69

1K 43 0
                                    

Setelah bantu bantu di dapur, Tasya langsung makan karena dari tadi belum makan. Dia langsung mengambil piring dan lauk pauknya.

"Eh, kok kayak kenal ya? Siapa nih?" tiba tiba Kiandra datang dengan lagak sombongnya.

"uhuk uhuk" Tasya kaget dan mengeluarkan makanan yang ada di dalam mulutnya.

"Kenapa? Kaget ya?"

"Lo bisa nggak sih nggak ganggu gue?"

"kalo nggak bisa gimana? Soalnya gue tuh gemes banget sama lo"

"cih! Najis!" Tasya langsung pergi tanpa membereskan piringnya.

Dia bertemu dengan Rahma di koridor, reflek, Tasya langsung menarik Rahma kedalam kamar Rahma yang tak jauh dari mereka bertemu tadi.

Rahma hanya nurut dengan Tasya, dia bingung, kenapa tiba tiba Tasya menariknya dengan wajah yang penuh amarah? Padahal Rahma tidak merasa membuat Tasya naik pitam.

"kamu kenapa sih? Kok kayak marah gitu?" tanya Rahma yang kebingungan dengan sikap Tasya yang wajahnya terlihat merah karena marah.

"B*NGS*****T!!!!!!!" Tasya tiba tiba teriak kata kata kasar itu,yang membuat Rahma sangat kaget hingga terjatuh ke lantai.

"Astagfirullah haladzim.. Kamu kenapa? Ambil air wudlu dulu ya?" Rahma mencoba mendekati Tasya.

Saat tangan Rahma sudah menyentuh lengan Tasya, Tasya langsung berdiri dan keluar dari kamar Rahma.

BRAK!! Pintu kamar Rahma tertutup dengan sangat keras. Rahma langsung mengelus dada dengan sifat Tasya yang sangat aneh pada hari ini.

~~~

Tasya membasuh mukanya dengan kasar berkali-kali. Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan agar bisa hidup dengan tenang di dunia ini.

Padahal Kiandra tidak melakukan apa apa kepada Tasya saat di pesantren ini. Tapi Tasya sudah naik pitam hanya karena melihatnya. Setiap dia bertemu dengan Kiandra, dia selalu teringat wajahnya saat sedang mencekik Tasya. Wajah yang sangat membuat orang ingin membunuhnya.

Tasya memukul tembok lalu langsung pergi dari tempat wudlu. Dia menuju ke kamarnya.

"jangan ganggu gue! Kalo lo ganggu gue sekarang, lo bakal pulang ke Rahmatullah! Gue serius!" Kata Tasya kepada Jasmine yang mau memberantakkan barang barang Tasya tapi kepergok sama pemiliknya.

"oh, afwan ya" kata Jasmine sambil menunjukkan wajah imutnya yang bikin eneg Tasya.

Udah lagi badmood, sekarang ditambah ada yang ngajak berantem.
Tasya langsung mengambil cutter yang ada di mejanya dan langsung menodongkannya di depan wajah Jasmine.

"udah gue bilang jangan ganggu gue tapi lo tetep aja bikin gue marah! Sekarang lo udah nggak bisa ganggu gue la-"

Tuuuut tuuuut tuuuut
Tiba tiba suara handphone Tasya berbunyi, tanda ada yang menelepon.

Tasya langsung menjatuhkan cutternya dan mengangkat telfonnya yang ternyata dari papa.

"Halo pa"

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh"

"Wa'alaikumsalam... Kenapa papa telfon?"

"papa ada di pesantren nih sama mama, sama temen temen kamu juga, kita tunggu di taman ya.. Sampingnya pohon nangka"

"iya pa, otw" Tasya langsung mematikan telfonnya dan mau meninggalkan kamar. Tapi dia berhenti di depan Jasmine yang masih terpaku karena takut.

"kali ini lo selamat, kalo lo ganggu gue pas lagi badmood, lo bakal pulang ke Rahmatullah beneran!" tanpa basa basi lagi, Tasya keluar dari kamar untuk menemui papa, mama, dan teman temannya.

Saat sudah berada di taman, ternyata semua temannya sudah menunggu sambil bercanda. Maksud dari semua temannya adalah Steven, Reno, Rizal, dan Dika.

"neng Tasya udah dateng tuh!!!" Rizal langsung berdiri saat melihat Tasya berjalan mendekati mereka.

Tasya langsung menyalimi tangan mama dan papanya. Tangan Steven juga siap untuk disalimi oleh Tasya. Tapi Tasya langsung menepis tangan Steven.

"loh kok gitu? Aku kan calon suami kamu, kok nggak sopan ya?"

"calon suami??!!! Sejak kapan lo jadi bucin kayak gini?"

"sejak tadi" jawab Steven dengan santainya.

"serah lah" Tasya langsung duduk disamping mamanya.

"kata papa, kamu pengen pindah pesantren ya? Kenapa?" tanya mamanya.

"jadi gini ma, ada temen aku waktu masih se SMA sama mereka, bukan temen sih, tapi musuh, dia dulu udah hampir bikin aku mati dan sekarang dia ada di pesantren ini, aku nggak mau berurusan lagi sama dia, liat wajahnya aja udah bikin aku marah marah, aku rela kok di pindahin ke pesantren yang lebih jauh dari sini, di luar Jawa aku juga nggak papa kok"

"hampir bikin kamu mati?" tanya papanya Tasya.

"iya om, dulu Tasya di cekik sama dia sampek jatuh dari lantai 4, tapi untung aja Tasya bisa ngeraih besi pagar di lantai 2, terus Steven langsung cari matras dan untungnya Tasya nggak kenapa napa" jelas Rizal.

"hah? Kok papa baru denger sekarang ya? Apa itu masalah yang bikin Tasya dikeluarkan dari sekolah itu?"

"iya om, tapi yang selalu bikin masalah itu bukan Tasya om, tapi Kiandra itu yang selalu bikin Tasya jadi marah" jelas Reno.

"sampai segitunya ya... Yaudah nanti akan papa carikan pesantren yang cocok buat kamu"

"iya pa, makasih"

Setelah berbincang bincang cukup lama, akhirnya mereka izin pulang dulu ke pak Kyai. Tasya dan Steven mengantar mereka sampai di depan pagar pesantren. Dan saat mobil papanya Tasya sudah tidak kelihatan, Tasya dan Steven berjalan bersama.

"sya, lo beneran mau pindah pesantren?"

"ya iya lah, keputusan gue udah bulat, tinggal nunggu papa dapetin pesantren yang cocok buat gue"

"oooo.. Kalo gitu gue bakal ikut lo pindah pesantren"

"kenapa lo ikut gue?"

"kalo gue nggak ikut, siapa yang bakal jaga lo?"

"ah elah.. Lo kira gue anak kecil? Lo nggak usah khawatir lah.. Kalo ada orang yang macem macem sama gue, gue bakal tendang palanya biar mampus"

Prok Prok Prok

Suara tepuk tangan dari seseorang membuat Tasya dan Steven menoleh ke arah sumber suara. Dan ternyata yang membuat suara itu adalah..

"Kiandra?" kata Tasya dengan lirih.

"kalian udah ada di pesantren masih aja nggak berubah ya.. Kalo pacaran liat liat tempat dong... Nggak di pesantren juga kali"

"emangnya kenapa? Lo iri? Udahlah Stev, ayo pergi dari sini, panas nih ada penghuni neraka" Tasya tanpa sadar menarik Tangan Steven dan membawanya menjauh dari hadapan Kiandra.

"Astagfirullah haladzim!!!! TASYA! STEVEN! Kalian sedang apa??"

Skenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang