“Arya jangan jauh-jauh, ya!” teriakku.
“Iya, Bundaaaa.”
Aku mendudukkan diri di bangku taman, meraih ponsel di saku gamis, lalu mulai membuka pesan-pesan WhatsApp yang belum sempat terbalas. Tak lama terdengar suara Arya kembali.
“Bunda, ini ada Om Reyhan. Tadi Arya ketemu di sana. Om duduk di sini aja, ya, sama bunda.”
Lelaki itu tersenyum seraya mendekat. Lalu duduk di sebelahku. Sementara Arya telah kembali menghilang. Kutengok sekeliling, mencari sosok bocah yang tadi mengejar mobil remote control-nya.
“Arya kayaknya ketemu teman-temannya di sana.” Reyhan seolah tahu apa yang kupikirkan.
“Pak Reyhan ngapain di sini?”
“Saya belum nikah, masa dipanggil bapak?” Tawa Reyhan terdengar kembali.
Ah, itu tawa yang selalu kurindukan siang dan malam. Sayang, saat terdengar kembali, bukan dari seseorang yang juga kurindu. Izinkan aku menyimpan tawa itu dalam hati, Ya Rabb, untuk menemani hari-hari yang sering terasa berat.
“Tia.”
Panggilan itu ….
Aku menoleh pada lelaki yang berada di sebelah kiri dengan hati berdebar, dia tengah menatapku lekat. Entah apa yang terbaca dari mataku saat ini.
“Rey!”
Sebuah panggilan tiba-tiba terdengar. Seorang wanita cantik, mengenakan hijab warna pastel mendekat, serta menggandeng anak laki-laki. Dia wanita yang menyusul Reyhan saat di toko mainan malam itu. Ya, dialah tunangan lelaki berwajah tampan di sebelahku.
Reyhan mengalihkan pandangannya dan berdiri, tersenyum pada wanita tadi.
“Azka udahan main sepedanya? Yuk, main bola sama Om Rey! Oh ya, Mir, kenalin ini Tia. Tia, ini Mira.”
Wanita yang bernama Mira itu segera mengulurkan tangan. Kami pun berkenalan. Lalu ia duduk di tempat yang diduduki Reyhan tadi. Sementara lelaki itu mengajak Azka bermain bola di lapangan dengan rumput yang tampak subur.
Arya mendekati, menyerahkan mobil mainannya dan bergabung dengan Reyhan. Ikut larut dalam permainan bola. Tanganku tergerak mengabadikan momen tersebut.
“Arya itu … kalau dilihat, mirip Reyhan, ya.” Mira menoleh padaku. Aku tersenyum dan mengangguk.
“Apa Arya dan Reyhan itu masih ada hubungan keluarga? Atau jangan-jangan–"
“Reyhan ayahnya Arya gitu?” potongku dengan getir. “Ayahnya Arya namanya Rifky, bukan Reyhan.”
“Oh gitu, maaf ya, Mbak. Ayahnya Arya gak ikut?”
Giliran aku yang menoleh pada wanita itu, lalu menggeleng pelan. “Kecelakaan pesawat lima tahun lalu.”
“Eh, maaf banget, Mbak. Saya gak tau.”
“Iya, gak apa-apa, Mbak. Oh ya, Mbak Mira kenal Reyhan di mana?”
“Orangtua Reyhan teman baik orangtua saya,” jawab Mira dengan tersipu.
“Oh gitu. Keluarga Reyhan tinggal di Tangerang juga?”
“Nggak. Mereka di Jakarta. Reyhan aja yang sering maen sampai nginap di sini. Malah dia berencana tinggal di sini juga kalo kami nikah nanti.”
Aku mengangguk pelan. Pantas saja sering bertemu lelaki itu di sini. Pasangan yang sungguh serasi.
“Kalo Azka?”
“Oh, Azka anak kakak saya, Mbak. Reyhan emang janji mau ajak dia ke taman kalo libur.”
Ponselku berdering. Nama mama tertera di layar. Segera kuangkat panggilan tersebut, berbicara sejenak sebelum mama menutupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Hati
RomanceKisah perjuangan Tia memperoleh kembali cinta suaminya. Di lain pihak, telah ada seseorang yang menanti jika ia memilih untuk menyerah. Cerita ini sekuel dari cerbung sebelumnya yang berjudul Secret Admirer, yang telah tamat di Facebook.