6. Terimakasih sudah selingkuh

1.5K 98 9
                                    

Vote

Bertahun-tahun terikat dalam hubungan yang cukup steady (walau tanpa arah dan tujuan yang jelas) bikin kita terikat secara emosional sama pasangan kita. Apalagi kalau hubungan itu memakan sampai sepertiga dari umur kita selama hidup. Untuk sebagian orang malah mungkin sudah terikat secara kekeluargaan dan finansial.

Ketika pada akhirnya gue mengetahui pasangan gue selingkuh, gue langsung saja minta dia pergi dan meninggalkan gue tanpa pikir panjang.

Waktu awal-awal sih, memang ada penyesalan. Gue sempat mikir mungkin sebetulnya gue masih bisa memperjuangkan hubungan ini. Tapi 2-3 bulan tetap berhubungan dengan mantan pasangan gue, ternyata hanya diisi pertengkaran karena cemburu dan gue sibuk disalah-salahin. Entah gimana logikanya bisa jadi seperti itu, dia yang selingkuh tapi gue yang salah.

Pada masa itu gue sendiri jadi kayak orang linglung; nggak bisa makan, nggak bisa tidur, nggak bisa kerja, nggak bisa berhenti nangis, nggak bisa nolak ajakan mabuk-mabukkan, pokoknya in general gue tersesat dan nggak bisa ngapa-ngapain. Gue terus-terusan self loathing (which is masih kebawa sampe sekarang), menangis, berat badan turun terus menerus (masih sampai sekarang walau penurunannya nggak sedrastis 2 bulan pertama), dan secara konstan merasa kesepian dan bingung mau ngapain.

Tujuh tahun itu bukan waktu yang sedikit. Gue biasanya punya seseorang yang bisa dikontak 24 jam, seseorang yang bisa nemenin gue nangis, yang bisa jadi tempat curhat bahkan curhatan yang paling aneh dan gak penting. Punya seseorang yang bisa membuat gue merasa cantik, merasa spesial dan berharga. Seseorang yang bisa gue ajak diskusi untuk membuat keputusan-keputusan besar dalam hidup gue, orang yang bisa ngingetin gue untuk nggak menghabiskan uang membeli barang-barang nggak penting, bahkan juga bisa jadi tempat ngutang tanpa bunga dan bisa bayar kapanpun, nyicil maupun cash. Ketika orang itu hilang, yang terasa paling pertama itu ya kesepian, denial, dan marah.

Padahal, sebetulnya hubungan gue dengan dia bisa dikatakan hubungan yang nggak ada kejelasan karena perkara nyangkut restu orang tua. Berkali-kali gue juga mencoba mengakhiri hubungan itu dengan baik-baik, tapi gue selalu ditahan (tapi sianjing… udah dia yang nahan, dia juga yang diem-diem nyari cewek lain di belakang gue). Selain itu, dia juga nggak punya ketegasan dan keberanian, dan (gue baru sadar belakangan) dia tidak bisa memimpin gue.

Waktu baru mengetahui soal selingkuh-selingkuhan ini, ya, gue berantakan banget lah. Berkali-kali mikir

“Kok bisa?”, “Kenapa?”, “Kok tega-teganya?”.

Gue bahkan nggak tahu gimana cara melanjutkan hidup tanpa dia, bener-bener nggak tahu.

Tapi semakin ke sini, entah kenapa semuanya terasa baik dan benar.

Jujur aja sih, bukan dia saja cowok yang pernah selingkuh dari gue (can’t help it, entah kenapa lebih mudah suka sama cowok bajingan). Tapi buat gue, ninggalin mereka selalu mudah. Waktu mergokkin mantan pacar gue yang sebelum-sebelumnya selingkuh, biasanya yang gue lakukan ya… ninggalin gitu aja tanpa kata putus. Tau-tau udah aja gue diemin, trus gue pacaran lagi. Sedih ya sedih.

Saking sedihnya sampe males ngebahas dan milih untuk move on. Gue mikirnya, ya kalau sudah selingkuh, ngapain juga gue pungut lagi? Biarin aja deh, sampah cocoknya sama tong sampah kan.

Tapi kalau untuk hubungan selama 7 tahun, ya berat banget. Gue cuma bisa nyalahin diri gue (ya kalau gini sih emang wajar dia juga jadi sibuk nyalahin gue). Butuh waktu berbulan-bulan untuk gue sadar, ya memang harus begini ceritanya. Gue malah terima kasih dia sudah selingkuh. Ini mungkin solusi terbaik buat hubungan kita berdua.

Kenapa?

1. Dengan dia selingkuh, jadi lebih mudah untuk gue membenci dia. Jika kita berdua putus baik-baik, kemungkinan kita berdua akan sama-sama belum move on sampai detik ini.

One shoot ( Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang