63

1.1K 43 0
                                    

Selama seminggu, Tasya selalu berada di samping mamanya. Papanya juga bersamanya, tapi tidak setiap hari, karena mengingat dia juga memiliki pekerjaan yang jika ditinggalkan malah menjadi sangat banyak, jadi papanya hanya datang ketika ada waktu luang. Tasya memaklumi itu, karena jika papanya tidak bekerja, maka siapa yang akan menjamin kebutuhan mereka. Bahkan Reno, Rizal, dan Dika selalu datang menemani tasya. Mereka datang ketika sehabis pulang sekolah, atau kadang mereka bolos.

Tasya sudah seminggu tidak berada di pesantren, dia tidak merasa takut jika dia akan mendapatkan hukuman yang lumayan berat. Steven sudah beberapa hari yang lalu kembali ke pesantren, dia mungkin akan selamat dari hukuman, karena dia sudah izin kepada pak kyai.

Hari ini Tasya mengemasi baju baju mamanya, karena hari ini mamanya sudah diperbolehkan untuk pulang.

"udah beres, ayo ma! pak sopir udah nunggu di depan" kata tasya dan di jawab anggukan oleh  mamanya.

Mereka berjalan pelan pelan menuju ke depan rumah sakit. Kali ini yang menjemput bukan papanya, tapi sopir pribadi. Karena papanya hari ini ada meeting mendadak, sebenarnya papanya sudah berencana untuk menjemput mereka.

~~~
"kamu nggak balik ke pondok?" tanya mamanya saat sudah sampai di rumah.

"nanti sore mungkin aku balik ma"

"yaudah deh kalo gitu, nanti mama anterin ya?"

"nggak usah ma! Mama kan baru pulang, nanti aku minta Reno anterin aja deh"

"kenapa nggak sama pak sopir?"

"nggak papa ma, lagian kan aku nggak bawa apa apa kesini, jadi nggak rempong, aku juga lebih suka naik motor kok ma"

"yaudah deh, kamu istirahat dulu deh"

"iya ma" lalu tasya keluar dari kamar mamanya menuju ke kamarnya.

Setelah berada di kamar, tasya langsung tidur karena lelah, selama seminggu dia hanya tidur di kursi, kadang dia tidur dengan posisi duduk, itu membuat badannya pegal pegal.

Sore harinya, tasya bersiap untuk kembali ke pondok, dia juga siap siap untuk mendapatkan hukuman. 

Reno, Rizal dan Dika sudah menunggu di ruang tamu. Sedangkan tasya masih mandi. Mereka bertiga sangat ramai, bahkan sampai terdengar di kamar tasya yang berada di lantai atas.

Setelah beberapa menit, bahkan hampir satu jam, tasya akhirnya turun juga. Dia menggunakan celana jeans dan tunik, tak lupa menggunakan hijab.

"ayo!" kata tasya sambil terus berjalan ke halaman rumahnya.

"kamu kok lama banget dandannya? Kasian mereka udah nunggu lama" kata mamanya yang sudah berada di halaman.

"ini nih krudungnya susah mbentuk"

"hmmm.. Ya sudah lah, hati hati ya"

"iya ma, Assalamu'alaikum" kata tasya sambil mencium punggung tangan mamanya.

"Wa'alaikumsalam"

"kita pergi dulu ya tante" kata Dika.

"iya, jangan ngebut ngebut bawa motornya!"

"siap tante!" kata Dika sambil memberi hormat kepada mamanya tasya.

"mana kunci lo?" tanya tasya kepada Reno.

"Lo mau nyetir?"

"iya" kata tasya sambil meminta kuncinya. 

"nih, jangan ngebut ngebut ya!" kata Reno sambil memberikan kunci motornya.

"iya iya...  Nih bawain tas gue!" kata tasya sambil memberikan tas slempangnya kepada Reno.

"eh eh! Biar abang aja yang bawain tasnya tasya" kata Rizal.

"yaudah, bawain tuh! Jangan sampek ada yang ilang!"

"siap bos!"

Lalu mereka berangkat ke pesantren dengan Reno yang diboncengin tasya. Tasya hari ini sedang ingin naik motor, dia malah lebih senang kalau naik motor sport kayak gini, dia merasa sangat keren.

Setelah sampai di pesantren, ternyata gerbangnya tidak ditutup. Tasya langsung masuk diikuti oleh Dika dan Rizal yang berada di belakangnya.

Suara deru motor menggema di seluruh pesantren, sehingga menarik perhatian santri dan santriwati. Mereka semua berkumpul di halaman hanya untuk melihat mereka datang. 

Tasya dan Reno turun dari motornya. Saat tasya membuka helmnya, semua santri dan santriwati melihat dengan rasa takjub.

"waaah heboh banget, tapi sayangnya gue lupa nggak pakek kacamata item, biar tambah keren" kata Reno.

"muka kek gitu pede amat lu!" kata tasya sambil menjitak kepala Reno.

"Ada apa ini?! Kok ribut ribut?! Ayo bubar bubar!!" pak Zaky tiba tiba datang dan membubarkan santri dan santriwati yang mengerumuni tasya dan teman temannya.

"Astagfirullah haladzim!! Kamu kenapa bawa geng motor kesini?!" tanya pak Zaky.

"ini bukan geng motor pak,, emang yang punya motor sport itu namanya geng motor semua ya?" kata tasya.

"kamu berani njawab ya?"

"kan tadi ditanya, ya dijawab lah pak"

"tasya!" Tiba tiba Steven berlari menghampiri tasya dan yang lain.

"kamu kenapa kesini?!" tanya pak zaky.

"maaf ustad, mereka ini sahabat saya, jangan di marahin"

"mereka ini brandalan gimana bisa masuk pesantren?! Kamu pasti juga anak brandalan ya?"

"pak, tolong jangan menilai orang dari luarnya aja pak! Bapak kan guru disini, kenapa bapak malah seperti itu? Biarpun mereka itu kelihatannya anak brandalan, tapi mereka itu seperti anak anak yang lain pak! Masalah kecil jangan di gede gede in dong" tasya membela teman temannya yang lain, gimana nggak di bela, mereka kan cuma nganterin.

"udah mending kalian pulang aja deh" kata Steven.

"nih sya, tas lo" kata Rizal sambil memberikan tas slempangnya.

"iya makasih, maaf ya, gara gara gue kalian jadi kena marah marah kayak gini"

"nggak papa, udah kebal kok kita!" kata Dika.

"yaudah, sana pulang! Jagain mama gue ya! Awas kalo mama gue kenapa napa lagi!"

"siap!" Lalu Reno, Rizal, dan Dika menaiki motornya dan keluar dari pesantren.

Sekarang tinggal Tasya, Steven, dan pak Zaky.

"bagaimana pun, kamu sudah melanggar aturan, kamu berduaan di motor dengan laki laki yang bukan mahramnya, apalagi anak geng motor" kata pak Zaky.

"terserah bapak lah! Hukum hukum aja! Saya nggak takut!"

"Tasya! Hukumannya berat, lo mau nanggung?" kata Steven.

"Mau, gue bukan tipe orang yang akan menghindari hukuman, lo kan tau sendiri gue kayak gimana?"

"kamu itu suka menantang ya? Hukuman kamu juga akan ditambah, karena kamu sudah keluar dari pesantren tanpa izin sampai memanjat tembok, kamu itu sadar kalau kamu anak perempuan apa tidak?"

Tasya hanya diam, tapi dia seperti tidak mendengarkan apa yang pak zaky katakan.

"besok, temui saya di ndalemnya pak kyai!" kata pak zaky, lalu beliau pergi meninggalkan Tasya dan Steven.

"Lo jangan khawatir, gue bakal bantu lo biar nggak kena hukuman"

"nggak usah Stev, gue udah kebal ama hukuman"

"terserah lo aja deh, yaudah sana lo ke kamar!"

"iya iya" lalu tasya pergi ke kamarnya dengan santai. Dia benar benar tidak punya rasa takut. Tapi dia takut orang orang terdekatnya kenapa napa.

Skenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang