part 23

4.6K 603 48
                                    

chapter 23
negosiasi
(664 words)

author's note:

hi guys! maaf aku sudah 3 hari gaada update ㅠㅠ
curhat dikit, sekarang lagi pulang kampung jadi gaada wifi dimana mana
maaf banget ya....
aku usahain hari ini double up ya hehehehehe
(tapi tergantung koneksi internet sih hehehehehe)

enjoy reading guys!

***

Dengan langkah lunglai, Jisung berjalan menyusuri trotoar. Kepalanya berdenyut-denyut, namun ia mencoba tidak menghiraukannya.

Setelah mendudukkan diri di bus yang mengarah ke kampusnya, otak Jisung mencoba merangkai skenario bagaimana ia harus memohon pada Felix untuk tidak menyebarkan aibnya.

Air mata Jisung kembali menetes mengingat betapa runyamnya hidupnya saat ini hanya karena bermula dari rasa sukanya pada seorang bajingan bernama Lee Minho dan ketakutan untuk menyatakan kebenaran karena ancaman dari sang senior tersebut.

Karena terlalu lelah berpikir dan juga ditambah fisiknya yang sedang tidak fit, Jisung tertidur dengan kepala bersandar pada jendela bus.

Karena terlalu lelah berpikir dan juga ditambah fisiknya yang sedang tidak fit, Jisung tertidur dengan kepala bersandar pada jendela bus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung kini berjalan cepat menyusuri koridor lantai 1 menuju ke ruang sekretariat organisasi. Instingnya berkata ia bisa bertemu Felix diruangan itu, maka dari itu ia mengikuti apa kata hatinya saja.

Dan benar, Jisung bisa menemukan Felix sedang bercengkrama dengan teman-teman yang satu organisasi dengannya dan Felix di meja kerja masing-masing.

Jisung pun berhenti didepan meja Felix, membuat bercandaan mereka terhenti.

"Kak, Jisung bisa minta waktunya sebentar?" tanya Jisung dengan sopan.

"Hm? Silahkan" jawab Felix santai, terkesan meremehkan.

"Bisa ditempat yang hanya kita berdua saja?" minta Jisung.

Felix mengangkat bahunya dan mengangguk, menuruti permintaan Jisung.

Orang-orang yang berada diruangan itu menatap Jisung dengan pandangan tidak suka. Pertama karena memang citra Jisung yang sudah buruk bagi mereka, dan kedua karena Jisung mengganggu waktu mengobrol mereka tiba-tiba.

Jisung hanya menunduk dan berjalan keluar menuju sisi belakang gedung perkuliahan mereka.

"Mau ngomong apa Sung? Bisa cepet? Aku sibuk nih" ujar Felix dengan berpura-pura nampak bosan.

Jisung berbalik menghadap Felix. Dengan tatapan memelas Jisung mengambil kedua tangan Felix dan menggenggamnya.

"Kak, tolong. Tolong jangan sebarin video itu. Jangan hancurin image Jisung lagi kak. Please... Jisung mohon" mohon Jisung dengan air mata yang tiba-tiba keluar dari mata monolidnya.

"Oh? Kamu tahu rencana aku? Dari siapa?" tanya Felix keluar dari konteks.

"Oh! Dari si orang asing itu ya? Si Chang—Chang—chang siapa sih lupa aku namanya. Dari anak itu ya?" lanjut Felix berpura-pura berpikir.

"Kak, please... Kasihani aku. Aku korban disini dan aku gabisa jelasin siapa yang perkosa aku karena aku diancam kak..." jelas Jisung yang kini mengusap-usap tangan Felix didalam genggamannya.

"Korban ya? Korban tapi binal gitu ya? Sama-sama menikmati tapi merasa jadi korban gitu ya? Duh acting kamu kurang pinter dek. Belajar lagi ya?" ujar Felix sembari menarik tangannya dari genggaman Jisung.

"Kak...aku dicekokin obat perangsang. Aku gasadar dengan apa yang aku lakukan" jelas Jisung namun Felix seperti tidak mendengarkannya.

"Please kak. Jangan sebarin... Jisung salah apa sih ke kakak sampe kakak nekat hancurin hidup Jisung begini?"

"Salahmu? SALAHMU ITU MEREBUT MINHO DARI AKU?! KOK MASIH TANYA AJA!" bentak Felix sembari menempeleng kepala Jisung dengan tangan kanannya. Hal itu membuat Jisung terhempas menabrak tembok karena fisiknya yang masih lemah.

Jisung menunduk menangis. "J-Jisung ga maksud ngerebut Kak Minho dari kakak..." jelas Jisung terbata-bata.

"—dan Jisung juga ga berminat dapetin Kak Minho dari kakak..." lanjut Jisung.

"Jadi please Kak, please. Jisung mohon jangan sebarin video itu" pinta Jisung yang kini sudah berlutut dihadapan Felix dan menarik-narik kaos yang dipakai Felix.

Felix terdiam beberapa saat, terlihat seperti sedang berpikir.

Namun tak lama kemudian, hanya seringai licik yang terpampang di wajah manisnya.

"Okay, aku gaakan sebarin, asal—" jeda Felix.

"Asal apa kak?" tanya Jisung dengan kepala yang menengadah menatap Felix diatasnya.

"Menjauh dari Minho untuk selamanya. Jangan ada disekitarnya, apalagi mendekatinya. Mengerti?"

Jisung lega, permintaan Felix lebih mudah daripada perkiraannya. Toh memang harapannya untuk menjauh dari Minho juga kan.

Dengan sigap, lelaki mirip tupai itu menganggukkan kepalanya.

"Aku turuti permintaan kakak. Aku akan menjauh dari Kak Minho. Tapi tolong jangan sebar video itu ya kak. Please" mohon Jisung sekali lagi.

Felix hanya menganggukkan kepalanya simpul sebelum akhirnya pergi dari hadapan Jisung tanpa berkata apa-apa.

Jisung pun bernafas lega. Ia menyandarkan dirinya pada dinding dibelakangnya karena pusing dikepalanya mulai menjadi-jadi ditambah keringat dingin yang mulai keluar dari jidat dan lehernya.

Felix menyeringai sembari berjalan menyusuri koridor untuk kembali keruang sekretariat.

"Kau pikir semudah itu membujuk seorang Lee Felix membatalkan rencananya? Hahahaha" tawa Felix puas yang kebetulan ia lakukan ketika koridor sedang sepi.



"Lihat saja Jisung. Bagaimanapun caranya kau memang sepantasnya pergi dari kampus ini"




bersambung...

IH SUDAH 2K READS. AKU KAGET.
makasih buat semuanya yang udah mau baca buku ga jelas aku ini. aku aja gatau endingnya bakal kaya apa ehehehehehe, dan bakal berapa banyak chapter sampai buku ini selesai.
tapi semoga kalian tetep mau setia baca buku ini ya guizeeee!  (meskipun yakin deh pasti makin lama makin ga jelas ni buku nasibnya hahaha)

yuk vote dan comment gengz!!

Senior (Minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang