Chapter 18

1.3K 137 18
                                    

Ada sebagian hatinya yang terasa sakit saat Nana mendapati sosok yang tengah terbaring dengan ringkih di atas tempat tidur sana. Air mata Nana sudah menggenang, hanya menunggu satu kedipan saja untuk tumpah. Lantas, tanpa berdiam lebih lama lagi di ambang pintu, Nana bergegas menghampiri wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu. Sang Ummi tercinta.

Ummi yang sejak tadi terlihat bahagia melihat keberadaan Nana, menyambut pelukan anak itu dengan sebuah senyum lemah.

"Ummi kenapa.." Nana tak dapat menahan tangisannya lagi saat merasakan tubuh Ummi yang hangat.

"Nana pulang, Nak?"

Nana mengangguk. Menatap wajah pucat Ummi dengan perasaan terluka. "Ummi sakit?"

Ummi tersenyum menyentuh setiap inci wajah putrinya. "Ummi ... rindu Nana."

"Nana juga rindu Ummi.."

"Nana masih marah sama Ummi?"

Nana menggeleng cepat-cepat seraya kembali memeluk tubuh Ummi. "Enggak, Ummi. Nana nggak pernah marah sama Ummi, kok.."

Ummi mengelus punggung Nana yang sesenggukan. Beliau turut menangis, mencium kepala Nana dengan penuh sayang. "Maafin Ummi.. Ummi sama sekali gak bermaksud mengusir Nana atau membuang Nana seperti yang Nana pikirkan. Ummi sayang sama Nana.. sayang sekali, Nak.. Ummi hanya ingin yang terbaik untuk Nana.."

Nana tersenyum haru di sela tangisannya. "Nana tahu kok Ummi.. Nana juga sayang sama Ummi. Sayaaaang banget.."

Mereka melepas pelukan. Ummi kembali mengelusi wajah Nana dengan tatapan yang sarat akan kasih sayang khas seorang ibu kepada anaknya. "Anak Ummi.."

"Ummi Nana.." sahut Nana membalas.

Keduanya tersenyum lebar.

"Kata Abi, Ummi rindu Nana sampai sakit begini. Cie, Ummi rindu berat ya sama Nana?"

Ummi terkekeh kecil. Kembali membawa Nana ke dalam rengkuhannya. Ummi juga tak henti-hentinya mencium kepala Nana sebagai pelepas rindu. Sementara Abi yang sejak tadi memperhatikan interaksi istri dan anaknya itu, hanya tersenyum.

-oOo-

Ummi tak dapat menghentikan tawanya ketika mendengarkan Nana yang bercerita semasa dirinya di pondok. Walau Ummi sudah paham seperti apa Nana, tapi tetap saja Ummi tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi orang-orang yang harus menghadapi sifat Nana yang tahu sendiri bagaimana. Yang paling menggelitik perut Ummi, saat Nana bercerita insiden pohon mangga yang lalu itu.

Pintu terbuka. Abi masuk bersama nampan di mana terdapat semangkuk bubur, segelas air putih, dan juga obat. Abi tersenyum menghampiri dua bidadarinya di atas tempat tidur.

"Nah, bertemu Nananya sudah, sekarang tinggal sembuhnya. Makan dulu ya, Ummi. Habis itu minum obat."

"Bi, dulu pas hamil Nana, Ummi ngidam apa, sih?"

Pertanyaan Ummi, membuat Abi mengingat-ingat sesuatu sebentar. "Kenapa memangnya?"

"Lucu banget dia. Masa coba malem-malem manjatin pohon mangga? Habis itu ketahuan istrinya Kyai lagi gara-gara kentut."

Mahkota ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang