Happy reading 🤗
Jangan lupa vote dan komen yah 🤗
***Suasana terasa hangat mengawali acara makan malam keluarga dan anniversary Tristan dan Nira. Canda tawa juga tak luput meliputi kebersamaan mereka.
Para pria sibuk menyiapkan tempat menonton bersama serta memasang kain besar untuk layar lebar, dan para wanita sibuk menyiapkan makanan.
Mereka sibuk dengan tugas masing-masing, kadang mereka kerepotan saat si kecil Kanaya mulai bertingkah jail, dari memindahkan bantal-bantal ke sembarang tempat, atau mengacak-acak makanan ringan yang sudah di tata tapi, dan masih banyak lagi. Membuat mereka gemas akan tingkah-nya.
Ketika mereka melarang Kanaya akan menangis dengan suara khas-nya yang dapat membuat telinga berdengung sakit.
Kanaya terlihat sedang mengincar seseorang sebagai target kejahilannya berikutnya. Tetapi Kanaya salah target.
Rafly menyeringai ketika melihat Kanaya mendekat ke arahnya lalu dengan cepat ia menggendong Kanaya sambil bersorak.
"Perompak kecil sudah tertangkap".
Kanaya memberontak, mencoba melepaskan pelukan sang paman dengan kuat. Rafly hanya terkekeh memeluk erat Kanaya yang tingkahnya begitu lucu seperti semut pemberontak ingin mengalahkan sang gajah.
"Aaaa!! Mamah!! Mamah!!" Teriak Kanaya meminta pertolongan pada Nira.
"Jangan ditolong kak" cegat Rafly.
"Mamah!!! mamah!! Hiks... Tolong Kanaya, uncle Rafly jahat" teriak Kanaya kembali sambil terisak.
Karena tak tega mendengar tangisan Kanaya.
"Sini sama Mamah." Ucap Nira mendekati mereka berdua.
Rafly akhirnya menyerahkan Kanaya dengan hati-hati. Padahal Rafly sendiri ingin menjahili Kanaya. Tetapi ia tidak tega juga mendengar suara tangis gadis mungil itu.
Kanaya yang sudah berada di pelukan sang ibu langsung diam menyandarkan kepala-nya pada lekuk leher Nira, karena mulai merasa lelah.
"Udah ngantuk dia kak." Ucap Rafly pelan.
"Hmm sana kamu bantu mereka lagi, oh iya tadi di panggil Mira." Ucap Nira yang sibuk menepuk punggung Kanaya yang terlihat sudah tidur.
"Kenapa?"
"Gak tau, udah ke sana aja." Ucap Nira membawa Kanaya masuk untuk menidurkan-nya.
Rafly berjalan mencari Mira dan melihat Mira yang ada di dapur bersama Intan dan Salma, ia menghampiri Mira yang sibuk memotong buah-buahan untuk dijadikan cemilan.
"Apa?" Tanya Rafly.
"Tolong bantu aku bawa semua buah-buahan ini dan tata di meja sana dengan rapi, aku harus membantu Intan membuat makanan yang lain." Perintah Mira tanpa memandang Rafly.
"Kamu bisa meminta bantuan kepada yang lain, kenapa harus aku? Atau kamu saja?" Tanya Rafly heran.
"Yang lain sedang sibuk jadi aku minta bantuan mu saja, dan jika aku yang menata itu akan semakin lama, jadi tidak perlu banyak bicara sana cepat." Ucap Mira keras.
"Ihh iya iya." Jawab Rafly walau setengah hati menerima perintah dari Mira, ia yang biasa memerintahkan seseorang sekarang malah dia yang di perintah-perintah oleh adik angkat-nya.
Deg
Tubuh Rafly mematung saat dua kata terlintas di otak-nya, Mira adalah adik angkat-nya, dan entah mengapa ia merasa ada perasaan tidak suka menyentuh relung hatinya namun dengan cepat Rafly tepis.
Mira bukan adik ku, dia sudah sepenuh-nya menjadi keluarga Sullivan, mereka sudah memenangkan hak asuh Mira sejak kecil, hanya karena nama Mira yang tidak berubah saja bukan berarti Mira masih bagian keluargaku-batin Rafly.
Rafly dengan cepat mengenyahkan pikiran dan kembali membantu yang lain setelah menata makanan.
***
Hari sudah semakin larut. Sahabat Mira dan Rafly sudah kembali pulang setelah acara selesai. Mira dan Rafly memilih menginap karena di paksa oleh Sella yang lagi-lagi tak dapat mereka bantah.
"Sudah malam sebaiknya kamu tidur pasti sangat lelah saat acara tadi, Kakak juga akan keatas." Ucap Nira setelah berbincang dengan Mira.
Mira mengangguk dan pergi ke kamar-nya setelah mengucapkan selamat malam pada yang lain.
TBC
🌷🌷🌷Bandung
14 Oktober 2019
Senin
9:34 AM
IG: akirarehan614
Revisi:
Bandung16 Agustus 2020
Minggu
7:46 AM
IG: raehanakira

KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Secret Of Love
ActionMasa lalu? Dua kata yang sudah tak lazim lagi dalam benakku, aku selalu bertanya pada yang lain apa masa lalu kalian berharga? Atau sebaliknya? Bahkan aku selalu mengamati lebih dalam dengan dua kata itu. Aku takut untuk melihat ke belakang namun ta...