18. Rain, Chocolate, Lavender

7.9K 1.1K 97
                                    

Tok tok tok

Gue mendapati diri gue berdiri depan pintu rumahnya Doyoung menunggu untuk di buka.

Setelah gue sedikit berdiskusi dengan mama tadi, akhirnya gue mengikuti apa kata mama. Kalau gue sampai melanggar perjanjian yang udah disepakati kedua belah pihak, gue bisa kena denda. Padahal seinget gue, gue udah membaca kontrak kerjanya dengan sangat amat teliti. Tapi ternyata Sierra Dalilah Rivera masih kurang teliti. Lain kali kalau gue mau menandatangani kontrak kerja dengan orang lain, gue harus baca berulang kali sampai 10x kalau perlu biar otak gue inget.

Walaupun gue agak canggung gimana gitu untuk nginep di rumahnya dia, tapi setelah ngobrol dengan mama, gue ke kamar untuk mandi, ganti baju, cuci muka, dan skincare-an. Setelah itu gue pamit ke mama untuk bermalam di rumahnya Doyoung. Mama gak khawatir apa anak perempuannya nginep di rumah laki-laki lain? Hadeuh.

Mama juga ada benernya sih, Doyoung kan minta gue nginep disana sebagai pengasuhnya Juhoon, bukan minta gue nginep hanya karena dia ingin gue nginep...

Sambil menunggu pintu dibuka, gue memperhatikan air hujan yang turun dari langit dan jatuh ke bumi, menyentuh permukaan bumi yang menyebabkan suara rintik-rintik.

Cuaca di Seoul sekarang emang lagi labil banget. Bisa beberapa hari berturut-turut hujan, dan besoknya bisa langsung panas menyengat lagi. Padahal tahun lalu seinget gue cuacanga gak kayak gini. Apalagi sampe hujan deras dan angin kencang. Bener-bener aneh.

Ceklek

Mendengar suara pintu dibuka, otomatis kepala gue langsung menoleh ke arah pintu. Menunjukan sosok Doyoung yang kini menggunakan sweater tebal berwarna biru muda, kakinya juga dibalut dengan kaos kaki fluffy bergambarkan kelinci. Gue sedikit terkikik gemas melihat pakaian Doyoung malam ini. Bukan terkikik mengejek, tapi karena gue gak nyangka akan melihat Doyoung menggunakan pakaian kayak sekarang.

Dia lucu banget.

"Ngapain kesini?" Tanya dia begitu melihat gue yang udah berdiri di depan rumahnya sedari tadi.

"Kamu mau saya nginep kan hari ini?"

"Katanya tadi bilangnya gak mau..."

"I changed my mind?"

Doyoung menaikan kedua bahunya, menyingkir sedikit dari ambang pintu dan mempersilahkan gue masuk kembali ke dalam rumahnya.

"Kamu tidur di kamar tamu ya." Sambil menutup pintu depan lalu bergegas naik ke lantai dua, gue mengikutinya dari belakang.

Ya iyalah gue tidur di kamar tamu? Masa di kamar dia?

"Oke..."

Doyoung membuka pintu kamar yang ada di antara kamar miliknya dan kamar Juhoon. Terlihat kasur berukuran queen bed dengan bedcover dan bantal yang masih rapi, keliatan banget kalau kamar ini jarang—bahkan mungkin belum pernah digunakan sama sekali.

"Kamu gak bawa barang-barang kamu?" Doyoung baru sadar kalau yang gue bawa kesini hanya tubuh gue. Rumah gue tinggal jalan ini, jadi gak perlu bawa barang-barang kayak baju ganti, skincare, dan semacamnya. Kalau mau mandi? Gue pulang dulu terus kan nanti bisa balik lagi. Iya gak? ;)

"Nggak, rumah saya deket banget. Ngapain bawa barang-barang?"

"Kirain."

Awkward.

Awkward banget gue sama Doyoung sekarang. Biasanya Doyoung selalu punya hal untuk dikatakan, tapi untuk sekarang, kita berdua sama-sama diam gak tau apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Second Heartbeat | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang