75

1K 43 0
                                    

Setelah dua minggu melaksanakan ujian sekolah. Santri dan santriwati akan diliburkan selama 1 minggu untuk merefreshkan otak dan fikiran mereka. Karena saat masuk nanti, mereka akan langsung melaksanakan ujian pesantren. Kalian pasti bertanya tanya kenapa ujian sekolahnya bisa sampai 2 minggu. Itu semua karena pelajaran sekolah mereka ditambah dengan pelajaran pelajaran agama yang banyak cabangnya, sehingga ujian mereka lebih lama dari pada sekolah negeri yang lain. 

Tasya sedang membereskan barang barangnya. Dia hanya membawa sedikit baju. Tapi dia membawa semua barang barang berharganya. Karena dia sudah hafal dengan kebiasaan anak anak pesantren yang memiliki tangan panjang alias suka mencuri. Dia tidak mau barang berharganya dicuri, memangnya siapa yang mau barang berharganya dicuri.

Berbeda dengan Steven, bukannya beres beres untuk bersiap pulang, tapi dia malah tidur. Sama saja dengan teman teman sekamarnya yang juga pada tidur.

"ASSALAMU'ALAIKUM!!!!!!" tiba tiba ada yang berteriak dan masuk kedalam kamar Steven dengan menggebrak pintu. Steven dan yang lainnya langsung terbangun karena kaget.

"Wa'alaikumsalam!! Bisa santuy nggak sih?" tanya Steven dengan mata yang masih mengantuk.

"ya afwan atuh... Salah sendiri jam segini masih pada molor.. Kalian nggak ada yang mau pulang ey?" kata Sobir, teman sekamar Steven dulu.

"oh iya! Gue kan bareng om papa! Ya allah.. Gue lupa, makasih bir, kalo nggak ada lo pasti gue bakal ditinggal sama Tasya" kata Steven sambil menepuk jidatnya dan langsung beranjak dari kasurnya untuk beres beres.

"kamu bareng sama Tasya?"

"he'em" jawab Steven sambil melipat baju bajunya.

"kamu nggak takut kena masalah lagi?  Kan kamu udah kena masalah gara gara Tasya itu"

"gue nggak papa kok kena masalah, sebenernya gue tu nggak salah, tapi selalu aja kena hukuman. Kalo gue masih mending, jarang banget dihukum, tapi Tasya tiap hari dapet hukuman, padahal dia nggak salah" jelas Steven.

"kamu cinta ya sama dia?"

"gue cinta sama dia, tapi sebagai sahabat"

"kenapa begitu?"

"ya karena gue sama dia kan udah sahabatan dari kecil sampek sekarang, kalo dia susah, gue juga bakal susah, kalo dia bahagia, gue juga bakal bahagia"

"ooo.. Kalo gitu, kenapa nggak dihalalin aja?"

"belum waktunya mikirin itu kali bro"

"iya juga ya"

"udah beres nih gue, gue langsung pulang aja ya, 5 menit lagi om papa udah nyampe" kata Steven sambil melihat jam tangannya.

"iya iya.. Hati hati"

"siap, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Stevenpun berjalan menuju ke taman sambil melihat lihat apakah papanya Tasya sudah datang atau belum.

Saat Steven sedang memperhatikan lantai atas kamar santriwati, dia melihat Tasya yang baru saja keluar dari kamar.

Saat melihat Tasya, Steven langsung teringat pertanyaan dari Sobir tentang ngehalalin Tasya. Dia berfikir, kalau dia benar benar sayang, harusnya di ajak nikah, bukannya pacaran.

Steven yang mengingat itu langsung menggeleng gelengkan kepalanya.

"Astagfirullah... Belum waktunya!" kata Steven.

"belum waktunya buat apa?" Tasya tiba tiba duduk di bangku taman yang agak jauh dari tempat duduk Steven.

"bukan apa apa" jawab Steven agak gugup.

"oo, gimana ujian lo?"

"yaa... Gitu lah, nggak niat banget gue buat ujian, apalagi banyak pelajaran yang masih asing"

"makannya belajar! Bukan molor mulu kerjaan lo!"

"paan sih lo, serah gue lah!"

"huuu.. Kebo"

"bodo amat"

Mereka berbincang bincang seperti biasa dan tak terasa papanya Tasya sudah datang. Dan seperti biasa juga, Reno, Rizal, dan Dika juga ikut. Tasya yang melihat mereka langsung melambaikan tangannya. Dan Reno, Rizal, dan Dika langsung berlari menghampiri mereka. 

"Woy bro!! Apa kabar?" tanya Dika kepada Steven dan Tasya, dia juga mengajak mereka tos. Dan diikuti oleh Reno dan Rizal. 

"Eh, ini neng Tasya ya?" tanya Rizal.

"bukan, gue Ariana Grande" jawab Tasya. 

"dih.. Ariana grande dari mananya lo? Mana ada Ariana Grande badan tinggal tulang ama kulit doang kayak gini?"

"bacot lo!"

"udah udah ayo pulang, ngobrolnya dilanjut di mobil" kata mamanya Tasya.

Merekapun langsung menuju mobilnya Tasya. Dan yang benar saja, sebelum masuk mobil saja mereka sudah ricuh, apalagi waktu sudah berada di dalam mobil. Kasian mama dan papanya Tasya yang terganggu dengan kericuhan mereka. 

Saat mereka sudah sampai di rumah Tasya, mereka langsung ke ruang makan. Yang ternyata sudah disiapkan banyak sekali makanan. Steven yang melihat ayam, langsung mencomotnya, padahal dia belum duduk.

"kayak rumah lo aja!" kata Reno.

"anggap aja rumah sendiri" jawab Steven sambil duduk di samping Rizal.

Tasya yang baru berada di ruang makan langsung membuka kulkas dan mengambil minum lalu meminumnya.

"sya, kalo minum duduk" kata Steven. Bukannya menjawab, Tasya malah tetap minum sambil mencari tempat duduk dan mendudukinya.

Steven hanya geleng geleng kepala melihat sahabatnya itu.

"udah jadi pak ustad lo?" tanya Dika.

"ya aminin aja" jawab Steven santai.

"amiin" jawab Dika, Reno, dan Rizal.

"Eh, btw lo beli sarung ama kopyah dimana? Perasaan gue nggak pernah tuh liat lo beli sarung ama kopyah itu" tanya Reno yang melihat Steven menggunakan sarung dan juga kopyah.

"beli di pondok lah"

"oo.. Beliin gue juga dong"

"Lo juga mau jadi ustad?" tanya Tasya.

"ya kali aja gue nanti bakal jadi ustad, aminin aja deh"

"iya deh amiin"

"udah udah ayo dimakan, ntar keburu dingin" kata Rizal.

"Eh, yang punya rumah siapa?" tanya Tasya

"nyokap bokap lo lah"

"serah deh"

Lalu mereka makan sambil bercanda tawa. Walaupun Steven sudah memperingatkan untuk tidak berisik saat makan, tapi semuanya tetap berisik. Karena Steven tidak tahan, dia jadi ikut ikutan berisik.

Skenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang