Happy reading 🤗
Jangan lupa vote dan komen yah 🤗
***"Ajisti kembalikan kalung milikku sekarang juga." Ucap Intan setelah berhasil mengejar Ajisti ke atas rooftop.
"Ini?" Ucap Ajisti sambil menggoyang liontin Intan ke kanan dan ke kiri.
"Ambil kalo gitu!!" Lanjut Ajisti melempar liontin Intan ke sisi gedung.
Mata Intan membulat melihat liontin yang yang nyaris jatuh, Intan berjalan ke sisi gedung untuk mengambil liontinnya, namun kedua teman Ajisti mendorong Intan yang membuatnya terjatuh tapi beruntung Intan ia masih bisa berpegangan di sisi gedung alhasil tubuhnya bergelantungan.
"Rasain." Ucap Ajisti lalu meninggalkan Intan yang terus berteriak meminta tolong.
"Tolong!! Tolong!!" Teriak Intan.
Suara teriakan Intan begitu nyaring membuat semua orang berlari dan panik saat melihat seorang wanita yang bergelantungan di sisi gedung tertinggi.
Mira dan semua teman-temannya yang melihat kerumunan orang mulai mendekati mengecek ada hal apa.
Mereka juga dapat mendengar seseorang berteriak dan suaranya begitu tak asing bagi mereka.
Betapa terkejutnya mereka ketika sosok yang begitu mereka kenal sedang dalam bahaya, dengan cepat mereka semua berlari menuju rooftop untuk menyelamatkan Intan.
"Tolong!! Aaaa...!! Tolong!!" teriakan Intan semakin terdengar histeris.
"Cari tali cepat!!" Ucap Dida saat mereka sudah ada di rooftop.
Mata Feby berbinar dan seketika mengucap syukur yang jarang sekali dilakukannya. Feby melihat seutas tali tambang Pramuka yang tergeletak begitu saja di sudut rooftop. Langsung saja Feby mengambil dan memberikannya pada Dida.
"Ra ikatkan tali ini ke tubuh kamu dan tarik Intan, kami akan memegang tali ini dengan kuat agar kamu bisa menyelamatkan Intan, jadi kamu tenang saja dan fokuslah pada Intan" Instruksi Dida yang langsung di mengerti oleh Mira.
Mira langsung mengikatkan pada tubuh rampingnya.
"Pegang yang kuat!!" Ucap Mira pada semua sahabatnya.
Mira perlahan turun dan mencoba menggapai tangan Intan, saat berhasil memegang tangan Intan Mira mencoba menarik Intan.
Tanpa mereka sadari tali tambang yang mereka gunakan itu sudah sering kehujanan dan kepanasan hingga begitu rapuh. Secara perlahan tali mulai putus akibat beban yang tak mampu di tanggung.
Mira mencoba terus untuk menarik Intan tapi saat Intan mulai bisa ia tarik, tali yang mengikat di tubuhnya putus membuat mereka berdua terjungkal.
Untungnya yang namanya keberuntungan masih berpihak pada mereka, tangganya kiri Mira dapat berpegangan di sisi gedung dan tangannya yang lain memegang kuat tangan Intan.
"Aaaa....!!!" Teriak Intan dan seluruh mahasiswa yang melihat mereka berdua.
Semua semakin panik melihat mereka berdua yang bergelantungan.
"Calm down!! I'm holding you!! Don't move too much!! I will not let go!!" Ucap Mira mencoba menenangkan Intan yang terus berteriak histeris.
Rafly dan sahabat lainnya berlari kearah rooftop untuk ikut membantu ketika melihat kejadian Intan bergelantungan. Namun ketika mereka sampai betapa terkejutnya mereka melihat kejadian yang terjadi pada Mira yang ingin menyelamatkan Intan. Beberapa teman Mira juga sedang berusaha menyelamatkan keduanya.
