31. Aku ingin menikah

1.3K 77 10
                                    

Vote

Entah kapan aku akan merasakannya..

Apakah karena takdir? Atau hanya suratan nasib hidupku? Berulang kali kutanam benih asmara, namun tak kunjung berbuah. Selama ini aku hanya menjadi seorang wanita yang sederhana, tak pernah mengagumi segala hal yang indah diluar ciptaan tuhan, yang kutahu dunia ini lebih indah dari segalanya. Memiliki masalah yang sering terulang, bagaikan D'javu yang selalu terulang-ulang, bersemi lalu layu, layu lalu bermekaran lagi, entah sampai kapan akan seperti ini.

Orang bilang aku wanita yang tak pernah menghargai sosok seorang pria, lantas bagaimana aku di mata tuhan? Apakah aku harus bertahan di dalam kisah yang membuatku tak nyaman? Atau berpura-pura nyaman? Tidak! Aku bukan wanita seperti itu, aku tidak akan pernah bisa dibutakan oleh cinta.

Satu tahun setelah kepergian Jaebum dari kehidupanku, aku mencoba membuka hati lagi untuk Zico, namun sayangnya, ternyata Zico selingkuh! Lantas aku tinggalkan dia, hubunganku dengannya hanya satu bulan lamanya, setelah itu, aku mencoba kembali membuka hati untuk pria lain, yaitu Mino. Hubungan kami lumayan cukup lama, namun ketika aku tahu kalau Mino adalah seorang pecandu nark*ba, aku tak segan-segan untuk memutuskan hubungan kami. Rasanya aku sudah lelah dengan yang namanya 'Pacaran', aku ingin menikah saja.

____________

Aku bosan diCAP sebagai wanita playgirls oleh teman-teman dan tetanggaku, mereka pikir aku wanita yang tak pernah menghargai apa itu cinta, tapi yang jelas, mereka tidak tahu apapun tentang keburukan dan kebaikanku, yang tahu hanya aku dan tuhanku. Sempat aku berpikir, apakah tidak ada lagi pria baik untukku? Ah! Itu pikiran negatif ku saja, sementara hatiku mengatakan bahwa suatu hari nanti pasti akan ada seorang pria yang tulus dan meminangku dengan harapan hidupku akan selalu bahagia. Amin.

Beberapa surat undangan sudah kudatangi, tinggal satu surat undangan lagi yang belum sampai pada hari dimana aku harus mendatangi undangan itu. Jaebum dan Jihyo, Jaebum adalah cinta pertamaku, sementara Jihyo adalah sahabatku, mereka berdua sangatlah hebat, berpura-pura baik di depanku, ternyata hati mereka busuk bak buah nangka yang jatuh dari pohonnya. Aku akui kalau Jihyo memiliki segalanya, jika dibandingkan denganku, aku hanya batu kerikil yang tersusun rapi di halaman rumahnya, sungguh menyedihkan. Mau tak mau, aku harus datang ke pernikahan mereka untuk mengucapkan selamat atas kemenangan mereka yang berhasil membuatku bodoh!

Bajuku basah kuyup, setelah kepulanganku dari gedung resepsi pernikahan Jaebum dan Jihyo yang berlangsung begitu mewah dan megah.

"Mereka begitu bahagia, aku iri ya tuhan.." ucapku lirih mendekap lutut sembari menatap hujan dari balik jendela, tak terasa air mataku terjatuh dan membasahi permukaan pipi.

Dret! Dret! Dret!

Ponselku bergetar tanda ada pesan yang masuk.

Jimin
Selamat malam cantik, gue tau sekarang lo pasti lagi nangis kan?

isi pesan masuk dari Jimin. Jimin adalah sahabat terbaikku.

Seulgi
Dari mana lo tau?

Jimin
Jelas gue tau lah, barusan gue liat lo lari dari gedung resepsi pernikahan si Jaebum brengsek itu ke luar cari taksi dengan paras wajah yang sedih, iya kan?

Seulgi
Hemm.. Cuma lo yang tau semua tentang gue Jim. Tapi kenapa lo gak ngejar gue? Payungin gue ke!, apa ke!

Jimin
Lo itu larinya udah bisa nandingin laju motor gue tau gak! Baru aja mau gue kejar lo udah naik taksi, pastinya gue gak perlu jadi tukang ojek payung buat lo Seul.. Hahaha

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One shoot ( Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang