Happy reading 🤗
Jangan lupa vote dan komen yah 🤗
***Sinar matahari menyilaukan mata Mira, ia perlahan membuka mata, denyut di kepala nya perlahan mulai menghilang. Ia menatap sekitar ternyata ia berada di kamarnya sendiri.
Tapi seingatnya ia tadi berada di pemakaman Ajeng lalu kenapa dia ada dikamar sekarang? Perlahan Mira bangkit dan berjalan keluar kamarnya, terlihat sahabatnya sedang berkumpul di ruang tamu, namun tak terlihat Helfy disana.
Dera yang menyadari kehadirannya bangkit dan mendekati Mira lalu mengajaknya untuk ikut bergabung bersama.
"Bagaimana perasaan mu? Apa sudah lebih baik?" Tanya Dera khawatir.
Mira hanya tersenyum dan duduk disamping Dera.
"Jangan terlalu dipikirkan Ra, ingat kondisi jantung mu." Ucap Dida.
"Bagaimana aku tidak memikirkan nya? Sahabat ku meninggal tepat di depan mataku, tapi apa? Aku tidak bisa melakukan apapun. Hingga akhirnya dia pergi." Lirih Mira dengan perasaan yang berkecamuk. Ia tak setuju namun tak menolak juga jika keadaan memang yang memang buruk. Sewaktu-waktu ia bahkan bisa membuat semua orang khawatir dan panik dengan keadaanya. Padahal ia juga tau semuanya orang tengah di rundung duka atas kepergian Ajeng.
Semua hanya bisa diam tidak ada yang sanggup untuk menjawab ucapan Mira hingga bunyi bel membuat keheningan terpecahkan.
Ting Tong
Bunyi bel memecahkan keheningan diantara mereka itu seperti sebuah bantuan kecil agar tidak ada kekakuan yang berlanjut.
Intan bangkit berjalan ke arah pintu utama. Dan melihat ada beberapa polisi disana yang jika di hitung berjumlah lima belas orang.
"Selamat sore, apa benar ini tempat tinggal mendiang saudari Ajeng?" tanya salah satu Polisi yang terlihat lebih muda.
"Iyah benar." Jawab Intan sambil menatap heran. Namun ia sadar jika datangnya polisi tersebut berkaitan dengan kejadian yang merenggut nyawa sahabatnya.
"Kami dari kepolisian mendapat laporan untuk menggeledah rumah ini karena keterkaitan nya dengan meninggal nya saudari Ajeng." ujar polisi itu memperjelas maksud kedatangan mereka.
"Baiklah silahkan masuk." Jawab Intan mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah.
Mira dan yang lain berada di ruang tamu tentu sedikit terkejut dengan kehadiran banyak polisi. Tetapi Intan menjelaskan jika polisi ingin mencari barang bukti atas kematian Ajeng yang jelas bukan disebabkan hal biasa saja.
"Kami ikut turut berduka cita atas meninggalnya saudari Ajeng. Dan maaf kami harus menggeledah rumah ini" ujar polisi muda tadi yang ternyata pemimpin para polisi tersebut dan ia bernama Thomas.
"Iyah silahkan." jawab Intan lagi beserta anggukan dari Mira dan yang lainnya.
Pertama masing-masing dari para polisi itu berpencar. Mereka membagi beberapa kelompok yang terdiri dari tiga polisi yang sibuk menggeledah rumah mulai dari dapur, tiga polisi di ruang makan, tiga polisi di taman belakang, tiga polisi di ruang tamu, dan mereka juga menggeledah seluruh penjuru rumah.
Sekitar dua jam mereka sudah mengumpulkan bukti-bukti yang sudah di simpan untuk di tes dan di selidiki sidik jadi di kantor kepolisian.
"Untuk sementara rumah ini tidak bisa ditinggali, dan rekan-rekan saya sudah menemukan beberapa barang bukti. Untuk penindakan lebih lanjut, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada kalian sebagai saksi dari kejadian tersebut, serta siapa saja yang bersama korban saat itu?." Tanya Thomas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Secret Of Love
AzioneMasa lalu? Dua kata yang sudah tak lazim lagi dalam benakku, aku selalu bertanya pada yang lain apa masa lalu kalian berharga? Atau sebaliknya? Bahkan aku selalu mengamati lebih dalam dengan dua kata itu. Aku takut untuk melihat ke belakang namun ta...