25. One Month With My Little Angel

1.2K 93 17
                                    

VOTE

Tangisan yang menyayat hati siapa saja yang mendengarnya terdengar di sudut salah satu kamar inap. Begitu juga dengan kedua orang yang ada di dalam sana, air mata tak pernah surut dari salah satu penghuni yang ada disana. Sementara sang pria meski dirinya ingin menangis, melihat makhluk tak berdosa yang berbaring disana. Tapi sekuat tenaga ia menahan tangisannya itu.

Kelainan jantung!

Dokter memvonis bayi tak berdosa itu dengan menanggung penyakit berbahaya. Penyakit yang seharusnya menyerang orang dewasa, bukan pada balita yang bicara pun belum bisa.

Raungan dari bibirnya kembali menggema, membuat seorang wanita yang duduk di dekat ranjang mendekat. Tangan dengan sentuhan hangat itu, mengangkat tubuh mungil nan ringkih itu menuju dekapannya.

“Sshhh, jangan menangis. Bunda disini sayang, bunda tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian. Bunda akan selalu menemanimu.” Ucapnya pada bayi yang belum genap berumur satu bulan tersebut, ditepuknya dengan lembut punggung kecilnya, bibirnya mulai bergerak pelan. Menyenandungkan alunan lagu, sebagai penenang agar si kecil itu kembali tertidur.

Sementara tak jauh dari sana, si pria yang tak lain suami juga ayah dari si wanita juga si bayi. Beberapa kali kedapatan menengadahkan wajahnya keatas, matanya memanas hingga cairan asin yang sejak tadi ia tahan itu perlahan mengalir dari pelupuk matanya.

Matanya sudah memerah karena ia menahan laju cairan matanya. Bibirnya ia gigit guna meredam rasa sedih juga marah. Kenapa tuhan tidak begitu adil padanya. Disaat ia baru merasakan kebahagian, tuhan dengan cepat mengambil kebahagiaanya yang singkat ini.

Ia baru saja senang bisa dikaruniai bayi secantik ibunya. Ia baru saja merasakan kebahagian menjadi seorang ayah. Ia juga baru merasakan, betapa mungilnya sang anak saat ia pertama kali menggendongnya. Apa tuhan terlalu marah padanya, hingga ia diberi hukuman seperti ini. Karena dulu ia pernah mengabaikan keberadaan bayi kecilnya. Bayi yang tidak berdosa, tapi justru dibenci ayahnya sendiri. Hanya karena kesalahpahaman, yang membuat pernikahannya selama ini berada diujung tanduk. Bahkan ia nyaris kehilangan putri kecilnya. Karena keegoisannya sendiri.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Flashback.

Kenapa kamu baru pulang? Apa sudah makan malam, kalau belum aku akan memanaskan makanannya terlebih dulu.” Ujarnya sembari beranjak dari sofa, sesekali tangannya mengelus perut buncitnya.

“Tidak perlu, aku sudah makan. Sebaiknya kau tidak usah cari perhatian, karena selamanya aku tidak akan percaya dengan ucapanmu!!”

Wanita yang tengah mengandung itu, jelas saja terkejut dengan ucapan sang suami. Bahkkan ia merasakan, calon buah hatinya mendengar ucapan sang ayah. Dengan menendang sangat kencang, hingga ia harus menggigit bibirnya.

“Sstt, tenang sayang. Ayah tidak marah padamu, ayah marah pada bunda.” Ucapnya lembut, tangannya sibuk mengusap perut buncitnya. Berharap anak yang ada di perutnya tenang.

Dan benar saja setelah beberapa menit kemudian, ia merasa anaknya tidak lagi menendang seperti tadi.

“Kita tidur saja ya, sayang. Besok pagi, kita akan menemui Oppa tampan.” Ujarnya lirih, lalu berjalan menuju kamar di sebelah sisi kamar utama. Kamar yang dulu menjadi kamarnya, tapi berubah sejak satu minggu yang lalu. Saat pria yang menjadi suaminya, menuduhnya berselingkuh dengan mantannya. Bahkan yang lebih kejam lagi, ia menuduh anak yang ada dalam perutnya bukan anaknya.

Seperti hari-hari sebelumnya, pria masih mendiamkan istrinya. Meski tidak sepenuhnya, toh kenyataanya pria itu masih membutuhkan bantuannya.

One shoot ( Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang