11. Pacar ku seorang Psikopat cantik pt.2

673 75 3
                                    

Vote

Melelahkan, Seulgi pulang ke rumah setelah kebut-kebutan di jalan utama perumahannya dengan motornya yang super keren itu.

Ah, tadi siang, polisi cukup gencar menanya-nanyai kami soal pembunuhan Sana dan Mark, tapi ya, Seulgi sih tidak bicara banyak ketika diinterogasi sendirian. Namun, detektif yang ada bersama Pak Polisi itu memperhatikan Seulgi dengan seksama, sepertinya mengenali siapa Seulgi. Ah, tapi biarlah, lagipula kalau dia rese kan tinggal dibunuh saja, ya kan?

“Hai Seulgi, gimana sekolahnya hari ini?” sahut Joy, tetangganya. Rumah di sebelah kanan rumah Seulgi dihuni oleh seorang kakek tua dia tinggal bersama cucunya yang dititipkan untuk bersekolah.

Seulgi berteman baik dengannya sejak pertama kali dia tinggal di sini, 5 tahun lalu, dia mengenal Seulgi dengan sangat baik.

“Baik Joy, lu sendiri?” tanya Seulgi balik sambil menghampirinya yang sedang membaca buku di bangku yang terletak di taman gang mereka yang cukup luas.

“Haha, gue sih fine-fine aja sejauh ini, gimana rencana lu? Berhasil? Cerita-cerita dong.” Sembari duduk di sebelahnya, Seulgi pun mulai bercerita

“Oh Hahaha, oke deh, jadi tadi tuh tadi Pak Pol interogasi satu-satu anak kelas gue, bawa-bawa detektif juga.”

“Terus lu ketauan atau apa gitu?”

“Ya engga lah, hahaha, mana mungkin.”

“Jadi gimana kelanjutannya? Oh iya, gimana tuh liontin lu yang kemaren dibawa Jimin? Dia keluarin?”

Seulgi tersenyum, “Iya dia keluarin, tapi setelah paginya gue copet dan gue tuker dengan liontin isi muka Sana, hahaha. Nih, sekarang gue udah pake liontin gue lagi,” jelasnya memamerkan rantai emas di leher.

“Terus Jimin? Hahaha, cuma diem doang tuh pasti dia. “

“Iya, terus Pak Polnya bilang, ga papa dek, saya tau kamu ingin membantu polisi, bagus sekali kamu bisa menemukan barang milik korban.”

“Kasian Jimin, lu parah banget ya gitu sama dia, sengaja-sengajain supaya dia malu.”

“Ih biarin aja, lagian bentar lagi kan… dia..” Seulgi tersenyum nakal, Joy pun memperhatikan dengan serius.

“Dia bentar lagi apa? Hahaha.”

“Ah, lu tau lah, itu loh. Hahaha.”
Mengerti maksud Seulgi, Joy mengangguk-angguk mengerti lalu tertawa bersama.

Omong-omong soal Seulgi dan Joy, rumah mereka berada di kompleks rumah-rumah kecil di daerah ini. Di gang buntu, hanya terdapat 4 rumah, 3 rumah terisi dan 1 rumah kosong yang pemiliknya hanya datang setiap 6 bulan sekali. Kebetulan sekali tetangga-tetangga Seulgi, Joy dengan kakeknya dan seorang cowok kuliahan anak IT yang tinggal dengan adik-adiknya di kiri rumah Seulgi merupakan orang-orang yang baik dan pengertian kepadanya

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

“Jim, plis jangan halang-halangin jalan gue. Lu tau sendiri kan nanti malah terjadi hal-hal yang ga enak.”

Tanpa mengalihkan pandangan Jimin ke peti mati, Jimin diam sejenak, berpikir, nih cewek benar-benar menyeramkan dan Jimin benar-benar dalam keadaan terjepit

“Maksud lu?”

“Ya lu ngerti lah, lagian ini juga demi keselamatan keluarga lu Jim,” balasnya, setengah berbisik, tapi dengan nada memelas.

Dasar psikopat licik! Sekarang Jimjn mau tidak mau harus menyanggupi permintaannya.

“Hmm, nanti gue pikirin dulu deh, jangan ganggu gue sekarang.”

One shoot ( Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang