23 : Dia yang Menjelma Menjadi Tuan Hujan

9 1 0
                                    

Dear Tuan Hujan

Masalah tak berhenti sampai di situ. Sang gadis kecil harus menerima segala kritikan serta sindiran pedas yang ditujukan padanya oleh sahabat-sahabatnya. Kau mungkin mengira bahwa gadis itu akan bertahan lama dengan pacar pertamanya itu.

Namun berselang beberapa bulan, mereka akhirnya pisah. Kukatakan gadis itu tidak benar-benar menjalani proses pacaran seperti kebanyakan orang. Tidak, Tuan. Ia membuka kisah cintanya dengan memiliki hubungan jarak jauh. Salah satu jenis hubungan berpacaran yang rentan terhadap pengkhianatan. Apalagi usianya saat itu masih tergolong anak tanggung.

Aku ingat siang itu aku sedang dan memang selalu bersama sang gadis kecil. Hari itu, di tempat barunya, tempat di mana ia mengasingkan diri jauh dari para sahabatnya, kulihat gadis itu menangis. Ia menangis tersedu-sedu. Ia pun bercerita padaku, perihal dirinya yang tidak sanggup jika terus-menerus dibenci oleh para sahabat yang telah enam tahun bersamanya, apalagi Pochi. Ia pun merasa sangat bersalah.

"Percuma aku berpacaran dengannya kalau aku harus kehilangan sahabatku!" Ujarnya padaku sambil menangis. "Dia ... juga telah tahu, bahwa teman-temanku kini membenciku. Dan dia sempat bertanya, apa lebih baik kita putus saja, daripada aku harus terus disindir oleh sahabat-sahabatku," katanya lagi

Aku sendiri ingin sekali menenangkannya. Namun aku pun dibebani perasaan yang sama. Aku ingat, pacar pertamanya itu pernah mengatakan padanya bahwa ia mengharapkan hubungan cinta monyet mereka ini akan bertahan hingga jenjang SMA. Namun kau tahu, Tuan, tepat hari itu juga, seseorang memberitahu sang gadis bahwa pacar pertamanya telah memiliki seorang pacar baru lagi. Mungkin itu adalah caranya agar sang gadis mau berpisah dengannya.

Dan akhirnya mereka memang berpisah. Secara baik-baik.

Sedangkan mengenai anak laki-laki yang pernah mewarnai akhir masa SD-nya, pada bagian itu, kurasa aku tak perlu menanyakanmu. Kau jauh lebih tahu dariku, Tuan.

Yang dapat kukatakan hanyalah : Anak laki-laki itu tidak lagi berkabar pada sang gadis. Aku tak tahu, apa mungkin anak itu sengaja menjauhi sang gadis sebab tahu ia telah memiliki pacar ataukah ia memang sedang tidak ingin berbicara dengan gadis itu.

Dan yang selalu terngiang di kepalaku hingga nanti kau sendiri yang akan mengetahuinya, Tuan, perihal kepergian anak laki-laki itu yang berdampak buruk bagi gadis kecil itu.

Jadi hari itu semuanya nampak sempurna. Segala kekacauan yang terjadi nampak sangat sempurna. Gadis itu kehilangan sahabat-sahabat kecilnya, pacar pertamanya, juga anak laki-laki itu. Dan akulah saksi mata yang harus melihat gadis itu menangis, dikarenakan anak laki-laki itu yang tidak lagi pernah memberi kabar untuknya.

"Biasanya, kalaupun tidak ada pembahasan, setidak-tidaknya dia selalu mengirimkan minimal satu pesan berisi kutipan-kutipan, ataupun cerita-cerita lucu, atau doa. Tapi ini tidak lagi."

Dan selanjutnya adalah bagian yang cukup sedih dari kenangan gadis kecil itu yang harus kuingat dan saksikan pula. Kala itu sang gadis sedang berusaha mencari percakapan dengan anak laki-laki itu. Namun segala usahanya berbuah nihil. Anak itu tak lagi membalas pesannya.

Hingga suatu waktu, saat gadis itu mengiriminya pesan. Akhirnya, ada balasan pesan dari anak laki-laki itu. Namun kau tahu apa, Tuan, ternyata yang membalas pesan sang gadis adalah kakaknya.

Dan tepat saat itu, kulihat sang gadis kembali menangis tersedu. Kurasa ia baru saja merasakan pahitnya diabaikan oleh seseorang, atau kasarnya, itu adalah kali pertama karma menamparnya. Betapa dulu ia selalu mengacuhkan anak laki-laki itu.

Sejak saat itu, anak itu menjelma menjadi Tuan Hujan, Tuan. Sama sepertimu. Ia menjelma Tuan Hujan yang menghilang secara perlahan tanpa sepatah kata, namun selalu menghadirkan mendung dan badai pada wajah teduh gadis kecil itu. Dan sejak saat itu, walau masih dalam perasaan sedih, gadis itu telah memutuskan untuk tidak lagi menghubungi anak laki-laki itu.

Kota ini, 29 April 2019

Aksara untuk Tuan Hujan [ T.A.M.A.T ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang