belum."
"Nanti saya bilang dulu sama mama. Nanti mama ngiranya kita cuma pergi piknik ke taman atau jalan-jalan ke mall atau Hongdae."
"Oke siap!" Jempol kanannya mengacung, tapi setelah itu dia melanjutkan makannya lagi.
🍑🍑🍑
Disinilah gue, Doyoung, dan Juhoon berada. Di Bandara Internasional Gimpo. Kita membeli tiket emang last minute banget. Bahkan, 3 jam sebelum keberangkatan aja kita baru selesai siap-siap. Belum packing dan sebagainya. Untung cuma 3 malam 4 hari di Jeju, jadi gak perlu banyak bawa barang.
"Selamat pagi, Pak, Bu. Boleh saya lihat kartu identitasnya? Identitas adiknya juga ya, bu." Karena ini penerbangan domestik, maka yang dilihat cukup kartu identitas kewarganegaraan kita aja. Kecuali kalau penerbangan internasional, maka petugas check in counter akan meminta paspor kita—ya iyalah penerbangan internasional pasti paspor yang di cek, lo kira yang di cek kartu kesehatan lo, Lila?
Doyoung memberikan kartu identitas kewarganegaraan miliknya, kartu kesehatan milik Juhoon, dan gue memberikan kartu identitas kewarganegaraan gue. Disini, mereka gak membutuhkan kode booking pesawatnya. Sama halnya kalau penerbangan internasional, mereka gak akan meminta kita memberikan kode booking penerbangan kita. Yang dilihat adalah nama lengkap kita,
"Ada bagasi, ibu dan bapak?"
"Hanya satu." Jawab Doyoung.
Doyoung pun menaikan bagasi miliknya dengan Juhoon ke atas timbangan yang nantinya akan di proses untuk dimasukan ke pesawat.
Sementara gue hanya membawa satu koper kecil yang bisa dimasukan ke dalam kabin. Skincare yang gue bawa juga travel size semua, jadi aman masuk ke kabin.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya petugas counter-nya memberikan boarding pass kita masing-masing.
"Bapak, ibu, ini boarding pass-nya ya. Seat untuk Bapak Kim Doyoung di first class nomor 2C. Seat untuk Ibu Sierra Dalilah Rivera di first class nomor 2A, dan seat untuk anak ibu dan bapak di first class nomor 2B. Pintu keberangkatan ada di pintu gerbang 9. Selamat menikmati penerbangannya. Barangkali ada yang bisa saya bantu lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Heartbeat | Kim Doyoung
Fiksi Penggemar[COMPLETED] "Because, you remind me of all the love I am trying to get rid of. But somehow, I really can't make you stay away, so I decide to stay away from you instead." Start 12/07/2019 Finish 12/10/2019 1 in Doyoung 17/12/19 #1 in doyoungnct 19/0...