Terlihat Dera mencoba mengangkat Intan kerena Mira menyarankan agar Intan yang sudah kelelahan bergelantungan lebih dulu diselamatkan.
Ketika Dera sudah berhasil menarik Intan dengan selamat. Dera memeluk Intan yang terlihat ketakutan, ia terus mengusap punggung Intan yang sedikit basah dengan lembut agar membuat Intan tenang.
"Tenanglah, aku di sini, kamu aman." Bisik Dera.
Deru nafas Intan semakin teratur, perlahan Dera melepaskan pelukan Intan dan ia memberikan jaket miliknya dan memakaikan pada Intan.
Intan yang di perlakukan lembut oleh Dera hanya bisa diam mematung merasakan detak jantung yang berpacu lebih cepat dari biasanya.
Namun tanpa mereka sadari, Mira tidak kuat menahan tubuhnya lagi, membuat tangan Mira yang berpegangan terlepas dari sisi gedung.
Tapi Rafly dengan sigap berhasil menangkap Mira dan menariknya dengan cepat ke atas.
Rafly langsung memeluk Mira, menyalurkan rasa takut yang ia rasakan saat melihat Mira nyaris terjatuh, Mira yang merasa masih syok hanya bisa mengatur nafasnya yang terasa memburu, saat merasa dirinya tenang dengan ragu Mira membalas pelukan Rafly.
Aku tidak tau, aku takut, aku takut kehilanganmu-batin Rafly.
***
"Bagaimana kamu bisa ada di sana Tan?!" Tanya Dida pada Intan yang sedang di obati oleh Feby.
"Iya!! Padahal kamu bilang hanya ingin ke toilet!!" Serobot Ajeng.
"Aku memang tadi ke toilet tapi--"
"Lalu kenapa tiba-tiba kamu sudah ada di atas sana?!" Potong Helfy tidak sabar.
"Jika kalian terus bertanya pada Intan, kapan Intan ingin menjawabnya?!" Sindir Dera yang terus mengusap rambut Intan yang entah mengapa sangat menyenangkan memainkan rambut halus Intan.
"Aku hanya ingin berfoto di sana tapi ternyata aku terpeleset jadi yah kalian tau? Hehe" jawab Intan berbohong agar semua sahabatnya tidak terus bertanya-tanya dan memperkeruh keadaan.
"Aku ingin membeli minum." Ucap Mira dingin dan meninggalkan UKS yang di ikuti oleh Rafly.
"Baiklah Tan kamu istirahat saja, kami akan kemari lagi setelah kelas selesai. Der kamu tidak perlu masuk kelas hari ini, kamu jaga Intan di sini jika aku melihat dia kesakitan sedikit pun, masa depan mu akan aku potong!!" Ancam Dida membuat Dera dan kedua sahabatnya bergidik ngeri.
"I..iya." jawab Dera gugup.
Dida pergi bersama yang lain meninggalkan dua orang sahabat Dera.
"Bay bro, masa depan mu ada di tangan mu." Ucap Restu seperti godaan.
Kemal dan Restu pergi dengan gelak tawa mereka berdua yang melihat wajah Dera seperti ingin marah.
"Kenapa ancamannya harus mengarah kesana." Gumam Dera yang dapat di dengar oleh Intan.
Intan hanya tertawa melihat wajah Dera dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Dera, mencari kenyamanannya yang di berikan Dera.
TBC
🌷🌷🌷Bandung
24 September 2019
Selasa
7:13 AM
IG: akirarehan614
Revisi:
Bandung1 Agustus 2020
Sabtu
7:39 PM
IG: @raehanakira
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Secret Of Love
ActionMasa lalu? Dua kata yang sudah tak lazim lagi dalam benakku, aku selalu bertanya pada yang lain apa masa lalu kalian berharga? Atau sebaliknya? Bahkan aku selalu mengamati lebih dalam dengan dua kata itu. Aku takut untuk melihat ke belakang namun ta...