Dear Tuan Hujan,
Waktu itu, pahlawannya telah menyelesaikan Ujian Nasional dengan baik. Kau pasti tahu kan, artinya apa? Gadis itu takkan lagi melihat pahlawannya. Sebab saat itu pula, kelas enam resmi diliburkan dan hanya menunggu saat di mana pengumuman kelulusan diperdengarkan. Aku sendiri waktu itu sempat berharap, semoga laki-laki heroik itu dapat melanjutkan sekolahnya di tempat yang iasukai. Walau itu berarti masa kanak-kanaknya akan berlangsung memudar. Mungkin sama halnya dengan ingatannya terhadap gadis kecil itu. Dan mungkin sebab itulah, aku akhirnya mendekati gadis kecil itu. Mengajaknya berkenalan.
Dan ternyata tak butuh waktu yang lama bagi gadis itu untuk menerima keberadaanku. Masih dalam balutan rok sekolah dasar, dengan lipitan-lipitannya yang rapi, gadis kecil itu mulai bercerita banyak hal. Pada pertemuan pertama mungkin gadis itu akan bersikap seolah ia masih harus mewanti-wanti dirinya agar tidak terlalu akrab dengan orang yang baru dikenalnya. Namun setelah itu, atau mungkin setelah ia merasakan adanya ikatan yang kuat antara kami, gadis itu akhirnya memberanikan diri untuk bersua, menceritakan segala hal yang terkait dengan dirinya, keluh kesahnya, kebahagiaannya, segalanya tak luput diceritakan olehnya : termasuk sang pahlawan.
Kala itu, kami duduk pada kaki anak tangga. Aku yang mendengarkan dengan saksama, dan gadis itu yang tak hentinya bercerita. Mengenang hal-hal yang dirasakannya perlu untuk menyelinap dalam benakku juga. Kau tahu, Tuan, matanya berbinar benar ketika ia menyebut serta menceritakan detail kenangan yang ialalui, yang berkaitan erat dengan pahlawannya. Aku melihat ada harapan besar, yang kuat, serta berwarna, yang hanya muncul ketika gadis itu menyebut nama pahlawannya.
"Waktu itu, saat kelas enam sedang sibuk-sibuk menghadapi ujian, aku selalu berdoa tiap malam. Berharap yang terbaik untuknya. Aku berdoa semoga ia bisa menjawab soal-soal ujian itu dengan baik, semoga ruang ujiannya diberikan pengawas yang baik, semoga ia bisa lulus dengan hasil yang memuaskan, semoga ia bisa masuk di sekolah favoritnya, semoga ia bahagia selalu. Dan aku juga sempat berdoa beberapa kali, meminta agar semoga ia dijodohkan denganku. Aku terlalu serius mendoakannya, mendoakanku, mendoakan keluargaku, hingga seringkali aku menangis ketika sedang berdoa. Aduh, aku berlebihan sekali!"
Gadis itu tersenyum setelah berkata sebanyak itu. Malahan aku yang nampak bodoh. Tak kusangka seorang anak SD mampu mendoakan hal sekompleks itu. Bahkan, perihal jodoh....
Kota ini, 23 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara untuk Tuan Hujan [ T.A.M.A.T ]
PoetryDatangku kali ini sedikit berbeda. Walau masih seputar aksara dan bagaimana kamu menilainya dalam nalarmu. Mungkin akan ada banyak persepsi mengenainya, kamu tahu setiap orang berhak menilai. Kamu pun tak perlu terlalu hanyut pada aksara yang kadang...