Dear Tuan Hujan,
Beberapa purnama telah berlalu. Namun marching band tetap menjadi kenangan yang menyedihkan bagi sang gadis. Satu yang ia tahu, anak laki-laki itu ternyata lolos seleksi dan telah sah menjadi anggota marching band. Dan ia tak sendiri, sebab gadis baru itupun lolos seleksi. Suatu kebetulan, atau memang begitu adanya. Tuan, kau tidak perlu khawatir, gadis kecilku tidak mengapa dengan hal itu. Ia punya beberapa teman dekat yang mampu menghibur dan menyemangatinya. Lagipula, putih abu-abu masih punya beberapa kejutan untuknya. Salah satunya hari itu, Kamis yang manis, tepat pada hari di mana sang gadis merayakan ulang tahunnya.
Tuan, seingatku Kamis itu cuaca sedang mendung dan gadis kecilku baru saja tiba di rumah pukul enam sore lebih lima belas menit. Dan aku tidak tahu, mungkinkah menatap di depan cermin adalah hal lumrah yang sering dilakukan para gadis yang sedang berbunga hatinya, namun selama beberapa menit setelah kepulangannya, sang gadis tak henti menatap di depan cermin. Tak hentinya ia tersenyum sambil memangku dagunya. Kedua pipinya bersemu merah. Dan tak lama setelah itu, gadis itu mulai menceritakan segalanya padaku yang terjadi sore itu. Sore di mana ia dan teman dekatnya hendak pulang ke rumah.
Tuan, gadisku dan juga teman dekatnya ini merupakan sosok yang hampir-hampir mirip sifatnya. Mereka sama-sama tidak terlalu menyukai keramaian. Jadi biasanya saat bel pulang sekolah berbunyi, mereka cenderung menunggu para siswa berhamburan keluar, atau setidak-tidaknya hingga pintu masuk sekolah tidak penuh dan mereka tidak perlu berdesak-desakan untuk pulang. Pada akhirnya, suasana sekolah memang telah dan cukup sepi. Sang gadis bersama temannya memutuskan untuk pulang, melewati area depan perpustakaan. Di sana terdapat pencahayaan yang cukup baik daripada harus melewati area menuju depan ruang guru. Entahlah, Tuan. Padahal jika ditilik kembali, sesungguhnya tidak ada bedanya melewati kedua jalan tersebut, selain hanya masalah berbelok ke kiri ataupun ke kanan.
Namun mungkin begitulah seharusnya yang terjadi. Agar sang gadis dapat bertemu dengan sosok penyebab senyumnya terus mengembang waktu itu.
Ia sama sekali tidak menyadari bahwa area yang dilaluinya bersama teman dekatnya ini akan menuntunnya bertemu dengan lelaki itu. Yang ia tahu, di depan perpustakaan terdapat seorang lelaki yang berdiri persis di antara dua orang yang sedang berbicara dengannya. Kalau tidak salah, Tuan, kata sang gadis, yang satu perempuan. Sedang yang satunya lagi laki-laki.
Setelah langkah mereka sampai di depan laboratorium Kimia, sang gadis akhirnya menyadari siapa sesungguhnya laki-laki yang tengah berdiri di depan ruang perpustakaan itu.
"Aku meminta temanku untuk tidak melewati jalan itu. Sebab dia ada di sana bersama teman-temannya. Tapi kata temanku, kita sudah terlanjur berada di jalur ini. Yasudah, akhirnya kami berjalan saja. Dan rasanya aku benar-benar gugup. Rasanya dia pasti akan memanggil namaku ... atau tidak sama sekali," Tutur sang gadis
Tuan, nyatanya hari itu, ketika mereka lewat tepat di depan anak laki-laki itu dan juga temannya, ia mendengar seseorang memanggil namanya ... atau mungkin karena perasaannya tadi, ia akhirnya segera menoleh. Sebab ia kenal betul pemilik suara itu. Sosok yang sudah lama tidak bersua dengannya.
"Selamat ulang tahun," kau tahu, Tuan, ucapan itu berasal dari anak laki-laki itu, yang tersenyum tulus, sambil menatap sang gadis, tepat pada kedua manik matanya. Dan tak lupa, ia menyodorkan tangannya hendak bersalaman dengan sang gadis yang berulang tahun.
"Aku benar-benar gugup. Tingkahnya terlalu natural sedang jantungku hampir terjun menuju lantai satu, lalu berlari melewati meja piket. Dan kedua temannya itu melihatku. Mereka ikut tersenyum. Lalu kami bersalaman selama beberapa detik. Setelah itu aku pamit darinya, dari mereka. Lalu aku tak tahu lagi."
Akhirnya sang gadis berhenti bercerita. Kedua matanya berkaca. Ia benar-benar bahagia hari itu namun sedih pun turut mengambil andil, sebab anak laki-laki itu kembali membuatnya ingin untuk dirindukan. Mungkin olehmu, yang sempat kulihat bersembunyi dibalik bayang anak laki-laki itu.
Kota Ini, 10 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara untuk Tuan Hujan [ T.A.M.A.T ]
PoésieDatangku kali ini sedikit berbeda. Walau masih seputar aksara dan bagaimana kamu menilainya dalam nalarmu. Mungkin akan ada banyak persepsi mengenainya, kamu tahu setiap orang berhak menilai. Kamu pun tak perlu terlalu hanyut pada aksara yang kadang...