Dear Tuan Hujan, kamu begitu spesial hingga orang yang menuliskan tentang dirimu larut akan perasaan sedih, perasaan akan kehancuran karena kehilangan bertahan hingga akhirnya aku bertemu dengannya dengan suasana yang berbeda. Aku begitu iri dengan mu, penasaran dengan perawakan yang kamu miliki seandainya aku tahu mungkin kita akan mendebatkan banyak hal. Tapi terima kasih, wanita ini ada pada ku sekarang kau tak perlu menyakitinya lagi karena ia sudah terlalu sakit. Giliran ku yang menyakitinya, biarkan aku memberi dia harapan, biarkan aku yang membentaknya, dan biarkan aku yang menggenggam tangannya kala sirine berbunyi.
Tuan Hujan kapan kita bisa bertemu? banyak hal yang ingin kutanyakan.
16 Oktober 2021.
Tertanda, Tuan Badai.•••
Teruntuk Tuan Badai; Balasan Gadis Awan
Kau mungkin sudah lupa pernah mengutarakan kalimat ini padanya. Mungkin pula sekarang perasaanmu tak lagi mengapa pabila mengingatnya. Mungkin juga kau sama sepertiku, sempat berandai pabila bisa memutar kembali waktu dan mengubah pilihan pada kasih yang berbalas, pada asa yang selalu diaminkan, dan yakin yang kuyakini itu adalah kau dan aku.
Ingatanku masih bertumpu pada malam itu. Entah harus kusebut apa mereka. Sepasang di perantauan atau kah sepasang dalam asa yang meraung pada kasih berbalas. Luka kelam, cerita yang tak pernah didengar orang lain, ketakutan terbesar, cerita bahagia, duka: masa lalu yang dilewati dengan berbagai rasa. Seribu cerita, dua senyuman, namun satu harap yang pasti: kuharap kaulah dia yang teramat sering kusebut dalam doa.
Aku menaruh kepercayaan sepenuhnya padamu. Cerita bahagia pun kelamku bukanlah umpan semata 'tuk kisah semalam. Mengenalku dan ceritaku bukanlah hal tabu. Aku dan semua ceritaku adalah milikmu. Bila harus ada duka malam ini, kuharap kau mendengarnya pertama kali dariku.
Aku dan segala ketidakpercayaan akan cinta yang tulus, kau dan segala keraguan akan kasih berbalas. Tahun kedua, tahun ketiga, akankah kau masih mencobanya lagi di tahun-tahun mendatang.
Tuan, aku dan segala cerita tentang Tuan Hujan telah usai tepat di mana kuizinkan kau memasuki altar kejujuran. Segala yang berada di belakang mungkin tak bisa lagi kau atau aku usik. Pelajaran yang sungguh berharga: patah hati dan tumbuh kembali. Mekar hingga rasanya tak bisa disandingkan dengan apapun.
Tuan, aku begitu menyanjungmu. Kau mungkin tak pernah ingin mengetahuinya. Atau mungkin kau dapat membacanya sendiri dari tingkah "lucah"-ku. Merasa tidak asing dengan kata itu? Ya, aku menculiknya dari bait puisi yang sempat kau tulis berapa puluh purnama yang lalu.
Tuan, kau mungkin sering mendengar ini, aku sendiri pun sering mendengarnya dari mulutmu. Bila mungkin kita bertemu di saat sebelum luka membara dalam hati, kupastikan kita adalah pasangan yang kacau. Kita dan rasa angkuh, kita dan cemburu buta, kita dan fantasi kasih. Lima belas tahun, janji sehidup semati, dan jiwa yang memaksa dewasa melawan waktu.
Tidak.
Kau dan aku sama-sama paham Tuan, pada akhirnya usia belasan dan segala kisahnya adalah pelajaran yang berharga. Dua puluh tahun, penutup kisah pilu.
Aku, kau, kita, teramat bangga pada kisah klasik yang kini termakan putih abu-abu. Mereka membawa kita pada versi dewasa terbaik masing-masing.
Tuan Badai, wanitamu ini begitu mencintaimu!
24 Juli 2023.
Tertanda, Wanita Awan
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara untuk Tuan Hujan [ T.A.M.A.T ]
PoetryDatangku kali ini sedikit berbeda. Walau masih seputar aksara dan bagaimana kamu menilainya dalam nalarmu. Mungkin akan ada banyak persepsi mengenainya, kamu tahu setiap orang berhak menilai. Kamu pun tak perlu terlalu hanyut pada aksara yang kadang...