Chapter 1

6.5K 401 26
                                    

Insiden nasi kerak itu rupanya telah menyebar begitu pesat ke sepenjuru sekolah. Nana sih kalem-kalem saja jika sekarang dirinya menjadi bahan perbincangan orang-orang. Tapi yang tidak baik-baik saja, anak laki-laki yang baru beberapa jam lalu menjadi pacarnya -Nana sebetulnya enggan mengakuinya- terus mengintili Nana sejak keluar kelas tadi. Mereka memang tidak sekelas, namum begitu jam pelajaran selesai Nana harus menghela napas panjang karena anak itu yang entah sejak kapan sudah nangkring di depan kelas 7B-2 dengan senyum mentereng memamerkan gigi-gigi putihnya.

Nana menoleh malas pada anak cowok yang mengaku-ngaku bernama Rakha itu. Sumpah, Nana sebel. Nama dan orangnya sangat tidak cocok. Dia memang putih sipit seperti orang Korea, tapi penampilannya itu loh, enggak banget. Kacamata bulat, rambut seperti mangkok terbalik dan gaya berpakaiannya yang kelewat rapi. Dan sekali lagi, bagi Nana itu sangat norak.

"Nana, jangan cepet-cepet jalannya. Aku capek, nih."

Nah, satu lagi. Dia itu payah!

"Pacar, tungguin napa."

Nana mendesis dan nyaris meninju orang-orang yang men'cie-cie'kannya. Namun ia hanya bisa pasrah dan akhirnya benar-benar menunggu Rakha yang sudah jauh tertinggal di belakang sana. Nana bingung, ini antara dia yang terlalu cepat atau anak itu yang terlalu lemot, ya?

"Apa sih pacar-pacar!" sewot Nana.

"Kan kamu emang pacar aku."

"Kita itu masih kelas 7, ya. Sadar diri lu bocil."

"Tapi tadi kamu terima aku."

"Ya udah kita putus!"

"Dih, mana bisa begitu?"

"Bisa!"

"Enggak!"

"Aku bilang bisa ya bisa!"

"Sekali enggak tetep enggak!"

"Serah!"

Karena tak ingin memperpanjang perdebatan, Nana memutuskan kembali melanjutkan langkah di koridor yang mulai sepi. Namun ocehan Rakha tidak berhenti sampai di sana, sepanjang jalan dia terus bercerita ini dan itu. Dari tentang dia yang pandai memasak -karena katanya nasi kerak tadi itu buatan dirinya, pandai melukis, hingga curhat tentang kucing betina miliknya yang hamil di luar nikah dan sampai sekarang Rakha masih belum mengetahui siapa kucing tak bertanggung jawab yang sudah berani menghamili kucing kesayangannya itu. Tapi sumpah demi bulu keteknya si Jaya, Nana nggak nanya!

"Cielah ini suami istri baru, udah lengket aja."

Panjang umur. Nana mendelik galak pada sosok yang baru saja disebut-sebutnya, Jaya. Meski namanya terdengar jadul begitu tapi orangnya keren. Dia kapten klub futsal di sekolah. Namun untuk sekarang dia terlihat menyebalkan karena baru saja meledek Nana.

"Ngomong apa barusan? Hah? Ngomong apa?" tantang Nana.

Jaya tertawa takut-takut. "Berjanda sis."

"Kamu ngatain aku janda?!"

"E-eh, bukan gitu." Jaya langsung panik saat melihat Nana yang sudah melipat lengan kemeja putihnya. Dua orang lainnya yang tadi datang bersama Jaya malah tergelak. Mereka si kembar Ucup dan Kipli.

"Ya ampun pacar, jangan galak-galak begitu. Nanti aku makin sayang gimana?"

"Kamu juga, minta banget emang dijadiin kambing guling!"

"Waduh, serem bener, beb."

"Hih!" Nana yang hilang kesabaran, tiba-tiba saja mengangkat kerah seragam Rakha yang sejak tadi memang gemas sekali ingin ia hajar. Sontak membuat semua orang panik, apalagi Rakha. Namun itu tak berlangsung lama karena kemudian Reza datang, sohib Nana juga.

Mahkota ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang