61

1K 42 0
                                    

Keesokan harinya, tasya mau pergi ke mading pesantren, karena kemarin dia tidak mendengarkan peraturannya, maka dia harus melihat peraturan itu di mading kalau dia tidak lihat, nanti kalau dia kena masalah dia nggak tau gara gara apa. 

"maling, keluar pesantren tanpa izin, berkata kotor/tidak baik, tidak ikut sholat berjama'ah, berpacaran, berhalwat? Apaan tuh berkhalwat? Ah, gini doang ternyata, bodo ah, mending cari makanan" lalu tasya langsung pergi ke koperasi pesantren untuk membeli beberapa cemilan.

Setelah membeli camilan, tasya langsung ke kamar dan membuka laptopnya untuk mengerjakan tugas yang diberikan gurunya. Dia langsung menancapkan modemnya ke laptop, dia sengaja membawa modem karena di pesantren ini tidak dipasang wifi. Tapi saat dia sedang mencari jawaban di google, dia mendapatkan panggilan video dari Reno.

"kenapa?" tanya tasya dengan wajah datar.

"sya, gue lagi ada di depan pesantren lo nih, sama Rizal sama Dika juga" kata Reno.

"ngapain lo malem malem gini di pesantren?"

"kita mau njemput elo"

"njemput? Kalo njemput izin dulu lah ke pak kyai! Kok malah ngumpet disitu"

"pengennya sih gitu, tapi dari tadi kita udah maksa buat masuk tapi sama pak satpam nggak boleh!"

"ooo... Yaudah gue kesana deh, lo dimananya pesantren?"

"kita di samping pesantren yang ada pohon beringinnya, ih ngomongin pohon beringin gue jadi merinding"

"yaudah gue kesana sekarang" tanpa menunggu balasan dari Reno, dia langsung menutup video callnya dan mematikan laptopnya. Dia langsung keluar dari kamarnya.

Dia tidak keluar melalui pagar depan, tapi dia malah memanjat tembok yang kemungkinan dibawahnya ada Reno, Rizal, dan Dika. Untung temboknya tidak terlalu tinggi dan mudah dipanjat, jadi walaupun tasya menggunakan rok, dia tetap bisa memanjat, untung juga dia tinggi.

Bruk

Tasya turun dengan melompat, sehingga Reno, Rizal, dan Dika yang berada dekat tempat dia jatuh sempat kaget.

"ngagetin banget sih neng! Jantung bang Rizal hampir copot nih!" kata Rizal sambil memegangi dadanya.

"kalo copot gue malah Alhamdulillah, kalian mau ngomongin apa? Kalo bukan demi kalian gue nggak bakal ngelanggar peraturan pesantren"

"maaf deh kalo gitu, kita mau njemput lo gara gara..." Reno menundukkan wajahnya.

"gara gara apa?"

"emm.. Mama lo masuk rumah sakit"

"hah?! Mama gue sakit apa? Padahal mama selalu terlihat sehat sehat aja tuh"

"mama lo habis kecelakaan"

"yaudah sekarang ayo ke rumah sakit! Ayo cepetan!" tasya langsung berdiri. Dia menahan air matanya yang mau jatuh.

"sya, mending lo ambil jaket dulu deh, dingin"

"nggak ada waktu buat ambil jaket, mending ayo kita cepet cepet ke rumah sakit!"

"Lo pake jaket gue aja deh" kata Dika sambil melepaskan jaketnya.

"Gue bilang berangkat sekarang!" Dika langsung tersentak dan menaiki motornya, lalu tasya langsung naik ke atas motor Dika. Mereka langsung menancap gas menuju ke rumah sakit dimana mamanya Tasya dirawat. Tapi saat mereka melewati depan gerbang pesantren, pak satpam langsung meneriaki mereka. Tapi mereka tidak peduli, bahkan tasya tidak takut jika dia kena hukuman. 

~~~
Setelah mereka sudah sampai di rumah sakit, tasya langsung berlari meninggalkan Reno, Dika, dan Rizal. Dia sudah tau dimana ruangan mamanya. Dia berlari sambil sesekali mengusap kasar air matanya.

Saat dia sudah sampai di depan ruang rawat mamanya, dan membuka pelan pintu itu. Pintu sudah terbuka dan air matanya mengalir deras. Melihat keadaan mamanya yang terdapat banyak perban, bernafas melalui bantuan tabung oksigen, membuat tasya tidak berani untuk melihat itu semua.

Tiba tiba ada tangan yang memegang bahunya, seakan akan sedang menguatkannya. Lalu tasya perlahan lahan masuk dan mendekati mamanya yang sedang terbaring lemah. Diikuti oleh Dika, Reno, dan Rizal.

Tasya tidak bisa berkata apa apa, dia hanya menangis. Dia terduduk di lantai sambil menutupi wajahnya.

"Lo nggak perlu nangis kayak gini, lo harusnya berdoa agar mama lo bisa cepet sembuh, minta sama Allah supaya penyakit mama lo segera diangkat, lo nggak boleh lemah kayak gini! Lo harus jadi penyemangat mama lo!" kata Steven sambil jongkok di samping tasya. Entah dari kapan Steven ada disini.

Tasya langsung berdiri sambil mengusap air matanya.

"papa gue dimana?"

"kita nggak tau dimana papa lo, dari tadi kita udah coba telfon, tapi hpnya nggak aktif" kata Reno sambil menundukkan kepala.

"kemana dia saat mama lagi kena musibah kayak gini? Mana kunci motor lo?" kata Tasya sambil mengarahkan tangannya kepada Dika.

"mau kemana lo?" tanya Dika.

"mana kunci motor lo?!"

"nih" Dika memberikan kunci motornya dan tanpa pamit, Tasya langsung berjalan cepat keluar dari ruang rawat mamanya.

Skenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang