72

1K 51 0
                                    

Tak terasa, minggu depan Tasya harus menjalani ujian. Baik ujian dari negara, ataupun ujian dari pesantren. Karena Tasya bersekolah di madrasah, dia harus lebih belajar lagi tentang pelajaran agama yang lumayan banyak. Yaitu ada Akidah Akhlak, Fiqih, Ushul fiqih, Ilmu Kalam, Ilmu Hadis, Bahasa Arab, Al Qur'an Hadis, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Akhlak Tasawuf. Itu adalah pelajaran yang baru Tasya kenapa saat masuk ke pesantren ini, dulu saat dia masih bersekolah di SMA pelajaran agamanya dijadikan satu menjadi Pendidikan Agama Islam. Itu saja harus pindah tempat saat pelajaran Agama, karena di kelasnya semuanya bukan beragama Islam, melainkan ada anak yang berbeda agama, dan pelajaran agamanya harus dipisah.

Tasya sangat pintar dalam pelajaran umum, tapi dalam pelajaran agama, dia masih kurang.

Tasya sekarang sedang bertelfonan dengan papanya mengenai pemindahan pesantrennya, tapi...

"tapi, kamu harus bisa mendapatkan rangking 1 se pesantren"

"apa pa??? Nggak mungkin lah aku bisa dapet rangking 1 se pesantren.. Kan aku nggak bisa pelajaran agama yang banyak jenisnya itu..."

"yaaa.. Gimana lagi, kalo kamu nggak bisa, ya nggak jadi papa pindahin, padahal papa udah dapet pesantren yang cocok buat kamu"

"yaudah deh.. Tapi janji ya.. Kalo aku dapet rangking 1 se pesantren aku bakal pindah!"

"iya iya.. Tapi harus rangking 1.. Walaupun kamu dapat rangking ke 2, papa nggak akan mindah kamu"

"iya iya pa...  Yaudah deh, udah adzan maghrib tuh, aku ke masjid dulu"

"iya.. Sholatnya yang khusyu' ya!"

"iya iya.. Assalamualaikum.."

"Wa'alaikumsalam.. "

Setelah selesai bertelfonan, Tasya langsung mengambil air wudhu dan segera menuju ke masjid untuk sholat berjama'ah.

Sekarang Tasya tidak pernah telat Sholat 5 waktu, karena dia tau kalau itu adalah kewajiban, dan juga dia selalu melakukannya karena kebiasaan. Bahkan karena terlalu bersemangat, saat dia sedang berhalangan, dia tetap berwudhu dan mau sholat ke masjid. Tapi untung saja Rahma selalu menanyakan apakah dia sudah suci atau sedang berhalangan.  Kan takutnya dia lupa sampai sudah masuk ke dalam masjid. 

Setelah sholat maghrib, seperti biasa Tasya dan santri santri lainnya mengikuti pelajaran Diniyah di aula. Dia duduk di barisan paling depan karena tekadnya untuk bisa mendapatkan rangking 1 se pesantren, entah itu pada ujian sekolah, ataupun ujian pesantren.

Setelah pelajaran Diniyah sudah selesai dan setelah sholat isya', Tasya langsung menuju ke kamarnya sendirian untuk belajar.

Saat di kamar Tasya langsung membuka bukunya dan membaca serta memahami apa yang dijelaskan dalam buku itu. Dia juga mencari informasi dari internet dan juga mengerjakan beberapa soal.

Dia sangat bersyukur karena hari ini dia tidak mendapatkan gangguan dari Jasmine. Walaupun dia setiap harinya selain mendapatkan gangguan dari Kiandra, tapi dia akan merasa tenang jika dia sudah berada di dalam kamar, karena Kiandra tidak satu kamar dengannya.

Keesokan harinya saat Tasya sedang berjalan sambil membawa piringnya yang sudah berisi nasi dan lauk pauknya. Tiba tiba..

Pyaaar!!! 

Piring Tasya jatuh dan otomatis pecah karena terbuat dari kaca.  Dia langsung melihat ke belakang, siapa yang sengaja mendorongnya. Dan ternyata Kiandra yang sedang menahan tawanya. 

Karena Tasya tidak mau membuat keributan di hadapan santriwati yang sedang makan, dia berusaha untuk menenangkan diri sambil mengelus dada agar sabar. Dia masih mengingat apa yang dikatakan Steven bahwa sabar itu tidak ada batasnya. Dia harus bersabar, masa hanya karena makanan jatuh dia harus marah marah? Padahal dulu Nabi Muhammad Saw. Pernah dilempari dengan kotoran unta tapi Nabi Saw. Tetap bersabar.

"makanya.. Kalo lagi bawa makanan itu hati hati dooong!!! Untung gue nggak kena" kata Kiandra.

"serah lo deh" kata Tasya sambil pergi membawa pecahan piringnya yang sudah dia bersihkan. Tapi tangannya langsung ditarik oleh Kiandra dan membuat piring Tasya jatuh dan berantakan lagi.

"Lo jangan songong ya jadi orang! Mentang mentang lo udah tinggal lebih lama di pesantren ini dari pada gue lo jadi sok sok an di depan gue! Lo kira gue bakal baik sama lo gitu? Lo kira gue bakal takut gitu sama lo?! Cih! Jangan harap!" Kata Kiandra dengan nada yang tinggi. Membuat seluruh orang yang ada di dapur memfokuskan pandangannya kepada Kiandra dan Tasya. 

Tasya hanya diam saja dan menepis tangan Kiandra yang mencengkram tangannya. Tasya langsung membereskan piringnya lagi. Tapi, Kiandra malah menjambaknya dan membuat tangan Tasya tergores piringnya yang pecah. 

"EH! lo jangan diem aja! Lo sekarang takut ya sama gue?! Lo takut sama gue gara gara lo kena masalah sama Steven itu kan?! Lo bilang aja kalo lo takut! Jangan sok sok an pemberani di depan gue! Anj*ng lo!"

Tasya sudah tidak bisa menahan amarahnya, dia langsung memegang tangan Kiandra dan langsung memelintirnya, akhirnya Tasya bisa lepas dari tangan Kiandra yang membuat kepalanya pusing. Tanpa basa basi Tasya langsung menjambak balik Kiandra yang masih kesakitan karena tangannya masih belum dilepas oleh Tasya. 

"banyak ngomong ya lo! Jangan ganggu orang yang lagi makan! Lo nggk malu diliat sama mereka? Mau lo taruh mana muka lo? Mending lo beresin tuh pecahannya! Gara gara lo gue nggak bisa bersihin mereka" Tasya langsung melepaskan tangannya dan pergi dari dapur karena dia sudah tidak mood makan. 

Sebenarnya, semenjak Kiandra masuk ke pesantren ini, Tasya tidak pernah hidup dengan tenang. Di kelas, di dapur, di toilet, di masjid, di aula, dimanapun setiap dia bertemu dengan Kiandra pasti ada aja masalah yang datang. Padahal Tasya hanya diam saja, tapi Kiandra selaku membuat masalah.

Tasya mencuci tangannya yang terkena goresan kaca tadi. Lukanya perih, tapi itu bukanlah masalah yang besar bagi Tasya. Tapi darahnya tetap keluar dari jarinya. Rahma yang saat itu sedang lewat di depan Tasya langsung berhenti dan khawatir.

"Astagfirullah Tasya... Tangan kamu kenapa?" tanya Rahma sambil memegang tangan Tasya. 

"kena pecahan kaca" jawab Tasya santai.

"yaudah ayo aku obatin biar cepet kering"

"alah.. Nggak usah, luka kayak gini nggak usah diobatin, ntar juga kering kering sendiri, nggak usah lebay!"

"kok bisa luka kayak gini sih?"

"males cerita gue, ntar lo pasti juga tau ceritanya"

"yaudah deh, oh iya, kamu kok tumben jam segini udah selesai makan, kan sarapan baru aja dimulai 5 menit yang lalu"

"nggak mood sarapan gue"

"kok gitu?"

"banyak tanya banget sih lo, kalo lo mau sarapan, yaudah sana lo ke dapur!, gue makan roti aja biar perut gue ada isinya, Assalamu'alaikum" kata Tasya sambil langsung pergi ke kamarnya, karena di kamarnya sudah ada roti yang kemarin sore baru dia beli di koperasi.

Skenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang