27. Ini hati bukan Halte

637 64 3
                                    

Vote

“Aku gak nyangka, kepercayaan aku, kamu sia-siain gitu aja”

“Tapi Seul, maafin aku”

“Gak Jim, kamu pernah nyakitin aku tapi aku maafin, terus aku udah kasih kepercayaan ke kamu tapi kamu khianatin aku gitu aja”

“Seul please, maafin aku”

“Aku cape Jim, kamu sakitin terus-terusan”

“Tapi Seul, aku bisa jelasin semuanya!”

Seulgi terlalu bosan mendengar alasan Jimin. Dan lagi hubungan mereka harus berakhir dengan tragis. Seulgi mencoba berlari sekencang mungkin untuk menjauhi Jimin. Air matanya masih mengalir deras. Air mata pendustaan yang diciptakan oleh manusia yang tak tahu diri. Berulang kali Seulgi menyeka air matanya, namun percuma, air matanya tetap saja turun. Orang-orang yang melintas di jalanan menatap dengan wajah bingung tentang kondisi Seulgi yang menangis di jalan. Tak sedikit orang yang menanyakan kepadanya, “Kenapa Mba?” namun Seulgi tidak ingin sama sekali menggubris deretan pertanyaan yang dilontarkan oleh orang-orang di jalanan.

Tiba-tiba langkahnya terhenti. Dia menabrak seseorang dan ternyata itu Jaebum. Jaebum, Kakak kelas Seulgi yang kemarin ia caci maki habis-habisan atas hujaman bola basket di kepala Seulgi. Jaebum menatap Seulgi penuh tanya, sama seperti orang-orang yang melintas sejak tadi. Karena tak ingin ambil pusing akhirnya Seulgi memutuskan untuk meninggalkan Jaebum. Ingin rasanya Jaebum pergi meninggalkan Seulgi yang langkahnya sudah mulai hilang di tikungan.

Namun, tetap saja Jaebum terlalu membenci bila ada seorang wanita menangis. Alhasil Jaebum memilih untuk mengejar Seulgi. Kali ini Jaebum memilih untuk memotong jalan agar bisa bertemu Seulgi. Jaebum melangkah hingga berhenti di persimpangan jalan. Jaebum sengaja memasang badan dengan harapan Seulgi menabraknya lagi. Dan tidak terlalu lama menunggu, harapan Jaebum terkabul, Seulgi menabrak Jaebum untuk yang kedua kalinya.

“Kok lo lagi?” Seulgi kesal sambil menangis.

“Kenapa lo di sini?”

“Harusnya gue yang nanya gitu!”

“lo bisa minggir gak? gue mau lewat! dan gak usah susulin gue!”

“Ih baru nemuin gue orang nangis tapi masih punya urat PD. Ngapain gue susulin lo, kurang kerjaan banget. Palingan lo nya aja kali yang dari tadi muter-muter sambil jalan”

“Gue gak nangis!”

“Haha orang buta juga bisa tahu kali, kalau lo nangis. Sini gue bilangin, kebanyakan cewek itu cantik kalau lagi nangis, tapi lo nggak, lo cantik kalau lagi senyum. Sini gue peluk”

Jaebum memeluk erat Seulgi. Seulgi yang awalnya mengelak, berusaha untuk tenang. Ia tak ingin menggubris apa kata orang, karena yang ia butuhkan adalah sandaran untuk bercerita. Seusai berpelukan, Jaebum mengajak Seulgi ke suatu tempat. Seulgi yang emosinya kurang membaik, hanya mengiyakan gandengan Jaebum yang mengantarkannya ke sebuah tempat. Dan tempat itu adalah Pantai. Pantai ini tak seperti pantai pada umumnya, yang seharusnya ramai dengan pengunjung. Namun, pantai ini terlihat sepi dan masih asri. Ombaknya dan segala hal yang ada di Pantai itu nyaris membuat mood Seulgi membaik.

Jaebum menarik tangan Seulgi dan membawanya ketepian pantai. Jaebum menginginkan Seulgi untuk berteriak dan melepas semua beban yang ada saat ini.

“Teriak!!” Pinta Jaebum.

“aaa..”

“aduh orang tuli gak akan bisa dengerin teriakan lo tahu! sini gue bantu!”

Tiba-tiba Jaebum mencubit tangan Seulgi sekuat mungkin dan alhasil Seulgi berteriak kencang. Jaebum tahu, ia menyakiti fisik Seulgi, cubitan memang bukan cara terbaik tapi teriakan adalah jalan keluar untuk Seulgi.

One shoot ( Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang