86

663 31 1
                                    

"Alhamdulillah lega, yaudah yuk balik kesana, kasian ntar ilang lagi" kata Tasya setelah keluar dari toilet. Dan langsung berjalan ke tempat teman temannya. Tpi langsung ditahan oleh Steven.

"Tunggu sya" Tasya langsung berbalik karena tangannya ditahan oleh Steven.

"Astaghfirullah tangan lo kurang ajar ya!" Kata Tasya sambil melepaskan tangan Steven.

"Eh iya maaf sya, itu tadi respect"

"Kenapa?"

"Em..Lo ikut gue dulu" lalu Steven langsung mengajak Tasya berpindah tempat.

Steven mengajak Tasya ke puncak menara Eiffel.

"Loh, bukannya kalo kesini harus booking tiket dulu ya, kok lo bisa langsung naik?" Tanya Tasya.

"Gue udah booking tiket dari dulu"

"Ooohh.... Kok cuma kita berdua? Yang lain nggak lo ajak? Pelit amat lo jadi orang"

"Kok lo malah julid sih, padahal mau romantis - romantisan sama lo, malah kena marah"

"Hah?! Romantis romantisan?? Maksudnya?"

"Eh em... Nggak jadi deh"

"Apaan sih lo nggak jelas banget" lalu Tasya berpindah melihat pemandangan kota Paris yang terlihat sangat indah dari atas.

'duh kok malah keceplosan sih?! Tapi gue harus ngelakuin semuanya sesuai rencana! Gue harus bisa! Oke, bismillah!' batin Steven.

"Sya"

"Hm?" Jawab Tasya tanpa menoleh ke arah Steven.

"Hadep sini dong"

"Iye iye kenape sih? Astaghfirullah Haladzim! Eh apa ini?" Tasya terkejut setelah menghadap Steven yang ternyata sudah berlutut sambil mengangkat kotak cincin kepada Tasya.

"Tasya, Will you marry me?"

"Mau" jawab Tasya dengan mantap. 

Setelah mendengar itu Steven langsung berdiri dengan percaya diri.

"Tapi bo'ong!!! Hahaha" lanjutan Tasya. 

"Loh kok gitu? Gue serius!"

"Gue juga serius tau!"

"Lo bisa nggak ngehargain gue?"

"Mau dihargain berapa? 10 ribu?"

"Tasya! Please!" Kata Steven dengan kesal.

"Iya iya bakal gue jawab, jawabannya... Lo harus tanya bokap nyokap gue dulu, kalo mereka oke aku juga... Nggak tau deh"

"Lah yang serius dong jawabnya ya apa nggak?"

"Ya itu tadi gue udah serius, tanya aja bokap ama nyokap gue, itu semua tergantung sama keputusan mereka"

"Oke! Gue bakal minta restu dari orang tua lo"

"Dan juga kalo bokap nyokap gue ngerestuin, lo harus nungguin gue lulus kuliah dulu, lo emangnya mau nunggu bertahun tahun? Apalagi gue pengennya kuliah di luar negeri"

"gue bakal nunggu lo sampe kapanpun, mungkin ini terlalu cepat buat gue sampein ke lo, tapi kalo lo maunya kuliah dulu it's okey, gue bakal nunggu, gue nggak bakal ngecewain lo, yang penting lo harus mencapai impian lo dulu" kata Steven dan dijawab dengan anggukan oleh Tasya.

"Kita balik ke yang lain aja yuk! Kasian mereka nungguin" Ajak Tasya.

"Oh o oke"

Suasana menjadi canggung, mereka tak berbicara satu sama lain dari saat turun dari menara Eiffel sampai mereka sudah kembali ke hotel.

"Eh, kok tadi waktu Steven sama Tasya balik rasanya kayak ada yang aneh yak?" Tanya Kevin.

"Ya mana gue tai, eh tau maksudnya" kata Rijal.

"Apa jangan jangan...." Kata Reno sambil menutup mulutnya dan diikuti yang lain seakan akan mereka memiliki pemimpin yang sama. Lalu tiba tiba Steven keluar dari kamar mandi. Dan langsung dikeroyok oleh mereka.

"Eh lo nglamar Tasya ya??!!" Tanya Rijal sambil memukul pundak Steven dengan keras.

"Gilak lo stev, nglamar Tasya nggak bilang bilang" protes Reno.

"Baru lulus SMA udah main lamar lamar anak orang aje lu, mantap kali" kata Dika.

"Terus gimana reaksi dia?" Tanya Kevin.

"Eh apaan sih! Baru duduk udah dikeroyok aja"

"Lo habis ditolak ya?" Tanya Dika. Tapi Steven diam saja.

"Eemmm sudah memasang muka masam berarti tandanya dia..."

"DITOLAAAKKKK!!!! Hahahaha!" Lanjut mereka berempat.

"Tapi kok bisa? Cowok seganteng elo ditolak sama Tasya? Apa jangan jangan Tasya memendam rasa ya kegue... Waaah bisa jadi nih" kata Rijal. "Ih kenapa sih!" Lanjut Rijal karena kepalanya langsung ditoyor sama Kevin.

"Ssttt!" Kata Kevin agar Steven menceritakan apa yang telah terjadi. Lalu Steven pun menceritakan apa yang terjadi dari awal sampai akhir.

"Ooohhhh... Kalo gitu sih lo masih punya kesempatan... Tinggal lo aja bisa nunggu apa nggak" kata Reno.

"Lagian lo ngebet nikah aja sih, ilmu agama aja masih belum terlalu faham, udah main nglamar² aja, dalemin dulu tuh ilmu lo! Belajar ilmu agama bentar doang mah belum ada apa apanya" kata Dika. Lalu Rijal spontan mengecek dahi Dika dan mencocokkannya dengan suhu pantatnya.

"Masih anget gaes" kata Rijal.

"Ya mesti anget lah! Kalo dingin itu namanya udah mati gobl*k!"

Kamar Kevin menjadi sangat ramai, berbeda dengan kamar Tasya yang hening. Dia sedang mendengarkan musik dengan headset sambil membaca komik di aplikasi yang ada di handphonenya. Dia tidak mau memikirkan apa yang terjadi tadi, dia hanya ingin menikmati liburan ini. Tapi bagaimanapun juga dia selalu teringat tentang itu.

"Tapi kan kita baru aja lulus sekolah, masa udah mikirin hal hal kayak gitu sih? Ah tau ah!!!!" Kata Tasya sambil guling guling di kasur.

Tok tok tok

"Siapa sih jam segini ngetok ngetok pintu, nggak sopan banget!" Dengan terpaksa Tasya membukakan pintu.

"Sya" 



Skenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang