Dear Tuan Hujan,
Entah dengan cuaca hari ini pada kota yang lain. Namun yang saya tahu, saat ini di kota ini, langit sedang biru tanpa keberadaan sang awan yang menemani. Tak apa, kadang langit tak butuh awan untuk menghiasinya. Dia hanya butuh cahaya sang surya 'tuk menenangkannya.
"Bagaimana kabarmu Tuan Hujan?" Dan tanyaku masih sama seperti dulu. Pertanyaan yang hanya terlontar dengan keras dalam hati. Atau ... haruskah aku mengganti pertanyaannya menjadi : "Bagaimana rasanya hidup tanpaku, Tuan Hujan?" Lalu pasti kau akan menjawab dengan lantang bahwa rasanya seratus persen lebih baik tanpaku. Benar, kan?
Hei, bukan itu yang ingin dibahas tadinya. Aku sedang berpikir untuk berjalan mundur pada momen tujuh tahun silam di mana untuk pertama kalinya awan bertemu dengan hujan.
Dan sama seperti cuaca hari ini, cuaca kala itu cukup cerah, bahkan terlalu cerah untuk dijadikan perapian. Oke, ingatkan aku kalau pernyataan tadi itu salah.
Jadi kala itu, aku sedang berkunjung pada salah satu persekolahan yang letaknya cukup jauh dari rumah sang awan. Kau pasti tahu kisah sekolah itu yang katanya dulu adalah bangunan bersejarah milik Belanda yang diwariskan pada kota ini. Sekolah itu terbilang cukup luas, namun terlalu banyak labirin di dalamnya hingga membuatnya terlihat begitu sempit. Lalu di mana letak permasalahannya? Tidak aku hanya ingin bermain dengan ingatanmu, Tuan Hujan, apa kau masih mengingatnya atau tidak.
Apa kau masih mengingat penampakkan penjaga sekolah milik sekolah itu? Dia adalah seorang pria bertubuh sangat tinggi. Namanya terdiri dari lima huruf. Sepertinya kau tidak terlalu mengenalnya, ya? Tapi kupastikan kau pasti pernah melihatnya? Sebenarnya pria itu ... sebentar ya, Tuan Hujan, perutku lapar. Aku ingin makan. Kita lanjutkan lagi di halaman sebelah.
Kota ini, 18 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara untuk Tuan Hujan [ T.A.M.A.T ]
PoesiaDatangku kali ini sedikit berbeda. Walau masih seputar aksara dan bagaimana kamu menilainya dalam nalarmu. Mungkin akan ada banyak persepsi mengenainya, kamu tahu setiap orang berhak menilai. Kamu pun tak perlu terlalu hanyut pada aksara yang kadang...