38

1.6K 74 0
                                    

"anak saya nggak mungkin seperti itu pak kyai, kalau nggak ada yang mulai duluan, saya tau sifat anak saya.. Walaupun dia anak brandalan tapi dia nggak pernah nyerang duluan"  jelas papanya tasya. 

Mereka semua duduk berhadapan dengan pak kyai, ada papa dan mamanya tasya, dan jasmine, tapi orang tua jasmine nggak dipanggil, kan nggak adil ya.

"tapi om,, tangan saya sampek keseleo gini, sakit banget lo om, lagian juga banyak saksi mata kalo dia yang nyerang saya duluan, anak kayak gitu kok dibela in"

"EH! Jangan ngubah cerita ya lo! Pak kyai, jangan percaya sama dia pak.. Dia itu ratu drama, kebanyakan nonton sinetron tuh dia" bantahan tasya.

"sudah sudah.. Begini saja.. Kita panggil saksi mata saja, tasya siapa yang akan kamu pilih jadi saksi kamu? Dan jasmine kamu juga harus milih saksi, nanti siapa yang buktinya paling kuat, tidak akan saya hukum.. Saya kasih waktu sampai nanti sore ba'da ashar ya"

"iya pak kyai" jawab jasmine.

"ayo pa, ma, bantuin aku"

"nggak mau ah, kan yang punya masalah kamu, kenapa papa sama mama ikutan?" jawab papanya tasya.

"iihhhh.. Papa nyebelin" lalu tasya keluar dari rumah pak kyai dengan bibir manyun.

Dia langsung mencari anak yang memberitahunya waktu kejadian itu. Tapi dia tidak kenal dengan anak itu, dimana kamarnya, namanya siapa, dia tidak tau itu. Tapi sepertinya dia adalah teman sekelasnya. Dan sekarang untung saja pelajaran sedang dimulai, jadi, dia mudah untuk mencari anak itu.

"Assalamu'alaikum" tasya langsung memasuki kelasnya dan sambil mencari cari anak itu dan ternyata dia tidak ada di dalam kelas.

"kamu cari apa tasya? Bukannya kamu lagi di rumah pak kyai?" tanya ustadzah yang mengajar di kelasnya saat itu.

"udah enggak bu, ini lagi cari temen, tapi dia nggak ada"

"siapa yang kamu cari?"

"saya nggak tau namanya bu, dia duduk dimana saya juga nggak tau, tapi kalo ciri ciri nya saya masih inget bu, dia pakek kacamata, kalo nggak salah dia satu satunya dikelas ini yang pakek kacamata"

"ooo dia namanya elin, dia tadi izin ke kamar mandi, tapi nggak kembali kembali"

"ooo yaudah bu, saya ke kamar mandi aja deh, assalamualaikum" tasya langsung keluar kelas tanpa menunggu jawaban.

Dia berlari menuju kamar mandi yang ada di pojok, walaupun sebenarnya ada banyak kamar mandi di pondok ini, tapi dia hanya menuju ke satu tempat.

"WOYY SIAPA YANG NAMANYA ELIN??!!! LAGI DICARIIN TASYA NIH! PENTING!" tasya teriak teriak sambil terus mencari elin, dia emang nggak ada malu malunya.

Tapi setelah tasya sampai di kamar mandi, ternyata elin tidak ada, dia sudah memanggil manggil elin tapi nggak muncul muncul juga batang hidungnya. Mana sebentar lagi  sudah waktunya sholat asar, tasya jadi sangat bingung, dia mau minta bantuan rahma, tapi rahma masih tidak mau bicara dengannya. Harus gimana lagi dia.

"apa gue harus pasrah yak? Capek banget gue, dari tadi lari larian kayak orang gilak, sekarang ngomong sendiri juga, lama lama gilak beneran gue" lalu ada anak yang lewat dan berusaha menahan tawanya saat melihat tasya bicara sendiri. "apa lo liat liat? Mau gua tampol lu?!"  lalu anak itu berjalan cepat untuk menghindari tasya. "kagak ngarti apa orang lagi capek kayak gini malah ketawa, nggak ada yang lucu! Yaudah lah.. Ntar waktu sholat asar gue berdoa aja sama Allah, biar di kasih bantuan" kata tasya lalu menuju kamar untuk mengambil mukena. Ya begitulah orang orang awam, mau berdoa kalo ada maunya doang, astagfirullah haladzim.

Saat tasya berada dikamar, dia istirahat sebentar sambil tiduran di kasurnya. Setelah beberapa menit, suara adzan pun terdengar dan tasya menuju ke masjid sendirian, dia tampak lesu dan tak ada daya. 

"Assalamualaikum ukhti.." ucap Steven yang tiba tiba ada di samping tasya.

"eh.. Wa'alaikumsalam, kenapa lu disini?"

"nggak boleh yak? Yaudah gue duluan"

"EH! Sini lu! Main pergi pergi aja lu"

"hmmm... Kenapa lo? Kok lesu gitu? Dari kemaren gue liat muka lo udah kayak kertas yang udah di lipat lipat"

"ada masalah nih gue"

"emang lo tu selalu bikin masalah"

"gue lagi serius kutu macaaaan!!!"

"kutu macan?? Sangar lo,, wkwkwk!!"

"ah bangke lu" lalu tasya pergi begitu saja. Padahal dia mau curhat, tapi yang mau diajak curhat malah kayak gitu, kan malesin.

Setelah sholat asar,tasya masih duduk masih sambil menengadahkan tangannya. Kalian mungkin sudah tau sendiri ya, tasya sedang berdoa dengan khusyu' bahkan sampai masjid sepi hanya tertinggal beberapa orang.

Saat sedang menghayati doanya, tiba tiba ada yang menepuk pundaknya.

"Eh anjing! Orang lagi khusyu khusyunya berdoa malah lu kagetin! Mau lu apa sih???" tasya jengkel karena dia dari tadi mencoba untuk khusyu, tapi saat sudah beberapa menit khusyu malah ada yang ngganggu.

"gimana bisa doanya dikabulkan kalau omongannya masih nggak dijaga?" kata santriwati yang mengagetkan tasya.

"alah bacot lu, langsung aja to the point, lu ngapain nyamperin gue?"

"kamu dipanggil pak kyai untuk segera ke rumahnya"

"haduh mati gue"

"tolong dong, ini masjid, dijaga omongannya"

"yayayaya" lalu tasya segera melipat mukenanya dan tanpa dia bawa ke kamarnya, dia langsung menuju ke rumah pak kyai tanpa menggubris santriwati tadi.

Dia berjalan dengan sedikit deg deg an, gimana nggak deg deg an kalo udah keliatan banget bakal dapet hukuman, tapi dia masih punya harapan, yaitu doa yang tadi dia panjatkan dengan sungguh sungguh semoga dikabulkan oleh Allah Swt.

Skenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang