31

1.8K 74 1
                                    

"waah untung kita nggak telat, btw.. Rahma udah dateng pa belom yak?"  kata tasya sambil mencari cari rahma.

"yaudah ayo kita cari rahma" kata steven dan dijawab anggukan oleh tasya. 

Lalu mereka mencari cari keberadaan rahma. Mereka berputar putar mengelilingi lapangan dan juga masuk ke kerumunan santri dan santriwati. Tapi tetap saja mereka tidak menemukan keberadaan rahma.

"dia dimana sih? Ini udah mau berangkat lo, yaudah gue kekamar aja dulu deh,kali aja dia disana" lalu tasya langsung menuju ke kamarnya.

Saat dia sudah ada dikamar, ternyata rahma juga tidak ada, bahkan tasnya pun tidak ada.

"bagi seluruh santri dan santriwati harap berkumpul di lapangan sekarang juga untuk cek in" terdengar suara dari kantor guru. Karena santri dan santriwati disini tidak terlalu banyak,jadi, semua santri dan santriwati dibolehkan untuk ikut.

Lalu tasya cepat cepat ke lapangan untuk cek in, tapi disana dia juga tidak bertemu dengan rahma.

"Stev!! Sini!" tasya memanggil Steven yang sedang duduk duduk di pinggir lapangan. Lalu Steven langsung menghampiri tasya.

"kenapa?"

"udah ketemu sama Rahma?"

"belom...dari tadi gue perhatiin semua orang Yang ada dilapangan dia juga nggak ada"

"duuuh.. Dia kemana ya? Padahal dia seneng banget mau pergi ke Kediri"

"mungkin dia berubah pikiran"

"mungkin aja sih"

~~~
Disisi lain, Rahma sedang berlari menuju kerumahnya sambil menahan air mata yang akan keluar dari matanya. Tak peduli orang orang yang ada disekitar melihatnya.

Saat dia sudah sampai dirumahnya, ternyata ada mobil ambulance yang parkir didepan halaman rumahnya yang tidak terlalu luas. Saat dia hendak masuk kedalam rumah, tiba tiba ada orang orang berpakaian putih yang membopong bapaknya masuk kedalam mobil ambulance yang orang itu tidak lain adalah petugas dari rumah sakit. 

"pak.. Gimana keadaan bapak saya?" tanya Rahma kepada salah satu petugas.

"bapak kamu mungkin sedang depresi berat,,kami harus segera membawanya kerumah sakit sebelum terlambat" jawab petugas itu.

Rahma langsung menutup mulutnya, karena dia tidak menyangka apa yang terjadi. Hal ini terjadi begitu saja, bapaknya yang tadi kelihatan sehat sehat saja tiba tiba mengalami hal seperti ini.

"pak.. Saya boleh ikut naik kan?"

"iya silahkan naik"

Lalu Rahma masuk kedalam ambulance dan duduk disamping bapaknya yang terbaring lemah dengan selang oksigen di hidungnya. Melihat keadaan bapaknya yang seperti itu membuat dirinya tidak bisa menahan air mata yang dari tadi sudah siap untuk menetes.

Tak lama kemudian, Rahma sudah sampai di rumah sakit terdekat di daerahnya. Dia langsung turun dan ikut masuk kedalam rumah sakit sambil berlari mengikuti para suster dan dokter yang mendorong kereta dorong pasien.

"bapak...  Yang kuat ya paak..  Allah selalu bersama kita" kata Rahma sambil menitikkan air matanya. 

Saat mereka sudah sampai di depan pintu ICU, Rahma disuruh menunggu diluar. Dia duduk di kursi sambil membacakan doa doa agar bapaknya segera diberi kesembuhan.

~~
'mending gue nggak ikut ke Kediri aja, gimana bisa gue liburan kalo sahabat gue nggak ada kabar, tapi ikut nggak ya? Yaudah gue nggak ikut' batin tasya.  Padahal dia sudah duduk manis di dalam bis. 

Dia langsung berdiri dan menghampiri sopir bis. Mereka sebenarnya sudah berangkat, tapi baru keluar dari gapura pesantren. 

"pak pak.. Berhenti disini!"

"lah.. Kok disini neng? Kan belum nyampe ke Kediri"

Ustadzah Latifah yang tadinya ada di belakang, langsung berjalan menghampiri tasya. 

"tasya, kamu kenapa? Ada yang ketinggalan?"

"nggak ada ustadzah"

"terus kamu kenapa disini?"

"saya ada urusan mendadak ustadzah, makanya saya mau turun"

"tapi ini udah hampir keluar kampung lo"

"nggak papa ustadzah, saya turun disini aja"

"yaudah, pak sopir tolong berhenti sebentar"

"iya ustadzah"

Lalu tasya langsung turun dari bis dan segera mengambil kopernya di bagasi. Beberapa menit kemudian,  bis langsung berangkat ke Kediri tanpanya.

"sekarang gue kemana nih? Mana gue nggak tau rumah rahma lagi" gumam tasya. 

Tasya pun berjalan menuju ke pondok sambil memikirkan cara agar bisa bertemu dengan rahma.  Saat masih berjalan, dia melihat ada tempat duduk dipinggir jalan. Tepatnya didepan rumah bercat hijau muda yang kecil dan sederhana.

Tasya duduk sambil mengipas ngipaskan buku ke mukanya. Tiba tiba ada ibu ibu datang menghampirinya. 

"Eh neng..  Ngapain atuh duduk sendirian disitu?"

"emm.. Lagi berteduh buk, capek saya jalan dari sana sampek sini"

"ooo gitu ya neng? Ngomong ngomong.. Neng ini anak pesantren yang ada di tengah kebun teh itu ya?"

"iya buk.."

"ooo...  Jadi kamu kenal sama rahma?"

"iya bu kenal kenal" jawab tasya antusias.

"tadi bapaknya dibawa ke rumah sakit"

"hah? Yang bener buk?"

"iya.. Katanya bapaknya itu punya penyakit kanker yang udah parah, bapaknya mungkin sudah depresi sampek tadi mau bunuh diri, tapi untung aja ada warga yang langsung ngelaporin ke rumah sakit, jadi ambulans cepet datang"

"memangnya ibunya dimana? Kok warga yang ngelaporin?"

"ibunya udah meninggal sejak rahma masih kecil"

'oo.. Pantesan rahma sering ilang, mungkin dia pulang buat ngurusin bapaknya.. Kok gue nggak peka ya?' batin tasya.

"terus bapaknya rahma dibawa kerumah sakit mana ya buk?"

"kayaknya sih rumah sakit yang ada di perempatan sana lo..  Ibuk juga lupa nama rumah sakitnya apa,, pokoknya rumah sakitnya hadap ke  Barat"

"ooo yaudah bu,, makasih ya informasinya" tasya lalu berdiri.

"loh, mau kemana neng?"

"saya mau nyusul rahma ke rumah sakit"

"tapi lumayan jauh lo neng"

"nggak papa bu, yaudah saya pamit dulu ya.. Assalamualaikum"

"wa'alaikumsalam"

Tasya lalu berjalan lagi mencari rumah sakit yang di tunjukkan oleh ibu ibu tadi. Dia berharap semoga rahma diberi ketabahan dalam menghadapi cobaan ini.

Skenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang